Anda di halaman 1dari 44

Modul ke:

REKAYASA
HIDROLOGI
02 Fakultas
IKLIM, METEOROLOGI, INFILTRASI,
FAKULTAS
TEKNIK PERKOLASI DAN EVAPOTRANSPIRASI
Program Studi
TEKNIK SIPIL
TIM DOSEN
Pembuka Daftar Pustaka Akhiri Presentasi
Iklim dan Meteorolgi
Menurut Limantara (2008:12) Faktor iklim yang
merupakan ciri – ciri Hidrologi :

1. Jumlah dan distribusi presipitasi (proses jatuhnya


hujan)
2. Proses terjadinya es
3. Pengaruh suhu kelembaban, yang sangat
berpengaruh pada evapotrasnpirasi

Selain faktor iklim, peranan meteorogi adalah untuk


memprediksi hujan yang ada hubungannya dengan
pengoperasian waduk (mengisi dan merilis air).
Demikian juga angin untuk mengevaluasi gelombang.
<
← MENU AKHIRI >

Radiasi Matahari
Limantara (2010) : Radiasi matahari berkaitan erat dengan panjang
gelombang dan energi yang dihasilkan. Yang perlu diketahui beberapa
kunci terkait radiasi matahari :

a. Panjang, yang dinayatakan dalam m (10-6m), (10-10m).


b. Energi maksimum yang berkisar anatara 0,4 m – 0,8 .
c. Radiasi bumi: panjangnya 10 m.
d. Satuan radiasi matahari (SI): watt/m2 atau joule/m2.

Alat Ukur Radiasi, yang diukur untuk radiasi adalah

intensitas energi radiasi, biasanya menggunakan

Actiometer dan Radiometer

<
← MENU AKHIRI >

Suhu

Suhu udara dapat diukur menggunakan thermometer, Adapun


syarat penempatan thermometer:

a. Harus dipasang di tempat yang peradaran udaranya bebas

b. Harus dipasang di tempat yang terlindung dari sinar


matahari

c. Atau dipasangan pada sangkar meteorologi

d. Hasil pengukuran thermometer harus dapat mewakili

<
← MENU AKHIRI >

Kelembaban Udara

Alat ukur kelembaban udara menggunakan Psichometer. Alat ini


merupakan gabungan dari 2 thermometer. Alat ini kurang akurat
sehingga dipakai hygrometer elektrik yang berisi karbon. Adapun
kelembapan relatih (RH) adalah perbandingan antara tekanan uap air
dengan tekanan uap jenuh. Sifat uap air atmosferik mempunyai
tekanan minimum pada musim dingin dan sebaliknya mempunyai
tekanan maksimum pada musim panas. Kelembapan udara relatife
mempunyai sifat nilai minimum pada musim panas dan sebaliknya
mempunyai nilai maksimum pada musim musim dingin. Sebagai
contoh, suhu siang hari dan suhu sore hari.

<
← MENU AKHIRI >

Angin

Arah angin dinyatakan dalam derajat atau 1/100 dan


umumnya ditentukan dengan menggunakan 16 titik kompas
yang diletakkan di permukaan, yang diukur adalah
kecepatannya. Alat ukurnya bisa berupa:

a. Anemometer mangkok 3 atau 4


b. Anemometer propelar

c. Anemometer tabung tekanan

<
← MENU AKHIRI >

Hubungan Iklim dan Meteorologi

Indonesia terletak di sekitar garis khatulistiwa, pada 60 LU –

110 LS yang ditandai dengan adanya 2 musim, musim

kemarau dan musim penghujan. Beda suhu bulanan relatif

kecil namun kelembapan udara cenderung besar.

<
← MENU AKHIRI >

Lama penyinaran matahari di Indonesia

Lama penyinaran matahari perhari rata rata di Indonesia


sebagai berikut :
a. Untuk daerah khatulistiwa lama penyinaran mataharinya
sekitar 12 jam per hari,
b. Untuk daerah yang letaknya pada 350 LU/LS, sekitar 10 –
14 jam perhari,
c. Untuk daerah yang letaknya 450 LU/LS sekitar 10 – 15
jam perhari.

<
← MENU AKHIRI >

Besar Radiasi Gelombang Pendek (Ra)

Radiasi gelombang pendek (Ra) :

a. Di daerah khatulistiwa sekitar 15 mm/hari


b. Di daerah pada 300 LU/LS besarnya radiasi antara 7 – 17
mm/hari

Suhu Udara rata rata Bulanan


di Indonesia
Suhu rata-rata bulanan di Indonesia berkisar antara 240 –
290C

<
← MENU AKHIRI >

Kelembaban relatif (RH) rata
rata Bulanan di Indonesia

RH merupakan perbandingan antara tekanan uap air dan uap


air jenuh. RH dinyatakan dalam %. RH di Indonesia berkisara
anatara 65% - 85%. Nilai RH ini cukup tinggi, sebagai
gambaran di Indonesia, RH pada musim penghujan (sekitar
Oktober – Maret) lebih besar dibandingkan pada saat musim
kemarau (sekitar April – September).

<
← MENU AKHIRI >

Kecepatan Angin Rata-Rata
bulanan di Indonesia

Kecepatan angin rata-rata di Indonesia berkisar


antara 0.5 – 4,5 m/dtk atau 2 – 15 km/jam (catatan
konversi satuan : 1 km/hr=0,0116 m/dtk; 1
km/jam=0,2778 m/dtk)

<
← MENU AKHIRI >

Kecerahan matahari Rata-
Rata bulanan di Indonesia
Kecerahan matahari dinyatakan sebagai rasio keawanan :
= rasio keawanan
Dengan :
• n : jam nyata matahari bersinar cerah dalam sehari

• N : jumlah jam potensial matahari bersinar dalam sehari


• Jika awan demikian banyak, makan n cenderung relatif
kecil. Nilai n di Indonesia berkisar antara 30% - 85%.

<
← MENU AKHIRI >

Infiltrasi dan Perkolasi

Infiltrasi merupakan bagian dari air hujan yang melimpas


yang masuk ke dalam tanah (ke daerah yang tidak jenuh
air) kebalikannya adalah rembesan,

Perkolasi adalah Gerakan air ke dalam tanah dari daerah


yang tidak jenuh air ke daearah yang jenuh air, terjadi pada
kondisi lapangan (field capacity).

Besarnya laju infiltrasi maksimum yang memungkinkan


didefinisikan sebagai Daya Infiltrasi (fp) yang dinyatakan
dalam mm/jam atau mm/hari, sedangkan laju perkolasi
maksimum yang memungkinkan disebut Daya Perkolasi
(Pp) yang dinyatakan dalam mm/jam atau mm/hari.

<
← MENU AKHIRI >

Cara Menghitung Infiltrasi

Rumus Horton
fp – fc = (fo – fc)e-kt
Keterangan:

• fp = daya infiltrasi (mm/jam)

• fc = bagian dari daya infiltrasi yang konstan (mm/jam)

• fo = daya infiltrasi awal (mm/jam)

• k = factor daerah pengaliran

• t = waktu (jam)

<
← MENU AKHIRI >

Lanjutan Infiltrasi dan Perkolasi

Sedangkan volume air yang diinfiltrasikan :

- Untuk i : FP = fp-fc/k
- Untuk i : saat t1 : fp1 - fc = k.Fp1

t2 : fp2 – fc = k.FP2

Fp1 Fp -

<
← MENU AKHIRI >

Lanjutan Infiltrasi dan Perkolasi

Rumus Holtan
Fp – fc = k . Fpn
Keterangan :
• n = 1,387
• fp = daya infiltrasi (mm/jam)
• fc = bagian dari daya infiltrasi yang konstan (mm/jam)
• Fp = daya infiltrasi permulaan (mm/jam)
• k = faktor daerah pengaliran

<
← MENU AKHIRI >

Lanjutan Infiltrasi dan Perkolasi

Rumus Philip
Fp – fc = (a/2)1/2.t-1/2
• Keterangan :
• fp = daya infiltrasi (mm/jam)
• fc = bagian dari daya infiltrasi yang konstan (mm/jam)
• a = konstanta
• t = waktu 9jam)

<
← MENU AKHIRI >

Cara Pengukuran Infiltrasi

index = P – Q
Dengan :

• index = besarnya infiltrasi (mm/jam)

• P = jumlah hujan (mm)

• Q = jumlah limpasan (mm)

<
← MENU AKHIRI >

Contoh soal

Diketahui curah hujan total (P) yang terjadi sebesar 75 mm


(lihat gambar pemecahan di bawah) dan besarnya limpasan
permukaan yang terjadi (Q) adalah 33 mm. Tentukan
besarnya index!

<
← MENU AKHIRI >

Lanjutan Contoh soal
Pemecahan:

Jumlah hujan total (P) = 7 mm + 18 mm + 25 mm + 12 mm + 10 mm + 3


mm = 75 mm. Misal index > 7 mm/jam, berarti untuk hujan < 7mm tidak
ada bagian yang terinfiltrasi, karena index = P – Q berarti P - index = Q
(dari soal diketahui jumlah limpasan = 33 mm)

- (18 - index) + (25 - index) + (12 - index) + (10 - index) = 33


- 65 – 4 index = 33
- 4 index = 65 – 33
- index = 32/4 = 8 mm/jam

• ( index = 8 mm/jam, berarti > 7 mm/jam, pemisalan benar), dengan


demikian besarnya Infiltrasi : index = 8 mm/jam

<
← MENU AKHIRI >

Cara Penentuan Perkolasi

Sampai saat ini, belum ada acara empiris yang bisa


digunakan untuk menentukan besarnya perkolasi, namun
utnuk Indonesia besarnya perkolasi diperkirakan antara 2 –
5 mm/hari.

<
← MENU AKHIRI >

EVAPOTRANSPIRASI
Evapotranspirasi adalah merupakan gabungan antara proses
penguapan air bebas (evaporasi) dan penguapan melalui tanaman
(transpirasi), dengan demikian evapotranspirasi sangat erat hubungan
dengan kebutuhan air tanaman.

Untuk menganalisa besarnya evapotrasnpirasi potensila (ETo) antara


lain dengan rumus Radiasi, rumus Penman dan lain lain. Rumus
Penman secara khusus mendapat rekomendasi dari Badan Pangan
dan Pertanian PBB (FAO : Food & Agrricultural Organization). Ketiga
rumus tersebut diatas mempunyai prinsip umum yang sama
(Limantara 2010 dan Triamodjo,2008) :

ETo = c x ETo*

Dengan : ETo= evaporasi potensial (mm/hari); C= faktor koreksi

ETo*= evaporasi (mm/hari)


<
← MENU AKHIRI >

Metode Blaney Criddle
Rumus :

ETo = c . ETo*

ETo = P. (0,457t + 8,13)

Dengan :

• P= prosentase rata-rata jam siang malam, yang besarnya


tergantung pada LL

• t= suhu udara (0C)

<
← MENU AKHIRI >

Lanjutan Metode Blaney Criddle
Prosedur perhitungan :

a. Cari LL yang ditinjau


b. Sesuai dengan LL : cari nilai P (gunakan Tabel 4.3)
c. Cari data suhu rata-rata bulanan (t)
d. Berdasarkan nilai P (Tabel 4.3) dan data t = Eto* = P
(0,457t + 8,13)
e. Sesuai dengan bulan yang ditinjau cari angka koreksi C
(Tabel 4.4)
f. Hitung ETo = c. ETo*

<
← MENU AKHIRI >

Contoh Soal Metode Blaney Criddle
Hitung besar ETo pada bulan Februari, untuk daerah pengairan tertentu
dengan data :

a. Suhu rata - rata bulanan 25,7 0C


b. Letak Lintang daera 7,5 0C

Penyelesaian :

1. LL= 7,5 LS
2. LL= 7,5 LS (dari table 4.3) didapat p = 0,28
3. T =. 25,7 0C
4. ETo*= P(0,457t + 8,13)
5. Feb (daeri table 4.4) didapat C=0,80
6. ETo = C.Eto* = 0,80 . 5,56 = 4,48 mm/hari
<
← MENU AKHIRI >

<
← MENU AKHIRI >

Metode Radiasi
Rumus :
ETo = C . ETo*
ETo = C . w . Rs
Dengan :
• w = faktor pengaruh suhu dan elevasi ketinggian daerah
• Rs = radiasi gelombang pendek yang diterima bumi (mm/hr)
• Rs = (0,25 + 0,54 ) R
• = kecerahan matahari (%)
• R = radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar atmosfer
• Angka angot (tergantung pada letak lintang daerah)

<
← MENU AKHIRI >

Lanjutan Metode Radiasi
Prosedur perhitungan :

a. Cari suhu rata-rata. Bulanan (t)


b. Berdasarkan t (cari w dari Tabel 4.5)
c. Cari letak lintang (LL)
d. Berdasar LL (cari R dari Tabel 4.5)
e. Cari data kecerahan matahari ()
f. Hitung Rs = (0,25 + 0,54 ) R
g. Cari angka koreksi (C) Tabel 4.6)
h. Hitung ETo = C . w . Rs

<
← MENU AKHIRI >

Contoh Soal Metode Radiasi
Hitung besar ETo pada bulan Februari untuk daerah
pengairan, jika diketahui data sebagai berikut :

a. Suhu rata-rata bulanan (t) = 25,7 0C

b. Kecerahan matahari () = 41,8%

c. Letak Lintang daerah = 7,50 LS

<
← MENU AKHIRI >

Contoh Soal Metode Radiasi
Penyelesaian:
1. t = 25,7 0C
2. t = 25,70C didapat w = 0,752
3. LL = 7,50LS
4. LL = 7,50LS didapat R=15,75 mm/hr (Tabel 4.7)
5. n/N = 41,8%
6. Rs = (0,25 + 0,54 ) R
• = (0,25 + 0,54 . 41,8%) . 15,75
• = 7,49 mm/hr
1. Feb didapat C = 0,80 (Tabel 4.6)
2. ETo = C . w . Rs
• = 0,80 . 0,752. 7,49 = 4,49 mm/hr

<
← MENU AKHIRI >

Lanjutan Metode Radiasi

15,75

0,752

0,80

<
← MENU AKHIRI >

Metode Penman
Rumus :

ETo = C.ETo*

ETo = w (0,75 Rs – Rn1) + (1 – w) f(U) ( d)

Dengan :

• w = factor yang berhubungan dengan suhu dan elevasi daerah (lihat


Tabel 4.9)

• Rs = radiasi gelombang pendek (mm/hr) = (0.25 + 0,54 ) R

• R = radiasi gelombang pendek yang memenuhi batas luar atmosfir


(angka angot)

- Berhubungan dengan LL daerah (Tabel 4.7)

<
← MENU AKHIRI >

Lanjutan Metode Penman
• Rn = radiasi bersih gelombang Panjang ( mm/hr)

• Rn1 = f(t) . f( d) . f ()

• f(t) = fungsi suhu : . Ta4 (table 4.9)

• f(d) = fungsi tekanan uap = 0,34 – 0,044 d

• d = d* RH = d = tekanan uap sebenarnya = f(t)

• RH = kelembaban relative (%)

• F() = fungsi kecerahan matahari = 0,1 + 0,9

• F(U) = 0,27 * (1 + 0,864 U)


<
← MENU AKHIRI >

Lanjutan Metode Penman
• ( d) = perbedaan tekanan uap jenuh dengan tekanan uap
yang sebenarnya

• Rh = Kelembaban relatif (%)

• C = angka koreksi

- Perbedaan kondisi cuaca siang dan malam (Tabel 4.8)

<
← MENU AKHIRI >

Lanjutan Metode Penman
Prosedur perhitungan :

a. Cari data suhu rerat bulanan (t)


b. Dari Tabel 4.9
c. Berdasarkan data t : cari , w, f(t)
d. Cari data RH
e. Cari d = d * RH
f. Lihat Tabel 4.7, berdasar LL cari Ra
g. Cari data kecerahan matahari ()
h. Cari Rs= (0,25 + 0,54 ) R
i. Cari f () = 0,1 + 0,9
<
← MENU AKHIRI >

Lanjutan Metode Penman
j. Cari data kecepatan angin (U)
k. Cari f(U) = 0,27 . 1(1 + 0,864 U)
l. Cari Rn.1 = f(t) . f(d). f()
m.Cari C dari table 4.8
n.Cari ETo* = w (0,75 Rs – Rn1) + (1 – w) f(U) ( d)
• ETo = C . ETo*

<
← MENU AKHIRI >

Contoh Soal Metode Penman
Hitung besar ETo pada bulan Februari, untuk suatu daerah
pengairan, jika diketahui data terukur pada bulan Februari
sebagai berikut :

a. Suhu rata-rata bulanan (t) = 25,70C


b. Kecerahan matahari () = 41,8%
c. Letak lintang daerah = 7,50LS
d. Perbedaan kecepatan angin siang dan malam (U) = 1,8
m/dt

<
← MENU AKHIRI >

Lanjutan Contoh Soal Metode Penman

Penyelesaian:

1. t = 25,70C
2. Tabel 4.9 = t = 25,70C didapat = 33,025 mbar ; w =
0,752 ; f(t) = 15,825
3. RH = 79,6%
4. d = d * RH = 33,25 . 79,6% = 26,28 mbar ;
f(d) = 0,34 – 0,044 d = 0,34 – 0,044 26,28
= 0,115
5. Tabel 4.7 = LL =7,50LS didapat R= 15,75 mm/hr
6. n/N = 41,8%
<
← MENU AKHIRI >

Lanjutan Contoh Soal Metode Penman
7. Rs = (0,25 + 0,54 n/N) R
= (0,25 + 0,54 . 41,8%) 15,75 = 7,5 mm/hr

8. F(n/N) = 0,1 + 0,9 n/N = 0,1 + 0,9.41,8% = 0,476


9. U = 1,8 m/dt ;
10.F(U) = 0,27 . ( 1 + 0,864 U) = 0,27 . (1 + 0,864 . 1,8) = 0,690
11. Rn.1 = f(t) . f(d). f(n/N) = 15,825 (0,115). (0,476) = 0,866 mm/hr
12.Januari lihat Tabel 4.8 : C = 1,1
13. ETo* = w (0,75 Rs – Rn1) + (1 – w) f(U) ( d)

= 0,752 (0,75 . 7,5 – 0,866) + (1 – 0,752) (0,690) (33,025 – 26,28)

= 4,733 mm/hari

ETo = C . ETo* = 1,1 . (4,733) = 5,2063 mm/hr


<
← MENU AKHIRI >

Lanjutan Metode Penman

33,25 0,752 15,825

<
← MENU AKHIRI >

Perbandingan Evaporasi Potensial
(ETo) dengan 3 metode

<
← MENU AKHIRI >

Perbandingan Evaporasi Potensial
(ETo) dengan 3 metode

Berdasarkan hasil Analisa ETo dengan


menggunakan 3 rumus tersebut, terjadi
perbedaan diantara ketiganya, dimana yang
akurat tidak bisa ditentukan. Masing - masing
rumus mempunyai ciri khas dan tentunya
masing masing daerah juga mempunyai
karakteristik iklim yang khas dan spesifik.
Berdasarkan data iklim yang dipakai, rumus
Penman paling banyak menggunakan data iklim
daripada rumus kedua yang lain.
<
← MENU AKHIRI >

Daftar Pustaka
Prof,Dr.Ir.Lily Montarchi Limantara, M.Sc.rekayasa Hidrologi Edisi revisi, Penerbit oleh
Penerbit Andi,2018
Ikhsan, M.Z dan Limantara L.M2002. Model matematik untuk Estimasi Hidrograf Satuan
Sintetik (HSS) di daerah pengaliran Kandilo (DPS) Kandilo Kalimantan Timur. Laporan
penelitian, Universitas Brawijaya
Jena, S.K and Towari K.N.2006. Modeling Synthetic Unit Hydrograph parameters with
Geomorphologic parameters of watersheds. Journal of Hydrology, 319 (1-4):1-114.
Limantara, LM.2206, Model Hidrograf Satuan Sintetis untuk DAS-DAS di Sebagian
Indonesia. Disertasi. Tidak diterbitkan. Malang : Universitas Brawijaya
Liamantara, L.M. 2009a. Evaluation of Roghness Constant of River in Synthetic Unit
Hydrograph, World Applied Sciences journal, Vol 7 99) page 1209 – 1211.
Limatara, L.M 2009 b. the limiting Physical parameters of Synthetic Unit hydrograph. World
Applied Sciences Journal, iVol 7 96) page 802-804
Suhanrtanto, E dan Soedodo, H.2001. Oprimasi Pengelolaan DAS di Sub Daerah Aliran
Sungai Cidanau Kabupaten SerangPropinsi Banten Menggunakan Model Hidrologi
ANSWER. Kongres VII&Pertemuan Ilmiah tahunan (PIT) XVIII HATHI Vol.II, 98-103.
Proceeding. Malang : Jurusan Pengairan Fakultas Teknik Brawijaya

<
← MENU AKHIRI
Terima Kasih
TIM DOSEN

Anda mungkin juga menyukai