Anda di halaman 1dari 21

Kepemimpinan part 2

Created by: Dr. Irma Alamsyah, MSc


Teori Kontingensi atau
Teori Situasional
 Resistensi atas teori kepemimpinan
sebelumnya yang memberlakukan asas-asas
umum untuk semua situasi
 Teori ini berpendapat bhw tidak ada satu

jalan (kepemimpinan) terbaik untuk


mengelola dan mengurus satu organisasi
Filosofi Teori
 Contingency Approach
Respon atau reaksi yang timbul berfokus
pada pendapat bahwa dalam menghadapi
situasi yang berbeda diperlukan perilaku atau
gaya kepemimpinan yang berbeda
 Situational Approach

Perilaku atau gaya kepemimpinan harus


sesuai dengan situasi yang dihadapi oleh
seorang pemimpin
Model Kepemimpinan Kontingensi
atau Situasional
 Model Kepemimpinan Situasional dari Fiedler
 Model Kepemimpinan Situasional Tiga
Dimensi dari Reddin
 Model Kepemimpinan Situasional dari
Tannenbaum dan Schmidt
 Model Kepemimpinan Situasional dari Hersey
dan Blanchard
Gaya Kepemimpinan Fiedler (Koontz,
et al., 1986)
 Model kontigensi keefektifan kepemimpinan
dikembangkan Fred E.
Fiedler (Fiedler, 1967). Model ini mendalilkan
bahwa prestasi kelompok
tergantung pada interaksi antara gaya
kepemimpinan dengan kadar
menguntungkan tidaknya situasi.
3 faktor situasional yang menentukan apakah seseorang
memiliki peluang menjadi pemimpin yang efektif, yaitu :

1. Hubungan pemimpin-anggota yang mengacu pada


kadar keyakinan, kepercayaan, rasa hormat para
pengikut terhadap pemimpin yang bersangkutan.
Variabel ini mencerminkan penerimaan pemimpin.

2. Struktur tugas, dimana dimensi ini mencakup


komponen berikut:
• Kejelasan tujuan
• pemecahan masalah
• pembuktian keputusan
• Keterincian keputusan

3. Kekuasaan posisi, yaitu faktor situasi yang


dirancang untuk menentukan berapa banyak
kekuasaan yang dimiliki seseorang yang melakukan
suatu pekerjaan tertentu.
Gaya kepemimpinan situational
menurut Fiedler dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Orientasi Pada Tugas
Pemimpin yang berorientasi pada tugas
memperoleh kepuasan dari terlaksananya
tugas-tugas (Koontz, et al., 1986).
Pemimpin memotivasi dengan memenuhi
kebutuhan psikologis seperti rasa percaya
diri dan status yang dicapai melalui
penyelesaian tugas-tugas, tidak melalui
hubungan dengan bawahan .Ini tidak
berarti pemimpin tidak bersahabat dan
ramah terhadap bawahan, tetapi jika
penyelesaian tugas terancam maka
hubungan interpersonal yang baik tidak
lagi menjadi hal yang penting (lvancevich,
2. Orientasi Pada Hubungan Antar
Pribadi
 Pemimpin memotivasi dengan cara memenuhi
kebutuhan sosial dan
mengupayakan pencapaian hubungan antar
pribadi yang baik dan pencapaian
kedudukan pribadi yang menonjol (Koontz, et
al., 1986). Jika pemimpin dapat
mencapai tujuan diatas maka seorang
pemimpin dapat mencapai tujuan
sekundernya seperti status dan rasa percaya
diri (Ivancevich, et al., 1977).
Model Kepemimpinan Situasional
Tiga Dimensi dari Fiedler
Teori Tiga Dimensi kontingensi situasional untuk
menentukan efektivitas pemimpin:

1) Kekuasaan posisi : kuat - lemah


2) Struktur tugas : tinggi - rendah
3) Hubungan pemimpin anggota: baik - buruk

Kombinasi dari ketiga faktor tersebut akan dapat


menghasilkan 9 kemungkinan yang dikenal dengan
Model Kepemimpinan Situasional (Contingency
Model by Fiedler).
9 Kemungkinan Fiedler
TEORI KONTINUM – TANNENBAUM DAN
SCHMIDT
 Kedua ahli menggambarkan gagasannya bahwa
ada dua bidang pengaruh yang ekstrem ,
pertama bidang pengaruh pimpinan kedua
bidang pengaruh kebebasan bawahan. Pada
bidang pertama pemimpin menggunakan
otoritas dalam gaya kepemimpinannya,
sedangkan pada bidang kedua pemimpin
menunjukkan gaya yang demokratis. Kedua
bidang ini dipengaruhi dalam hubungannya
kalau pemimpin melakukan aktivitas
pembuatan keputusan.
7 model gaya pembuatan keputusan
yang dilakukan pemimpin
1. Pemimpin membuat keputusan kemudian mengumumkan kepada
bawahannya. Dari model ini terlihat bahwa otoritas yang digunakan
atasan terlalu banyak sedangkan daerah kebebasan bawahan
terlalu sempit sekali.
2. Pemimpin menjual keputusan. Dalam hal ini pemimpin masih
terlihat banyak menggunakan otoritas yang ada padanya, sehingga
persis dengan model yang pertama. Bawahan disini belum banyak
terlibat dalam pembuatan keputusan.
3. Pemimpin memberikan pemikiran-pemikiran atau ide-ide dan
mengundang pertanyaan-pertanyaan. Dalam model ini pemimpin
sudah menunjukkan kemajuan, karena membatasi penggunaan
otoritas dan memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Bawahan sudah sedikit
terlibat dalam pembuatan keputusan.
4. Pemimpin memberikan keputusan bersifat bersifat sementara yang
kemungkinan dapat diubah. Bawahan sudah mulai banyak terlibat
dalam rangka pembuatan keputusan, sementara otoritas pemimpin
sudah mulai dikurangi penggunaannya,
7 model gaya pembuatan keputusan
yang dilakukan pemimpin
5. Pemimpin memberikan persoalan, meminta saran-saran dan
membuat keputusan. Disini otoritas pimpinan digunakan
sedikit mungkin, sebaliknya kebebasan bawahan dalam
berpartisipasi membuat keputusan sudah banyak digunakan.
6. Pemimpin merumuskan batas-batasnya, dan meminta
kelompok bawahan untuk membuat keputusan. Partisipasi
bawahan dalam kesempatan ini lebih besar dibandingkan
kelima model diatas.
7. Pemimpin mengizinkan bawahan melakukan fungsi-
fungsinya dalam batas-batas yang telah dirumuskan oleh
pimpinan. Model ini terletak pada titik ekstrem penggunaan
kebebasan bawahan, adapun titik ekstrem penggunaan
otoritas terdapat pada nomor satu di atas.
 Gaya Kepemimpinan Menurut Hersey
- Blanchard (Hersey and Blanchard, 1995)
Mengikut
sertakan,
memberi
semangat, Menjual, Menjelaskan,
kerja sama
Memperjelas, Membujuk
(PARTISIPATI
(SELLING)
NG)

Mendelegasan,
Pengamatan, Memberitahukan,
Mengawasi, Menunjukkan,
Penyelesaian Memimpin, Menetapkan
(DELEGA (TELLING)
TING)

3 2 1
4
Gaya kepemimpinan Hersey-
Blanchard dibagi menjadi 4 yaitu :
 Memberitahukan, Menunjukkan, Memimpin,
Menetapkan (TELLING-DIRECTING-
INSTRUCTION)
 Menjual, Menjelaskan, Memperjelas,
Membujuk (SELLING-COACHING)
 Mengikutsertakan, memberi semangat, kerja
sama (PARTICIPATING-SUPPORTING)
 Mendelegasikan, Pengamatan, Mengawasi,
Penyelesaian (DELEGATING)
 gaya kepemimpinan yang
diterapkan seorang pemimpin
pada bawahannya bergantung
pada level kematangan (maturity)
dari bawahannya tersebut.
 Kematangandidefinisikan
sebagai kamampuan dan
kemauan orang-orang untuk
memikul tanggung jawab
untuk mengarahkan perilaku
mereka sendiri.
Tingkat kematangan yang dimaksud
adalah sebagai berikut:

 Tingkat kematangan M1/D1 (Tidak mampu


dan tidak ingin) maka gaya kepemimpinan
yang diterapkan pemimpin untuk memimpin
bawahan seperti ini adalah Gaya Telling (G1),
yaitu dengan memberitahukan, menunjukkan,
mengistruksikan secara spesifik.

6
 Tingkat kematangan M2 /D2(tidak mampu
tetapi mau), untuk menghadapi bawahan
seperti ini maka gaya yang diterapkan adalah
Gaya Selling/Coaching, yaitu dengan Menjual,
Menjelaskan, Memperjelas, Membujuk.

6
 Tingkat kematangan M3/D3 (mampu tetapi
tidak mau/ragu-ragu) maka gaya pemimpin
yang tepat untuk bawahan seperti ini adalah
Gaya Partisipatif, yaitu Saling bertukar Ide &
beri kesempatan untuk  mengambil
keputusan.

6
Tingkat kematangan M4/D4 (Mampu dan Mau)
maka gaya kepemimpinan yang tepat adalah
Delegating, mendelegasikan tugas dan
wewenang dengan menerapkan system control
yang baik.

Anda mungkin juga menyukai