Syarat dan para pihak yang behak mencegah perkawinan
Perkawinan dapat dicegah apabila ada pihak yang tidak memenuhi syarat- syarat untuk melaksanakan perkawinan (Pasal 13 UU No.1/74). Adapun para pihak yang dapat mencegah perkawinan menurut Pasal 14 ayat (1) UU No.1/74 adalah sebagai berikut : Para keluarga dalam garis keturunan lurus keatas dan kebawah dari salah seorang mempelai. Saudara dari seorang calon mempelai . Wali nikah dari salah seorang calon mempelai. Wali dari salah seorang calon mempelai. Pihak-pihak yang berkepentingan.
Penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat perkawinan
Usia pria dan wanita dalam perkawinan belum terpenuhi (Pasal 7 ayat 1 UU No. 1/74) Terkena larangan perkawinan (Pasal 8 UU No. 1/74) Seseorang yang masih terkait perkawinan dengan orang lain (Pasal 9 UU No.1/74) Suami dan istri bercerai untuk kedua kalinya (Pasal 10 UU No.1/74) Tidak memenuhi tata cara perkawinan (Pasal 12 UU No. 1/74) Perkawinan di Luar negeri, Yaitu; Perkawinan yg dilangsungkan diluar Indonesia antara dua org warga negara Indonesia/seorang warga negara Indonesia dg warga asing adlh sah, bilamana dlakukn mnrut hk yg berlaku di negara dimn prkwinn itu dilansungkan & bagi warga negara Indonesia tdk melanggar ketentuan UU (Ps. 56 UUP (1) Pasal 56ayat (2) UU No. 1/1974 : “Dalam waktu satu tahun suami isteri itu kembali kewilayah Indonesia, surat bukti perkawinan mrk hrs didaftarkan dikantor pencatatan perkawinan t4 tinggal mrk”. Pengertian perkawinan campuran; Perkawinan antr dua org yg di Indonesia tunduk pd hk yg berlainan krn perbedaan kewarganegaraan & salah satu pihak kewaganegaraan asing dan salah satu phk Syarat melansungkan perkawinan campuran 1. Pasal 60 ayat (1) UUP, perkawinan campuran tdk dpt dilangsungkan seblm terbukti bhw syarat perkawinan yg ditentukan o/hkm yg berlaku bagi phk masing2x telah dipenuhi. 2. Utk membuktikn bhw syarat2x tsb tlh dipenuhi ayat (1)& krn itu tdk ada rintangan u/ mlksankn perkwinan campuran , maka o/ mrk yg mnrt hkm yg berlaku bg pihak masing- masing berwenang mencatat perkawinan, diberikan surat keterangan bahwa syarat-syarat telah dipenuhi (Pasal 60 ayat (2)). 3. Jika pejabat ybs menolak utk memberikan srt keterangan itu, mk atas permintaaan yg berkepentingan , Pengadilan memberikn keputusan yg tdk beracara, serta tdk blh dimintakan banding lg ttg soal apakah penolakan pemberian surat keterangan itu beralasan atau tidak (Pasal 60 ayat 3). 4. Jika pengadilan memutuskan bahwa penolakan tidakberalasan, maka keputusan itu menjadi pengganti keterangan yang tersebut pd ayat 3 (Pasal 60 ayat 4). 5. Surat ketrangan atau pengganti keterangan tidak mempunyai kekuatan lagi, jika perkawinan tidak dilangsungkan dalam masa 6 bulan sudah keterangan itu diberikan (Pasal 60 UU No. 1/74). Perwalian a. Pengertian perwalian Perwalian (voogdij) adalah pengawasan terhadp anak yang dibawah umur, yang tidak berada dibawah kekuasaan orang tua serta pengurusan benda atau kekayaan tersebutdiatur oleh undang-undang (Subekti , b. Anak dibawah perwalian Menurut UU No 1/74 Pasal 50 menjelaskan,anak yang belum mencapai 18 Tahun atau yang belum pernah melansungkan perkawinan, yang tidak berada dibawah kekuasaan orang tua, berada dibawah kekuasaan wali. c. Kewajiban wali Menurut Pasal 51 dan 52 disebutkan bahwa seorang wali berkewajiban sebagai berikut : Wajib mengurus anak yang dibawah penguasaanya dan harta bendanya sebaik-baiknya dengan menghormati agama dan kepercayaan anak itu. Wajib membuat daftar harta benda anak yang berada dibawah kekuasaanya pada waktu memulai jabatanya dan mencatat semua perubahan harta benda anak itu. Bertanggung jawab tentang harta benda anak yang berada