Anda di halaman 1dari 10

Jum’at, 13 November 2020 Muhadharah Ke I

IBADAH
Dasar dan Prinsip-Prinsipnya dalam Islam
Oleh:
Dr. Asep Ahmad Fathurrohman, Lc., M.Ag
Anggota Komisi Fatwa MUI Jabar, Ketua Bidang Ukhuwwah dan
Hubungan Antar Lembaga MUI Kota Bandung, Sekretaris Prodi S2 PAI
Uninus, Dosen UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Pengantar
• Agar tidak salah faham ada baiknya kita
memahami dulu klasifikasi ibadah secara
khusus dan umum

Mahdhoh/langsung Ghair Mahdhoh


seperti; shalat dan seperti zakat dan
puasa kifarat
Ibadah Mahdhah
• Adalah Ibadah yang hanya berhubungan dengan
Allah dan telah lengkap dan sempurna
penjelasannya dalam Qur’an dan Hadits.
• Seperti : Shalat, Puasa, Haji, Zakat, berikut syarat
dan rukun yang mendampinginya.
• Maka dalam I’tiqad Ahlus Sunnah Wal Jamaahpun
jelas hal ini tidak boleh dikurangi, ditambahi,
mendahulukan ataupun mengakhirkan. Semua
sudah dalam batasan yang jelas.
Ibadah Ghairu Mahdhah
• Adalah Ibadah yang tidak berketatapan hukum
mengikat tapi menjadikan penghubung untuk
mencari ridha Allah, maka boleh diadakan
selama tidak bertentangan dengan Qur’an dan
hadits sahih.
Dasar Ibadah dalam Perspektif Ushul Fiqih

• Asal Ibadah adalah Tauqif (berhenti) pada


dalil yang jelas (sahih) baik Qur’an dan
hadits.
• Pengertian berhenti adalah mengikuti pada
dalil yang sahih dari Qur’an dan hadits tidak
boleh dikurangi, ditambahi, mendahulukan
ataupun mengakhirkan. 
Penjelasan Tauqif
1. Tauqif Sifat Ibadah ‫)ا لتوقيفف يص فة ا لعبادة‬   
dicontohkan dalam penjelasannya :
“tidak boleh untuk menambah dan megurangi.
seperti sujud sebelum ruku’, atau duduk sebelum
sujud, atau duduk tasyahud tidak pada tempatnya”
2. Tauqif Waktu Ibadah (‫)ا لتوقيفف يزمنا لعبادة‬
dicontohkan dalam penjelasannya :
“tidak boleh seseorang itu membuat buat ibadah di
waktu tertentu yang syari’ tidak memerintahkannya”
3. Tauqif Macamnya Ibadah (‫)ا لتوقيفف ين وع ا لعبادة‬
dicontohkan dalam penjelasannya : “tidak sah bagi orang
yang menyembah sesuatu yang tidak di syariatkan, seperti
menyembah matahari atau memendam jasadnya sebagian
sembari berkata ” saya ingin melatih badanku “ misalkan ini
semua bid’ah.”

4. Tauqif Tempat Ibadah (‫)ا لتوقيفف يمكانا لعباد‬


  dicontohkan dalam penjelasannya : “jika seseorang wukuf
di Muzdalifah, maka ini bukan haji, atau wuquf di Mina, atau
bermalam ( Muzdalifah ) di Arafah, dan sebaliknya, maka ini
semua bukanlah sesuatu yang masyru’. kita wajib
melaksanakan ibadah sesuai tempat yang sudah disyari’atkan
oleh syari’
Simpulan Dasar Ibadah
• Maka secara umum dalam ushul fiqh terdapat suatu
ijma’ ulama yaitu Lil Wasa’il Hukmul Maqashid, artinya
“Hukum untuk perantara sama dengan hukum
tujuannya”.
• Untuk mudahnya contohnya adalah :
• “Berzina itu haram, maka menyediakan kamar/rumah
untuk berzina itu juga haram”. Maka Berzina itu
maqashid (tujuannya) sedang menyediakan
kamar/rumah untuk berzina itu wasail (perantaranya).
Jika kita cari hukum berzina jelas ada dalilnya, tapi
wasailnya tanpa dalil dia sudah berhukum haram.
Contoh lain
• “Bershalawat adalah perintah (sunnah muakkad) maka
mengadakan maulid nabi Muhammad SAW untuk
mengenal kehidupan Nabi, membangun kecintaan
kepada beliau, termasuk bershalawat didalamnya adalah
Sunnah”. Bershalawat adalah maqashidnya sedang
memperingati maulid adalah wasailnya.
• Dan masih banyak contoh yang bisa kita ambil dalam
Ibadah Ghairu Mahdhah seperti Yasinan, Tahlilan,
Mengucap ushalli dan lain sebagainya. Terpenting adalah
hal tersebut dari sisi maqashidnya tidak boleh
bertentangan dengan Qur’an dan Hadits.
Prinsip-Prinsip dalam Beribadah
• Niat Beribadah;
• Ikhlas karena Allah Swt semata;
• Sesuai Al-Quran dan Sunnah;
• Jangan melupakan duniamu;
• Permudah
• Jangan Persulit
• Dahulukan Prioritas
• Meyakini bahwa semua kebaikan akan dibalas
dengan kebaikan pula
• Jangan merasa paling saleh/benar/baik/hebat

Anda mungkin juga menyukai