seseorang dan perasaan segan terhadap orang lain sebagai sesuatu yang negatif atau keadaan yang mengancam (Nanda, 2005). • Tidak mampu menjalin hubungan dengan orang lain • Tidak respon atau tertarik pada orang • Afek tidak sesuai dan kontak fisik minimal (bayi) • Pada toddler biasa muncul gejala hubungan sosial yang tidak ada sama sekali atau berlebihan pada orang dewasa. • Pada anak-anak klien biasanya gagal/tidak bisa kooperatif saat bermain kelompok, berimajinasi dan menjalin pertemanan • Pada anak dengan gejala ringan, anak terbatas pada kemampuan mengenal anak lainnya. • Jarang atau bahkan tidak pernah berkomunikasi secara verbal, biasanya bahasa hanya dapat dimengerti oleh orang yang mengenal dekat dengannya. • Komunikasi non verbal seperti ekspresi wajah, bahasa tubuh cenderung datar atau tidak sesuai. • Pola imajinasi klien biasanya terbatas atau cenderung steriotip. • Sulit menerima perubahan lingkungan • Pengulangan kata-kata Klien dapat memulai dan melakukan interaksi (secara fisik verbal dan non verbal) dengan orang lain menggunakan perilaku sosialisasi yang dapat diterima dan sesuai dengan tingkat perkembangan. • Klien dapat memulai inisiasi berinteraksi dengan orang lain yang dipercaya, sesuai dengan perilaku sesuai usianya • Klien dapat mendemonstrasikan interaksi berpasangan dengan 1 perawat dalam 1 minggu sesuai dengan aturan berdasarka usia. • Klien dapat percaya dengan orang yang merawat ditandai dengan adanya kontak mata dan ekspresi wajah yang responsif pada satu waktu tertentu (bergantung pada berat dan kroniknya penyakit) • Kembangkan hubungan saling percaya dengan anak • Pastikan perawat dapat menghadirkan rasa nyaman dan dapat menerima perilaku klien • Batasi jumlah perawat yang mendampingi klien • Pertahankan kebersamaan dengan klien selama interaksi • Jelaskan kepada klien lainnya pola komunikasi verbal dan non verbal atau bahasa isyarat yang diketahui oleh klien • Gunakan bahasa yang sederhana untuk menjelaskan perilaku mana yang dapat diterima dan tidak dapat diterima • Lakukan strategi untuk memodifikasi perilaku dengan memberikan reward bagi perilaku yang baik dan reinforcement negatif (bukan hukuman) untuk perilaku yang tidak baik • Berikan reinforcement positif pada setiap kali anak dapat mempertahankan kontak mata. Reinforcement dapat berupa benda yang dapat diterima seperti makanan dan benda yang biasa digunakan oleh klien. Secara bertahap ubah reinforcement menjadi berupa reinforcement sosial seperti sentuhan , senyum, pelukan. • Diskusikan dengan klien perilaku yang dapat diterima maupun yang tidak dapat diterima. Jelaskan konsekuensi perilaku yang tidak dapat diterima. • Dukung klien untuk berinteraksi dengan orang lain • Fasilitasi kegiatan kelompok bagi klien