Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA PASIEN


TN. P DENGAN SUSPEK TETANUS DI BANGSAL
NAKULA RSUD NYI AGENG SERANG KULON
PROGO

Oleh :
Sofia Lestari
Slamet Riyadi
Latar belakang

 Tetanus adalah kejang bersifat spasme (kaku otot) yang dimuli pada
rahang dan leher yang disebabkan oleh racun yang berbahaya yaitu
bakteri Clostridium tetani yang masuk menyerang saraf tubuh
melalui luka kotor
 Hal ini menyebabkan pasien kesulitan memenuhi kebutuhan nutrisi.
 Apabila kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi secara adekuat, maka
akan menyebabkan fungsi nutrien dalam tubuh menjadi tidak
optimal dan terjadi gangguan (Asmadi, 2008). Oleh karena itu di
perlukan intervensi keperawatan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
TUJUAN

 Mampu memahami mengenai proses asuhan


keperawatan dasar profesi yang diberikan
pada pasien yang memiliki gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi pada pasien
suspek tetanus
TINJAUAN PUSTAKA
 

 Definisi Gangguan Kebutuhan Nutrisi


 Gangguan nutrisi merupakan keadaan akibat dari kekurangan atau kelebihan
kandungan nutrien yang dibutuhkan oleh tubuh. Gangguan ini dapat disebabkan
oleh kekurangan salah satu komponen atau lebih dari satu komponen penyusun
nutrien. Nutrien merupakan komponen yang penting dibutuhkan oleh tubuh untuk
pemeliharaan jaringan, perbaikan jarngan, dan produksi energi.
Epidemiologi

 Data Global Nutrition Report (2014) menyebutkan bahwa


Indonesia termasuk negara yang memiliki masalah gizi
yang kompleks. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya
prevalensi stunting, prevalensi wasting, dan permasalahan
gizi lebih. Berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi
gizi kurang pada balita (BB/U<-2SD) memberikan
gambaran yang fluktuatif dari 18,4 persen (2007) menurun
menjadi 17,9 persen (2010) dan kini meningkat lagi
menjadi 19,6 persen (tahun 2013).
ETIOLOGI

 Status kesehatan
 Status sosioekonomi
 Pilihan pribadi
 Faktor psikologi
 Alkohol dan obat
 Kesalahan informasi dan keyakinan terhadap makanan
Tanda dan gejala (Hearman dan Kamitsuru, 2015)

a. Berat badan 20% atau lebih di bawah rentang berat badan ideal, Bising usus hiperaktif

b. Cepat kenyang setelah makan, Diare

c. Gangguan sensasi rasa, Kehilangan rambut berlebihan

d. Kelemahan otot pengunyah, Kelemahan otot untuk menelan

e. Kerapuhan kapiler, Kesalahan informasi

f. Kesalahan persepsi, Ketidakmampuan untuk makan

g. Kram abdomen, Kurang minat pada makanan

h. Kurang informasi, Membran mukosa pucat

i. Nyeri abdomen, Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat

j. Sariawan, Tonus otot menurun


Tanda dan gejala gangguan menelan

a. Abnormalitas pada fase oral saat pemeriksaan menelan

b. Batuk sebelum menelan

c. Mengunyah tidak efisien

d. Muntah sebelum menelan

e. Tersedak sebelum menelan

f. Waktu makan lama dengan konsumsi yang tidak adekuat

g. Menolak makan.
PATOFISIOLOGI

 Tetanus merupakan salah satu infeksi yang disebabkan oleh toksin


kuman clostiridium tetani yang dimanifestasikan dengan kejang otot
secara proksimal dan diikuti kekakuan seluruh badan.di mana
spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus
(lockjaw), sukar menelan, spasme otot umum, melengkungnya
punggung (opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme dan
paralisis pernapasan. Trismus atau tidak bisa membuka mulut dan
gangguan menelan akan mengakibatkan tubuh kekeurangan nutrisi
jika tidak segera mendapat penanganan yang tepat
PATHWAY
PENATALAKSANAAN MEDIS

 Terapi Farmakologi
 Nutrisi enteral
 Nutrisi parenteral
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Pola nutrisi/ metabolik (ABCD)
 Antropometry meliputi : berat badan, tinggi badan, tinggi badan ideal, Indeks Masa Tubuh
(IMT).

 Biomedical sign: Hb, albumin, limfosit total, transferrin serum, urinary urea nitrogen,
creatinin urin.
 Clinical Sign: Kulit, rambut dan kuku, membran mukosa, tes neurobiologis
 Diet Pattern (intake makanan dan cairan): Asupan makanan 24 jam terakhir, frekuensi
makan, kebiasaan makanan, riwayat diet: kebiasaan makan (waktu, jenis, jumlah),
makanan yang disukai dan tidak disukai, pembatasan makanan, termasuk intake cairan:
jenis dan jumlah dalam 24 jam.
ANALISA JURNAL
PENERAPAN EVIDENCE BASE NURSING INTERMITTENT FEEDING UNTUK
MENURUNKAN VOLUME RESIDU LAMBUNG PASIEN KRITIS

 Patient : Kriteria inklusi penelitian ini adalah pasien kritis yang menerima nutrisi
via nasogastric sebanyak 7 orang
 Problem : Ketidaktepatan dalam pemberian nutrisi enteral dapat menimbulkan
komplikasi seperti tingginya volume residu lambung, retensi lambung, diare,
nausea dan muntah
 Population : Semua pasien kritis yang terpasang selang nasogastric..
 Compare : Pasien kritis yang terpasang NGT sebelumnya yang tidak diberikan
secara intermittent feeding.
 Output : Pemberian intermitten feeding efektif untuk menurunkan volume residu
lambung.

Anda mungkin juga menyukai