Anda di halaman 1dari 23

11 MIPA 6

science subject for


senior high school :
colloid
Here is where your presentation begins
our members
our members :

1. 2.
annisa salma e dini febrianti
(05) (10)

3. 4.
rifany arie y tasya syavira
(31) (36)
1. sistem dispersi 3. proses pembuatan

halaman 92 halaman 103

2. sifat - sifat koloid 4. penerapan

halaman 98 halaman 106

study steps
01
0
Sistem Dispersi Koloid
Koloid merupakan sistem dispersi yang bersifat heterogen, tetapi stabil dan terlihat homogen. Sistem
dispersi adalah campuran antara fase terdispersi dengan medium pendispersi yang bercampur secara
merata. Sistem dispersi dibedakan menjadi tiga, yaitu dispersi kasar (suspensi), dispersi halus (larutan),
dan dispersi koloid.

Perbedaan Karakteristik Dispersi Halus, Dispersi Koloid, Dispersi Kasar.

No Dispersi halus Dispersi koloid Dispersi kasar

1 Homogen Tampak homogen Heterogen

2 Satu fase Dua fase Dua fase

3 Jernih Keruh tanpa endapan Keruh tanpa endapan

4 Tidak dapat disaring Dapat disaring Dapat disaring

5 Stabil Stabil Tidak stabil

6 Diameter partikel Diameter partikel Diameter partikel


˂10 ̄ ⁷ 10 ̄ ⁷- 10 ̄ ⁵ ˃10 ̄ ⁵
Jenis-Jenis Koloid

No Nama koloid Fase terdispersi Medium pendispersi Contoh koloid

1 Sol padat Padat Padat Paduan logam,kaca


berwarna
2 Sol cair Padat Cair Tinta,cat

3 Aerosol padat Padat Gas Debu,asap rokok

4 Aerosol cair Cair Gas Kabut,awan

5 Emulsi padat Cair Padat mentega.,keju,mutiara

6 Emulsi cair Cair Cair Susu,es


krim,santan,mayones
7 Busa padat Gas Padat Batu apung,stirofom

8 Busa cair Gas Cair Busa sabun,krim kocok


Berdasarkan pengelompokan sistem koloid pada tabel jenis-jenis koloid, secara garis
besar ada 4 kelompok tipe koloid. Ke-4 tipe koloid tersebut yaitu:
1. Koloid tipe sol koloid dengan fase terdispersinya adalah padat, sedangkan fase zat
pendispersinya adalah cair.
2. Koloid tipe aerosol fase terdispersinya berupa zat padat atau cair dan medium
pendispersinya berupa gas.
3. Koloid tipe emulsi adalah sistem koloid yang tersusun atas fase terdispersi cair atau
padat dalam medium pendispersi cair.
4. Koloid tipe busa adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dalam medium
pendespersi cair atau padat.
02
Proses Pembuatan
Sifat-Sifat Koloid
1. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel koloid. Peristiwa efek Tyndall
pertama kali diamati oleh fisikawan dari Inggris, yaitu John Tyndall. Pada tahun 1820-1893 John
Tyndall mengamati seberkas cahaya putih yang dilewatkan pada sistem dispersi koloid.

2. Gerak Brown
Pada 1827, Robert Brown asal Skoltandia berhasil mengamati gerakan partikel koloid. Jika diamati
menggunakan mikroskop optis akan tampak sebagai bintik-bintik yang berkilauan karena
menghamburkan cahaya.

3. Elektroferesis
Elektroforesis adalah peristiwa pergerakan partikel koloid karena pengaruh medan listrik. Partikel
koloid merupakan partikel yang mempunyai muatan. Adanya medan listrik mengakibatkan partikel-
partikel koloid bergerak menuju elektrode yang mempunyai muatan berlawanan dengan muatan
partikel koloid

4. Adsorpsi
Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun gas, terikat kepada
suatu padatan atau cairan dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau film pada permukaannya.
5. Koagulasi
Koagulasi adalah peristiwa pengendapan partikel-partikel kalold sehingga fase terdispersi
terpisah dari medium pendispersinya. Koagulasi terjadi karena dispersi koloid kehilangan kestabilan
dalam mempertahankan partikel-partikelnya untuk tetap terdispersi di dalam mediumnya. Hal ini
terjadi karena keduanya mempunyai muatan yang berlawanan sehingga saling menetralkan.

6. Dialisis
Dialisis merupakan cara mengurangi ion-ion pengganggu yang terdapat dalam sistem koloid
menggunakan selaput semipermeabel. Kestabilan koloid dapat dipertahankan dengan penambahan
sedikit elektrolit dengan konsentrasi tertentu. Apabila konsentrasi elektrolit tidak tepat, terbentuklah
lon-lon yang mengganggu kestabilan koloid. Adanya ion-ion pengganggu ini dapat dicegah atau
dihilangkan dengan cara dialisis. Alat yang digunakan disebut dialisator.

7. Koloid Pelindung
Koloid pelindung adalah koloid yang dapat melindungi koloid lain agar tidak terjadi koagulasi.
Koloid pelindung bekerja dengan cara membentuk lapisan di sekeliling partikel koloid lain. Lapisan
ini berfungsi sebagai pelindung muatan koloid sehingga partikel tidak menggumpal atau terpisah dari
mediumnya.
03
Proses Pembuatan
1. Cara Kondensasi
1.1. reaksi pengendapan
• dilakukan dengan cara mencampurkan 2 macam
larutan elektrolit hingga menghasilkan endapan
• pembuatan koloid kondensasi dibedakan
yang berukuran koloid.
menjadi 2 yaitu, kimia dan fisika. • contoh pembuatan sol AgCI.
• banyak di terapkan untuk koloid tipe sol, • sol AgCI dibuat dari campuran larutan AgNO3
khusus nya sol emas dan sol belerang. encer dengan larutan HCL encer atau NaCI encer
a. cara kimia • reaksinya :
dari larutan sejati, dengan 4 macam, yaitu AgNO3 (aq) + HCI (aq) →AgCI (s) + HNO3 (aq)
ngendapan, hidirolisis, pemindahan, redoks. AgNO3 (aq) + NaCI (aq) →AgCI (s) + NaNO3
(aq)
1.2. reaksi hidirolisis 1.3 reaksi pemindahan
• dengan mereaksikan garam tertentu dengan air sol As2S3
• misalnya sol FE(OH)3. sol Fe(OH)3 dibuat dengan • dengan cara mengalirkan gas asam sulfida ke
menambahkan larutan FeCI3 ke air mendidih dalam larutan arsen (III) oksida.
• larutan FeCI3 akan terionisasi dan menghasilkan • contoh : sol As2S3
ion Fe3+ • reaksinya :
• ion Fe3+ akan mengalami hidrolois menjadi As2O3 (aq) + 3H2S (g) → As2S3 (s) + 3H2O (l)
Fe(OH)3 sol belerang
• Reaksinya : • dengan menambahkan larutan HCI ke dalam
FeCI3 (aq) + 3H2O (l) → Fe(OH)3 (s) + HCI (aq) larutan Na2S2O3
• campuran ini menghasilkan partikel-partikel
belerang yang berukuran partikel koloid
• reaksinya :
Na2S2O3 (aq) + 2HCI (aq) → 2NaCI (aq) +
H2SO3 (aq) + S (s)
1.4 reaksi redoks (perubahan biloks) b. cara fisika
sol Emas (Au) pembuatan secara fisika dilakukan dengan
• dengan cara mereduksi larutan garamnya mengubah larutan sejati menjadi partikel koloid.
menggunakan reduktor non-elektrolit. seperti proses ini ada 3 cara yaitu :
formaldehida 2.1. pengembunan uap
• reaksinya : • diterapkan pada pembuatan sol raksa (Hg)
2AuCI3 (aq) + 3HCHO (aq) + 3H20 (l) → 2Au (s) + • sol raksa dibuat dengan menguapkan raksa
6HCI (aq) + 3HCOOH (aq) • uap raksa selanjutnya dialirkan melalui air dingin.
sol belerang (S) • sehingga, mengembun dah diperoleh partikel raksa
• dengan cara mengalirkan gas H2S ke larutan SO2 atau berukuran koloid
ke larutan H202 2.2. pendinginan
• reaksinya : • koloid dapat dibuat dengan proses pendinginan
2H2S (g) + SO2 (aq) → 3S (s) + 2H2O (l) • bertujuan untuk menggumpalkan suatu larutan
H2S (g) + H2O (aq) → S (s) + 2H2O (l) • sehingga menjadi koloid
• karena suatu zat sebanding dengan suhu
2.3. penggantian pelarut
• digunakan untuk mempermudah pembuatan koloid
yang tidak dapat larut dalam pelarut tertentu.
• mislanya : pada pembuatan sol belerang
• belerang sukar dalam medium air.
• oleh karena itu, air diganti dengan alkohol
• sol belerang dalam air dibuat dengan cara
melarutkan belerang ke dalam alkohol sampai
larutan jenuh.
• selanjutnya larutan jenuh ini diteteskan ke dalam
air sedikit demi sedikit sampai membentuk sol
belerang.

2. cara dispersi
04
Pembuatan
Prosesdan Penerapan
Pembuatan
Koloid
Pembuatan Koloid (Dispersi)

Pembuatan koloid secara dispersi adalah memecahkan berbagai partikel kasar menjadi
berukuran koloid. Setelah itu, partikel tersebut didispersikan dalam medium pendispersinya.

Pembuatan dengan cara dispersi terdiri dari tiga jenis, yaitu:


1. Teknik Mekanik
2. Teknik Peptisasi
3. Teknik Busur Bredia
Penerapan Koloid di Kehidupan Sehari-hari

1. Bidang Industri
Sistem koloid digunakan dalam berbagai bidang industri di antaranya industri karet, pembuatan
cat, pemutihan gula, pengambilan endapan pengotor udara dan penjernihan air.

2. Bidang Makanan
Susu dan santan merupakan sistem koloid di bidang makanan, Susu dan santan termasuk
emulsi lemak dalam air. Emulsi cair biasanya distabilkan oleh emulgator, contohnya kasein dalam
susu. Kasein berfungsi menstabilkan dispersi lemak dalam air. Lemak tidak dapat terdispersi saat
susu menjadi basi. Hal ini disebabkan adanya bakteri yang merusak protein (kasein) dalam susu.
Akibatnya, lemak menggumpal dan terpisah dari medium pendispersinya, yaitu air.
3. Bidang Farmasi
Di bidang farmasi, prinsip koloid diterapkan saat mengobati sakit perut akibat bakteri patogen
dengan norit. Sakit perut dapat terjadi jika terdapat gas yang terjebak dalam sistem pencernaan.
Sakit perut juga dapat disebabkan oleh bakteri dalam perut yang menghasilkan zat racun. Norit yang
terbuat dari karbon aktif akan membentuk sistem koloid di dalam sistem pencernaan. Koloid yang
terbentuk akan mengadsorpsi gas atau zat racun sehingga konsentrasinya berkurang.

4. Bidang Kosmetik
Bahan-bahan kosmetik hampir 90% dibuat dalam bentuk koloid. Bahan berbentuk koloid
mempunyai beberapa kelebihan sebagai berikut:
a. Mudah dibersihkan.
b. Tidak merusak kulit dan rambut.
c. Mengandung dua jenis bahan yang tidak saling melarutkan.
d. Mudah menyerap berbagai bahan yang berfungsi sebagai pewangi,pelembut, dan pewarna
Beberapa tipe koloid yang digunakan dalam kosmetik sebagai berikut:
a. Sol padat, contoh lipstik dan pensil alls.
b. Sol cair, contoh cat kuku, masker, dan maskara.
c. Emulsi, contoh pembersih muka.
d. Aerosol cair, contoh hair spray, parfum semprot, dan penyegar mulut bentuk semprot.
e. Buih, contoh sabun cukur.
f. Gel, contoh minyak rambut (jelly) dan deodoran.
Terima Kasih
Icon Pack: Biology
Alternative Resources

Hand drawn science education background

Anda mungkin juga menyukai