Anda di halaman 1dari 47

Konsep perawatan menjelang

ajal (akhir hayat) / dengan


klien terminal

By : Ns. Helman Pelani, s.Kep, M.Kep


Sakit Terminal

Menjelang Ajal

Kematian
Pengertian :
• Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami penyakit / sakit yang tidak
mempunyai harapan untuk sembuh.

Dekat dengan Proses Kematian.


( Menjelang Ajal / Dying )
Lanjutan …

• Kehilangan & Kematian : peristiwa dari pengalaman


manusia yg bersifat universal dan unik secara
individual.
• Kehilangan karena kematian : suatu keadaan pikiran,
perasaan, dan aktivitas yg mengikuti kehilangan.
• Dukacita : proses mengalami reaksi psikologis, sosial,
dan fisik thd kehilangan yg dipersepsikan (Rando,
1991).
Lanjutan …

• Berkabung : proses yg mengikuti suatu


kehilangan dan mencakup berupaya untuk
melewati dukacita
• Kehilangan terjadi ketika sesuatu atau seseorang
tidak dapat lagi ditemui, diraba, didengar,
diketahui.
Penyakit menjadikan kondisi terminal
/ mengancam hidup

• Penyakit kronis : AIDS, DM, CRF, dll.


• Kondisi Keganasan, seperti : Ca.
• Kelainan Syaraf, seperti : Stroke, Hydrocephalus
dll.
• Keracunan, seperti : keracunan obat, makanan,
zat kimia.
• Kecelakaan/Trauma, seperti : Trauma Kapitis,
Trauma Organ Vital (Paru-Paru atau jantung),
ginjal dll.
Dying (Proses Kematian)
• Adalah proses ketika individu semakin
mendekati akhir hayatnya.
• Kondisi ini biasanya disebabkan oleh sakit yang
parah/terminal, atau oleh kondisi lain yang
berujung pada kematian individu.
• Biasanya Respon terminal yg ditunjukan setiap
individu berbeda- beda.
Respon Dukacita :
1. Dukacita adaptif : proses berkabung, koping,
interaksi, perencanaan, dan pengenalan
psikososial.
2. Dukacita terselubung : mengalami kehilangan
yang tidak atau tidak dapat dikenali, rasa
berkabung yang luas, atau didukung secara
sosial.
Kehilangan :
1. Kehilangan maturasional : kehilangan yang
diakibatkan oleh transisi kehidupan normal
untuk pertama kalinya.
2. Kehilangan situasional : kehilangan terjadi
secara tiba2 dalam merespons kejadian eksternal
spesifik seperti kematian mendadak dari orang
yg dicintai.
Tujuan Perawat

Pada klien terminal dan dying

Untuk dapat
klien meninggal
menyiapkan
dengan tenang dan
dukungan dan
damai
bantuan bagi klien
Proses Berduka :
ENGEL (1964) :
a. Syok dan Tidak Berdaya : menarik diri, duduk
tidak bergerak, menerawang, pingsan,
berkeringat, mual, diare, HR meningkat,
gelisah, insomnia, dan keletihan
b. Mengembangkan kesadaran
c. Mengenali dan restitusi
Lanjutan …

• RANDO (1991) :
a. Penghindaran : syok, menyangkal, dan
ketidakpercayaan
b. Konfrontasi : luapan emosi meningkat,
melawan kehilangan
c. Akomodasi : penurunan kedukaan akut,
mulai memasuki emosional dan kehidupan
sosial sehari-hari.
Tahapan menjelang ajal :
• Elizabeth Kubler-Ross (1969), ahli kejiwaan
(Amerika) menjelaskan:
• Respon individu dalam menghadapi kematian.
Scr umum dibagi menjadi 5 fase yaitu :
1. Penyangkalan (Denial).
2. Marah (Anger)
3. Tawar menawar (Bargaining)
4. Depresi (Depretion)
5. Penerimaan (Acepptence)
(Taylor dkk,1989)
Berdasar pandangannya, Kubler-Ross :

• Tidak selamanya berurutan secara tetap.


• Dapat tumpang tindih.
• Lama tiap tahap bervariasi.
• Perlu perhatian perawat scr penuh & cermat.

Disamping 5 fase diatas, adapula fase


ketidaktahuan & ketidakpastian yang
dikemukakan oleh sporken & Michels
(P.J.M. Stevens, 1999)
1. Penyangkalan & Isolasi (Menolak/Denial)

Karakteristik klien a/l :


• Klien tidak siap menerima keadaan yang terjadi.
• Menunjukan reaksi penyangkalan secara verbal, “
Tidak, bukan saya. Itu tidak mungkin”.
• Secara tidak langsung pasien ingin mengatakan
bahwa maut menimpa semua orang kecuali dia.
• Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual,
diare, gangguan pernafasan, detak jantung
cepat, menangis, gelisah.
Tugas perawat dalam tahap ini :
• Membina hubungan saling percaya.
• Memberi kesempatan klien untuk
mengekspresikan diri & menguasai dirinya.
• Melakukan dialog disaat klien siap, dan
menghentikannya ketika mampu menghadapi
kenyataan.
• Mendengarkan klien dengan penuh perhatian
dan memberinya kesempatan untuk bermimpi
tentang hal2 yang menyenangkan.
2. Marah (Anger)
Karakteristik klien a/l :
• Mengekspresikan kemarahan dan permusuhan.
• Menunjukan kemarahan, kebencian, perasaan
gusar dan cemburu.
• Emosi tidak terkendali.
• Mengungkapkan kemarahan secara verbal
“mengapa harus aku?”
• Reaksi fisik: muka merah, nadi cepat, gelisah,
susah tidur, tangan mengepal
Tugas perawat dalam tahap ini :
• Menerima kondisi klien.
• Berhati2 dalam memberikan penilaian, mengenali
kemarahan dan emosi yang tak terkendali.
• Membiarkan klien mengungkapkan marahnya.
• Menjaga agar tidak terjadi kemarahan destruktif
dan melibatkan keluarga.
• Berusaha menghormati dan memahami klien.
• Memberikan kesempatan, memperlunak suara dan
mengurangi permintaan yang penuh kemarahan.
3. Tawar menawar (bargaining)
Karakteristik klien a/l :
• Kemarahan mulai mereda.
• Mulai sadar akan kenyataan.
• Terkesan sdh menerima kenyataan.
• Cenderung membereskan segala urusan.
• Melakukan tawar menawar/barter, misal untuk
menunda kematian
• Mempunyai harapan dan keinginan “ Ya Tuhan, jangan
dulu saya mati dengan segera, sebelum anak saya lulus
jadi sarjana ”.
• Verbalisasi; “ kenapa harus terjadi pd saya ?”
• “ kalau saja yg sakit bukan saya”
Tugas perawat dalam tahap ini :

adalah sedapat
mungkin berupaya
agar keinginan klien
terpenuhi
4. Depresi / murung (Depretion)

Karakteristik klien a/l :


• Mengalami proses berkabung karena dulu
ditinggalkan dan sekarang akan kehilangan nyawa
sendiri.
• Klien berada pada proses kehilangan segala hal
yang ia cintai.
• Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara
atau putus asa.
• Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih,
dorongan libido menurun.
Tugas perawat dalam tahap ini :
• Duduk tenang disamping klien.
• Memberi klien kesempatan untuk
mengungkapkan kedudukannya.
• Memberi klien kesempatan untuk
mengungkapkan perasaannya.
• Memberi dukungan dan perhatian pada klien
(misal : sentuhan tangan, usapan pada
rambut,dll)
5. Penerimaan (Acceptance)
Karakteristik klien a/l :
• Mampu menerima kenyataan
• Merasa kedamaian dan ketenangan
• Respon verbal,”biarlah maut mengambilku,
karena aku sudah siap” Merenungkan saat2
terakhir dengan pengharapan tertentu.
• Sering merasa lelah dan memerlukan tidur lebih
banyak.
• Tahap ini bukan merupakan tahap bahagia,
namun lebih mirip perasaan yang hampa
Tugas perawat dalam tahap ini :

• Mendampingi klien.
• Menenangkan klien dan meyakinkannya bahwa
anda akan mendampinginya sampai akhir.
• Membiarkan klien mengetahui yang terjadi pada
dirinya.
Upaya Perawat terhadap
kematian (Taylor dkk,1989)
Sebagai KATALISATOR
• Mengenali & memenuhi kebutuhan klien,
• Mendorong & memberi klien kesempatan untuk
berbicara,
• Mendorong klien untuk mengungkapkan emosinya scr
bebas,
• Selalu siap membantu klien, & menghormati perilaku
klien
Tipe-tipe Perjalanan Menjelang Kematian :

1. Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui


→ adanya perubahan yang cepat dari fase akut ke kronik .
2. Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa
diketahui → biasanya terjadi pada kondisi penyakit yg
kronik .
3. Kematian yang belum pasti kemungkinan sembuh
belum pasti → biasanya terjadi pada pasien dengan
operasi radikal karena adanya kanker .
4. Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu
→ pada pasien dengan sakit kronik dan telah berjalan
lama.
Tanda-Tanda Klinis Menjelang
kematian
a. Penurunan Tonus Otot
• Gerakan ekstremitas berangsur-angsur
menghilang khususnya pada kaki dan ujung kaki
• Sulit berbicara
• Tubuh semakin lemah, refleks gerakan menurun
• Aktivitas seluruh pencernaan menurun
• Otot rahang dan muka mengendur, rahang
bawah cenderung turun.
• Mata sedikit terbuka
b. Sirkulasi Melemah
• Suhu tubuh pasien tinggi, tetapi kaki, tangan
dan ujung hidung pasien terasa dingin dan
lembab.
• Kulit ekstremitas dan ujung hidung tampak
kebiruan, kelabu atau pucat.
• Nadi mulai tidak teratur, lemah dan cepat.
• Tekanan darah menurun.
• Peredaran darah perifer berhenti.
c. Kegagalan fungsi sensorik
• Sensasi nyeri menurun atau hilang
• Pandangan mata kabur/berkabut
• Kemampuan indera berangsur-angsur menurun
• Sensasi panas, lapar, dingin, & tajam menurun

d. Penurunan/kegagalan fungsi pernapasan


• Mengorok / bunyi napas terdengar kasar
• Pernapasan tidak teratur dan melalui mulut
• Pernapasan cheyne stokes
Kematian (Death)…

Secara defenitif
kematian →
Secara etimologi death terhentinya fungsi
→ berarti keadaan jantung & paru2 secara
mati / kematian. menetap / terhentinya
kerja otak secara
permanen
Tanda – tanda kematian

1. Saat Kematian
2.Setelah Kematian
1. Saat Kematian
 Tidak berfungsinya organ vital (jantung, paru dan
otak) TTV menurun / tidak ada.
Hilangnya respon trhd stimulasi eksternal.
Hilangnya kontrol atas sfingter kandung kemih &
rectum.
Peredaran darah terhambat ujung hidung dingin.
Hilangnya kemampuan pancaindra : kecuali
pendengaran. (Steven,dkk.2000)
Adanya garis datar pada mesin elektroensefalografi.
Menunjukan terhentinya aktivitas listrik otak untuk
penilaian pasti suatu kematian
Indikasi Kematian
World Medical Assembly (1986)
1. Tidak ada respon terhadap rangsangan
dari luar secara total.
2. Tidak adanya gerak dari otot khususnya
pernafasan.
3. Tidak ada refleks.
4. Gambaran mendatar pada EKG
2. Setelah Kematian
1. Rigor mortis (kaku)
Tubuh menjadi kaku 2-4 jam setelah kematian.

2. Algor Mortis (dingin)


Suhu tubuh perlahan2 turun.

3. Livor Mortis (post-mortem


decomposition) Perubahan warna kulit pada
daerah yang tertekan.
PERUBAHAN FISIOLOGIS
1. Rigor mortis :
 Kekakuan tubuh 2-4 jam, bisa sampai 96 jam
setelah kematian .
 Muncul akibat penurunan sintesis ATP.
 ATP penting u/ relaksasi otot, jika ATP
menurun : relaksasi otot terganggu  otot
kontraksi/kaku.
 Rigor mortis dimulai dari otot2 involunter
(jantung, bladder,dll) lalu ke kepala, leher,
rahang, & ektremitas.
 posisikan tbh dlm posisi anatomis, tutup
mata & mulut, copot gigi palsu (jika ada)
Lanjutan …

2. Algor mortis :
 Seiring penurunan TD & fungsi
hipothalamus  suhu tubuh mengalami
penurunan 1º C/jam sampai di bawah
suhu ruangan.
 Pada waktu yg sama elastisitas kulit
berkurang  kulit mudah rusak & robek
 Lepaskan plester dan balutan secara
perlahan
Lanjutan …

3. Postmortem Decomposition :
 Livor mortis :
sirkulasi darah  kulit discolored (Pembuluh darah
rusak sel darah rusak  Hb mewarnai jaringan
sekitar) warna kulit tidak merata, bercak kebiruan
terutama daerah bagian bawah
 Tinggikan kepala untuk mencegah perubahan
warna pada wajah.
 Terjadi penguraian oleh bakteri terutama pada
jaringan lunak.
 Penguraian oleh bakteri bisa dipercepat oleh suhu yg
meningkat.
 Suhu rendah menghambat penguraian
 jenazah disimpan dalam tempat yang dingin di RS.
Macam Tingkat Kesadaran atau
Pengertian Pasien & Keluarganya
Terhadap Kematian.
Strause et all (1970), membagi kesadaran ini
dalam 3 type :
1. Closed Awareness/Tidak Mengerti.
2. Matual Pretense/Kesadaran/Pengertian
yang Ditutupi.
3. Open Awareness/Sadar akan keadaan dan
Terbuka.
1. Closed Awareness/Tidak Mengerti
• Perawat sering kali dihadapkan dengan
pertanyaan-pertanyaan langsung, kapan
sembuh, kapan pulang, dan sebagainya.
2. Matual Pretense / Kesadaran /
Pengertian yang Ditutupi
•  Memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menentukan segala sesuatu yang bersifat pribadi
walaupun merupakan beban yang berat baginya.
3. Open Awareness/Sadar akan
keadaan dan Terbuka.
• Pada situasi ini, klien dan orang-orang
disekitarnya mengetahui akan adanya ajal yang
menjelang dan menerima untuk
mendiskusikannya, walaupun dirasakan getir.
• Keadaan ini memberikan kesempatan kepada
pasien untuk berpartisipasi dalam
merencanakan saat-saat akhirnya, tetapi tidak
semua orang dapat melaksanaan hal tersebut.
Bantuan yang dapat diberikan pada
pasien menjelang ajal
• Bantuan untuk kebutuhan fisiologis.
• Bantuan untuk kebutuhan sosial.
• Bantuan untuk kebutuhan psikologis
1. Bantuan memenuhi kebutuhan
Fisiologis
1. Kebersihan diri
2. Mengontrol rasa sakit
3. Membebaskan jalan napas
4. Bergerak
5. Nutrisi
6. Eliminasi
7. Perubahan sensori perawat & keluarga
mengurangi nada pembicaraan
2. Bantuan memenuhi Kebutuhan
sosial
1. Menanyakan siapa2 saja yang ingin didatangkan
untuk bertemu dengan klien dan didiskusikan
dengan keluarganya.
2. Menggali perasaan2 klien sampai dengan
sakitnya.
3. Menjaga penampilan klien pada saat2 menerima
kunjungan2 teman2 terdekatnya
personal hygiene.
4. Meminta saudara/teman2nya untuk sering
mengunjungi dan mengajak orang lain.
3. Bantuan memenuhi kebutuhan
Spiritual
1. Menanyakan kepada klien tentang harapan2
hidupnya dan rencana2 klien selanjutnya
menjelang ajal.
2. Menanyakan kepada klien untuk
mendatangkan pemuka agama dalam hal
untuk memenuhi kebutuhan spiritual.
3. Membantu dan mendorong klien untuk
melaksanakan kebutuhan spiritual sebatas
kemampuannya
ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DALAM PROSES
MENJELANG AJAL

PERTEMUAN SELANJUTNYA…
Terima kasih atas
perhatiannya

Anda mungkin juga menyukai