Anda di halaman 1dari 24

Pemetaan dan Respon Lokal Terhadap

Radikalisme Berbasis Keagamaan di DIY

Dilaksanakan oleh:
Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT)
Daerah Istimewa Yogyakarta
Bekerjasama dengan Staff Peneliti Lapangan
Mahasiswa Fakultas Filsafat UGM
Pertanyaan/Problem Penelitian
• Secara umum penelitian ini hendak
memetakan organisasi dan jaringan gerakan
Radikalisme berbasis agama di Yogyakarta.
Pertanyaan khusus yang hendak diajukan
dalam penelitian ini adalah:
– Apakah ada hubungan langsung atau tidak
langsung antara gerakan radikalisme berbasis
agama dengan kekerasan dan terorisme di wilayah
Yogyakarta?
– Seperti apa respon lokal terhadap gerakan
radikalisme berbasis agama
Pertanyaan Riset Kualitatif
Memahami Peta dan Jaringan Radikalisme berbasis
Agama di DIY:
• Apa organisasi atau kelompok yang dianggap sebagai
organisasi radikal berbasis agama di wilayah
Yogyakarta?
• Bagaimana sejarah, cita-cita (agenda) dan cara kerja
organisasi ini dalam mencapai tujuannya?
• Siapa saja, yaitu aktor-aktor utama, yang terlibat dan
seperti apa cakupan dan kedalaman keterlibatannya?
• Bagaimana, jika ada, hubungan organisasi Radikal
Agama ini dengan bentuk-bentuk kekerasan atau
terorisme yang terjadi di wilayah Yogyakarta?
Catatan Tentang Metode
• Sumber penelitian secara umum dikategorikan dalam dua
kelompok; sumber data sukunder (buku, artikel, berita cetak,
online/situs dan dokumen), dan sumber data primer
(wawancara, mantan anggota organisasi yang keluar/tidak aktif
kembali, dan pengaduan korban)
• Metode kuantatif, melalui suvei, bertujuan mengetahui respon
lokal terhadap radikalisme berbasis Agama di DIY:
– Dengan populasi Yogyakarta sekitar 3595854 dan sampel 488 serta
level of confidence 95%, margin of error: 5%.
– Kuesioner berisi sejumlah pertanyaan (bukan skala--dalam arti bukan
satu kesatuan indikator dari gejala tertentu, melainkan setiap
pertanyaan independen dari pernyataan lainnya).
 
Gambar 2. Peta Persebaran Penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY dalam Angka 2013, BPS DIY)
Sumber: Diolah dari data BPS
Pemetaan dan Parameter
 
• Enam (6) Organisasi Radikal Berbasis Agama Yang menjadi fokus
penelitian: Front Jihad Islam(FJI); Jama’ah Ansharusy Syari’ah (JAS);
Front Pembela Islam (FPI); Hizbut Tahrir Indonesia (HTI); Jama’ah
Anshorut Tauhid (JAT);  Majelis Mujahidin Indonesia (MMI);
• Parameter radikal meliputi unsur pemikiran, sikap dan cara-cara
perjuangan dengan kriteria; gagasan pembentukan negara
Islam/khilafah islamiyah/khilafah rosyidah, menolak aliran yang
dianggap sesat, isu kristenisasi, anti sekulerisme, bersifat eksklusif
dengan mudah menganggap kelompok yang berbeda sebagai bid’ah,
syirik dan pengkafiran, bahkan melakukan tindakan kekerasan,
perusakan, penyegelan dan sweping.
• Tokoh-tokoh pemikir, pengerak radikal tidak sedikit yang tinggal di DIY.
Matrik Karakter Perjuangan
Gerakan Radikal Barbasis Keagamaan di DIY 2015
       
Karakter        
Ekonomi/Politik Historis Ideologis Teror/Bersenjata
(Keuntungan) (miss: Sunni vs Syiah, (Penegakkan
Org.   Akhmadiyah, Sepilis) Khilafah/Negara Islam)

Front Jihad Islam V V V V


(FJI)
Jama’ah V V
Anshorus Syari’ah
(JAS)
Front Pembela V V
Islam (FPI)
Hizbut Tahrir V V V
Indonesia (HTI
Jama’ah V V V
Anshorut Tauhid
(JAT)
Majelis V V
Mujahidin
Indonesia (MMI)
Front Jihad Islam (FJI)
• Berdasarkan sumber wawancara FJI merupakan organisasi Islam yang berawal, berpusat di
Yogyakarta dan berdiri atas restu serta diresmikan Ust. Abu Bakar Ba’syir pada tahun 2004.
Markas Pusat DPP FJI/Dewan Pimpinan Pusat Front Jihad Islam Jl. Bibis No. 43 Padokan
Lor Tamantirto Kasihan Bantul, dan memiliki cabang/DPD di Sleman, Bantul, Gunungkidul
dan Solo Jawa Tengah.
• FJI juga melakukan i’dad/latihan fisik semi militer bagi para anggotanya.
• FJI didirikan oleh beberapa tokoh seperti Ust. Satria Jaya Utama (Mantan Komanda Laskar
Majelis Mujahidin era Ust. Abu Bakar Ba’asyir), Drh. Haris Darmawan, Ust. Umar Said dan
Ust. Puji Hartono/Kang Puji. Struktur kepengurusan DPP FJI terdiri atas dewan syuro
(empat tokoh di atas) dan dewan tanfizd yang dipimpin oleh Wahyu Abdullah (Ketua
Umum) dan Abu Muhammad (Sekretaris Jenderal). Sementara
Abdurrahman/Darohman/Abu Zaki al-Mujahid yang sering tampil di lapangan merupakan
komandan laskar DPP FJI.
• Aktifitas FJI mencakup seluruh wilayah di DIY, bahkan merambah ke Jawa Tengah terutama
Klaten, Solo dan Magelang. Isu-isu utama yang menjadi konsen FJI antara lain aliran sesat
(Syiah, Ahmadiyah, Sapto Darmo), pemurtadan/kristenisasi, pendirian rumah ibadah tanpa
izin, anti liberalisme, sekularisme, miras, dan prostitusi. Bagi terpidana mati teroris FJI
berpandangan bahwa mereka adalah mujahid yang didholimi setelah matinya. Karena itu
biasanya FJI mengunjungi keluarga, kerabat dan melakukan shalat jenazah
• Beberapa aksi yang telah dilakukan FJI selama kurun 2012-2015 dan terdokumentasi
antara lain; pembubaran diskusi LKiS (2012), Insiden Pangukan (2014), Insiden Girisubo
(2014), Insiden Ngestiharjo (2014), kekerasan terhadap Aminudin Aziz (FLI/Forum Lintas
Iman, 2014), Insiden Baciro (2015), Insiden terhadap Syiah (2014, 2015), Insiden terhadap
pengungsi Afganistan (2015) dan Insiden Saman Bantul (2015).
Jama’ah Anshorus Syari’ah (JAS)

• deklarasi terbuka di Yogyakarta belum dilakukan tetapi aktifitas tokoh JAS seperti Ust.
Fuad al-Hazimi dalam bentuk kajian, ceramah yang berisikan paham, pemikiran
keagamaan-keislaman, kemasyarakatan sering dilakukan. Kegiatan Ust. Fuad al-Hazimi
antara lain di Masjid Syuhada Kotabaru Yogyakarta. Sosok Ust. Fuad al-Hazimi
berperan penting dalam organisasi JAS yang merupakan sempalan JAT pimpinan Ust.
Abu Bakar Ba’syir (Amir JAT) pasca baitnya terhadap kepemimpinan ISIS/Islamic State
of Iraq and Syria.
• Dalam organsisasi JAS Ust. Fuad al-Hazimi berperan sebagai Majlis Syari’ah,
sementara sebelumnya menjadi Katib Majlis Syari’ah JAT.
• JAS dideklarasikan di Asrama Haji Bekasi, pada Minggu 10 Agustus 2014 bertepatan
dengan 14 Syawwal 1435 H. Sejumlah tokoh yang sebelumnya dikenal sebagai
petinggi JAT turut membidani lahirnya gerakan baru ini di antaranya Muhammad
Achwan, Fuad Al Hazimi, Abdurrochim Baasyir, Abu Al Iz, Haris Amir Falah dan
sebagainya. Pengurus Jamaah Anshorus Syariah menyatakan bahwa pembentukan
organisasi baru ini untuk merespon adanya perbedaan pendapat antara majelis
syariah dengan Ustadz Abu Bakar Ba”syir yang lebih memilih mengikuti klaim Khilafah
Islamiyah bentukan Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) dibandingkan masukan dari
majelis syariah dan pengurus JAT yang lain.
• Walaupun demikian, Jamaah Anshorus Syariah menegaskan bahwa pembentukan
organisasi baru ini diharapkan tidak membuat silaturahim dengan JAT terputus.
Terpilih sebagai Amir atau pimpinan tertinggi Jamaah Anshorus Syariah adalah Ustaz
Muhammad Achwan yang sebelumnya merupakan anggota Majelis Syariah JAT.
Jamaah Anshorusy Syariah memiliki misi sebagai organisasi yang berusaha
membimbing umat untuk perjuangan penegakan syariat Islam.
Front Pembela Islam (FPI)
• FPI DIY mencakup wilayah DIY-Jawa Tengah yang dipimpin oleh Bambang Tedy
(pengusaha) dan beramalatkan di Jalan Wates Km 8 Dusun Ngaran, Balecatur,
Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman DIY. Namun demikian belakangan sejak
pimpinannya ditahan di LP Cebongan Sleman, keberadaannya tidak lagi
diperhitungankan, meskipun merupakan cabang dari FPI nasional di Jakarta.
• Front Pembela Islam (FPI) 17 Agustus 1998, berpusat di Pondok Pesantren Al-Umm,
Ciputat, Tangerang. Namun akhirnya dipindah di Petamburan, Tanah Abang, Jakarta
di rumah Habib Rizieq, pendiri sekaligus pimpinan utama FPI.
• Posisi Habib Rizieq di FPI sangatlah penting. Buku Dialog Amar Ma’ruf Nahi Munkar
karangan Habib Rizieq bagaikan kitab suci bagi mereka.
• sasaran tembak FPI selalu lokasi-lokasi perjudian, hiburan, dan pelacuran yang
menjadi simbol dekadensi moral di masyarakat. Dari sisi para pemilik usaha dan
modal dalam perjudian, pelacuran dan pusat-pusat hiburan tidak
mempertimbangkan dampaknya bagi masyarakat. Mereka berlindung dibalik izin
legal yang dimiliki dari daerah.
• Daftar Aksi FPI di Yogyakarta
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)
• Hizbut Tahrir masuk ke Indonesia sekitar tahun 1980, yang kemudian disebut Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Awalnya ia memulai dakwahnya di kampus-kampus besar di seluruh Indonesia, namun akhirnya dakwah masuk
ke masyarakat melalui berbagai aktivitas dakwah di masjid, perkantoran, perusahaan, dan perumahan.
• HTI menitikberatkan gerakannya untuk melaksanakan dakwah dan jihad kebangkitan umat di seluruh dunia
untuk mengembalikan kehidupan Islam melalui sistem Khilafah Islamiyah, yaitu pelaksanakan syariat Islam
dipimpin seorang khalifah yang dipilih oleh kaum muslim
• Perkembangan HTI di Yogyakarta telah cukup pesat. Dalam hal pendidikan HTI telah memiliki sebuah perguruan
tinggi lengkap dengan asarama mahasiswa bernama STEI HAMFARA yang berada di Kasihan, Bantul. Di sana
para mahasiswa dikader untuk menjadi generasi penerus HTI. Dalam hal media, HTI telah memiliki dua buletin
yaitu Al-Islam dan Shalihah. Buletin yang terbit seminggu sekali ini menuliskan gagasan-gagasan keras HTI
dalam mengkritis pemerintah dan masalah-masalah yang ada di negara Indonesia. Perlawanannya dalam
bentuk tulisan membawa pembaca untuk mendukung terbentuknya Khilafah Islamiyah dan menentang
demokrasi. Kedua buletin ini mudah sekali tersebar di penjuru Yogyakarta, karena penyebarannya yang merata
oleh anggora HTI.
• Cara pengkaderan HTI : biasanya para anggota ini mendekati secara personil, seperti yang terjadi di kampus-
kampus di Yogyakarta. Mereka akan mengajak sasarannya berbicara dan saling berdiskusi secara personil
tentang isu-isu terkini. Mereka kemudian mengeluarkan beberapa pemikiran-pemikiran khas HTI yang pada
akhir pertemuannya akan mengajak sasaran bergabung. Pendekatan masih berlanjut dengan cara sering
menghubungi sasaran untuk mengikuti acara-acara HTI. Selain itu tim HTI ini juga sering membawa bekal
berupa selembar buletin Al-Islam yang biasanya ia bagi-bagikan ke orang-orang lewat dan juga kepada
sasarannya.
• Daftar aksi HTI di Yogyakarta:
Jama’ah Anshorut Tauhid (JAT)
• JAT wilayah DIY dipimpin oleh Ust. Musthofa (Amir wilayah DIY) dengan kegiatan kajian di Masjid Uswatun
Hasanah Ngabean Yogyakarta, dan kampus UNY. Sebagian peserta kajian merupakan mahasiswa yang kuliah di
UNY, UGM dan UIN Sunan Kalijaga meskipun ada yang separuh baya. Nama JAT sering dibawa dalam agenda-
agenda FUI DIY terutama dalam isu-isu anti Syiah, anti Ahmadiyah, anti sekularisme, liberalisme, dan khilafah
islamiyah.
• Jamaah Anshorut Tauhid atau JAT didirikan pada tanggal 27 juli 2008 di Solo oleh beberapa ulama dan aktifis
gerakan dakwah dengan maksud menegakkan syariah dan menghidupkan sunnah nabi. JAT memiliki banyak
cabang yang tersebar di Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, DKI, NTT, Aceh, Makassar, dan Sumatera.
Jama’ah Ansharut Tauhid di bawah kepemimpinan Ust. Abu Bakar Ba’asyir bertekad bergerak dalam usaha
untuk Iqomatudien (menegakkan Dienullah) menuju kesatuan jama’ah kaum muslimin sedunia dalam
bentuknya yang syar’I khilafah rasyidah ‘ala minhajin nubuwwah (khilafah yang lurus sesuai manhaj Nabi SAW).
• JAT mengklaim mempunyai jamaah sebesar 1.000-2.000 dan bahkan lebih besar, keanggotaannya terbuka bagi
semua muslim dari berbagai latarbelakang dengan catatan mereka tertarik dengan penegakan (hukum) syariah.
JAT merupakan organisasi yang berpengaruh dalam dunia militansi keislaman di Indonesia.
• Majelis Syariah Jamaah Anshorut Tauhid memberikan pandangan resmi terkait hukum demokrasi dan
pelakunyademokrasi dianggap bertentangan dengan Islam!
• JAT mempunyai idiologi salafi dengan goal dakwah mewujudkan Negara Islam, karena menurut organisasi ini
negara yang tidak berbasis syariah adalah kafir. Idiologi pusatnya menolak faham demokrasi, liberalisme,
pluralisme, dan sekulerisme. Aktivitas dakwahnya antara lain; pengajian akbar, publikasi dan distribusi buku-
buku yang ditulis oleh Ust. Abu Bakar Ba’asyir, CD yang berisi pengajian ABB, pelajaran islam namun dalam hal
ini JAT tidak mempunyai afiliasi dengan sekolah-sekolah.
• Sekitar tahun 2014, JAT pecah sebagai akibat pro kontra internal dalam dukungannya kepada ISIS. Pecahan dari
kubu kontra ini kemudian mendirikan organisasi Jamaah Ansharus Syariah (JAS). Tokoh-tokoh JAT diantaranya;
Abu Bakar Ba’asyir, Muhammad Achwan, Sholeh Ibrahim, dan Abdul Rahim Ba’ayir.
Majelis Mujahidin Indonesia (MMI)
• Mejelis Mujahidin Indonesia (MMI) adalah salah satu organisasi Islam di Indonesia yang terbentuk pada
tanggal 5-7 Agustus 2000 melalui kongres mujahidin I (Agenda 5 tahunan) di Yogyakarta. Organisasi ini
terbentuk dengan maksud menegakkan syariat islam dalam segala aspek kehidupan dan tata negara. MMI
bermaksud menyatukan kekuatan kaum muslimin (mujahidin) untuk bersama-sama menegakkan syariah
dalam segala aspek kehidupan dan menjadikan syariah sebagai rujukan tunggal bagi system pemerintahan
kenegaraan nasional maupun internasional. Pusat MMI berada di Yogyakarta dan mempunyai perwakilan di
seluruh wilayah Indonesia dan luar negeri. Sebelumnya MMI adalah MM ketika dipimpim Ust. Abu Bakar
Ba’asyir yang kemudian membentuk JAT.
• Penegakan Syari’ah Islam dalam perjuangan Majelis Mujahidin meliputi tiga lingkup: pribadi, keluarga, dan
kehidupan sosial kenegaraan. Adapun penegakan Syari’ah Islam dalam kehidupan sosial kenegaraan, artinya
berjuang demi memberlakukan Syari’ah Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
• Dalam mencapai Misi utama Majelis Mujahidin menggunakan dua pendekatan sosial, yakni Pendekatan
Struktural dan Pendekatan Kultural. Pendekatan Struktural, maksudnya kekuasaan negara diupayakan
dipegang oleh seorang muslim yang jelas komitmennya terhadap Islam, dan siap memberlakukan Syari’ah
Islam dalam lingkup sosial kenegaraan
• Ustad Irfan S Awwas, berpendapat bahwa membicarakan demokrasi bukan lagi masalah setuju dan tidak
setuju. Dalam Majelis Mujahidin demokrasi dibagi dua. Demokrasi sebagai idiologi dan demokrasi sebagai
mekanisme. Kalau sebagai idiologi kita (MMI) jelas mengatakannya itu musrik tetapi sebagai mekanisme bisa
saja, itu mubah saja. Yang mau menggunakannya silahkan asal komitmennya jelas untuk kepentingan Islam.
Meninggikan Islam bukan untuk merendahkan Islam
• Ketua LPW MMI Jabodetabek, Abu Rabbani Abdulloh, seperti yang dilansir hidayatullah.com pada tabligh
akbar dengan tajuk “umat bersatu kokohkan ahlus sunnah wal jamaah” mengatakan bahwa aliran berbahaya
nagi umat islam di indoneisa yang paling besar dan dahsyat fitnahnya adalah Syiah. “Selain itu, ada juga
aliran yang berbahaya seperti pengikut Sekulerisme, Pluralisme dan Liberalisme (SePilis)
Insiden LKiS (2012)
Para Pelaku Insiden LKIS 2012
Respon Lokal/Masyarakat Yogya
(Survei 2015)
Grafik 29:
Organisasi yang sering melakukan Aksi Kekerasan

Tidak Tahu 0.0191570881226054

Tidak ada 0.00766283524904214

Budha 0.00383141762452107

Kelompok santoso 0.00766283524904214

(ormas) Kristen Katolik 0.00766283524904214

NU 0.00766283524904214

(Ormas) Islam 0.0153256704980843

Syiah 0.0153256704980843

GPK 0.0191570881226054

Ahmadiyah 0.0306513409961686

ISIS 0.390804597701149

FPI 0.475095785440613
Respon Lokal/Masyarakat Yogya
(Survei 2015)
Grafik 35:
Syariat Islam dijadikan Dasar Penyelenggaraan Negara

Tidak Tahu/Tidak menjawab 0.239175257731959

Tidak Setuju 0.329896907216495

Setuju 0.430927835051546
Respon Lokal/Masyarakat Yogya
(Survei 2015)
Grafik 36:
Syariat Islam Dijadikan Dasar Penyelenggaraan Negara
(Cross-Tabulation)
Setuju Tidak Setuju Tidak Tahu/Tidak Menjawab

Kotamadya 0.353535353535353 0.404040404040404 0.242424242424242

Kulon Progo 0.5625 0.208333333333333 0.229166666666667

Bantul 0.373737373737374 0.393939393939394 0.232323232323232

Sleman 0.484210526315789 0.294736842105263 0.221052631578947

Gunung Kidul 0.385416666666667 0.34375 0.270833333333333


Respon Lokal/Masyarakat Yogya
(Survei 2015)
Grafik 36:
Persetujuan Pemberlakukan
Hukum Rajam di Indonesia

Tidak Tahu/Tidak menjawab 0.205338809034908

Tidak Setuju 0.496919917864476

Setuju 0.297741273100616
Respon Lokal/Masyarakat Yogya
(Survei 2015)

Grafik 38:
Persetujuan Terhadap Sistem Khilafah

Tidak Tahu/Tidak menjawab 0.288065843621399

Tidak Setuju 0.421810699588477

Setuju 0.290123456790123
Respon Lokal/Masyarakat Yogya
(Survei 2015)
Grafik 39
Persetujuan Terhadap Sistem Khilafah
(Cross-Tabulation)
Setuju Tidak Setuju Tidak Tahu/Tidak menjawab

Kotamadya 0.232323232323232 0.444444444444444 0.323232323232323

Kulon Progo 0.391752577319588 0.391752577319588 0.216494845360825

Bantul 0.181818181818182 0.494949494949495 0.323232323232323

Sleman 0.305263157894737 0.410526315789474 0.284210526315789

Gunung Kidul 0.347368421052632 0.357894736842105 0.294736842105263


Kesimpulan/Saran
• Seperti fenomena radikalisme dan terorisme pada level nasional, gerakan radikalisme berbasis
keagamaan di wilayah DIY menunjukkan sifatnya yang tidak homogen, tidak tunggal. Gerakan radikal
mengalami metamorfosa (perubahan nama organisasi)
– Ada jenis gerakan radikalisme yang terkait dengan konflik sejarah masa lalu, misalnya keributan antara kelompok
sunni dan syiah, atau kelompok keagamaan seperti ahmadiyah. Konflik semacam ini usianya lebih panjang.
– Radikalisme yang berorientasi pada teror. Pada umumnya ini adalah jaringan yang terkait secara nasional, bahkan
global, contohnya ISIS dan JI dan organisasi-organisasi pendukungnya.
– Kelompok yang ketiga adalah yang berorientasi ekonomi dan politik, misalnya FPI.
– Yang juga tidak kalah serius adalah radikalisme yang berbasis ideologis, misalnya yang berorientasi pada
pembentukan negara Islam, misalnya HTI dan PKS.
• Memusatkan perhatian pada peran negara dan peran masyarakat sipil secara lebih seksama dalam
menghadapi radikalisme berbasis agama, penting dilakukan. Pada level negara, dalam hal ini
pemerintah pusat dan daerah, penting mempertimbangkan koalisi dari kekuatan nasionalis, termasuk
partai-partai politik agar memiliki kesamaan persepsi dan tindakan dalam menghadapi radikalisme.
Tarik menarik antara kebebasan sipil dan keamanan misalnya menyarankan penguasa dan pengambil
keputusan tetap berpegang pada konsolidasi demokrasi yang telah dimulai. Pada level masyarakat
sipil, mendorong keterlibatan dan sikap aktif mereka sangat penting dilakukan.
• Program-program penanggulangan radikalisme atau deradikalisasi perlu dilakukan dengan
melibatkan masyarakat sipil secara lebih luas dan terencana. Perimbangan terhadap radikalisme yang
tumbuh di sejumlah pusat pergerakan radikal (2000 masjid?) dilakukan dengan pendekatan yang
beragam. Jaringan-jaringan yang sama berfikirnya perlu dikoordinasi, dan peran pemimpin atau elit-
elit agama lokal dan nasional perlu dilibatkan di dalamnya.

Anda mungkin juga menyukai