KADER AISYIYAH
Dr. (Cand.) Mufdlilah, M.Sc.
Majelis Pembinaan Kader PP Aisyiyah
Apa itu Militansi?
Mari membuka biografi Pimpinan Aisyiyah
lima dekade terakhir.
Siti Baroroh Baried
• Menjabat Ketua PP Aisyiyah 5 periode
sejak 1965-1985 dengan mulai menjadi
kader di level cabang Gondomanan.
• Karya selama memimpin Aisyiyah:
Qoryah Thoyyibah dan pengembangan
TK ABA.
• Guru Besar Fakultas Sastra UGM
• Usia 39 menjadi perempuan pertama
yang bergelar Guru Besar.
• Produktif menulis jurnal ilmiah.
Elyda Djazman
• Memimpin Aisyiyah tiga periode
(1985-2000)
• Selalu memberikan kritik ke Aisyiyah
karena kurang menghadi hal hal yang
hangat (politik), hal ini krn Aisyiyah
sering terjebak dengan kebiasaan
hanya mengerjakan hal rutin program
saja dan keputusan Muktamar.
• Aktivis sejak muda di Medan dan
Surakarta.
Siti Chamamah soeratno
• Memimpin Aisyiyah dua
periode 2000-2010
• Pandangan terbuka, plural,
kooperatif terhadap berbagai
pihak golongan kelompok
masyarakat
• Anggota organisasi dalam
maupun luar negeri.
Mendorong internasionalisasi
Aisyiyah.
• Menjadi salah satu ketua
organisasi perempuan
internasional muslim (2007-
2010)
Noordjannah Djohantini
Dua perode memimpin Aisyiyah
(2010-2020)
Mendirikan LSM Annisa Swasti
pemberdayaan perempuan.
Aktif terlibat dalam advokasi
memperjuangkan kelompok
buruh dan pekerja.
Dosen di Univeristas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Berperan lebih luas di level
nasional sebagai Bawaslu.
Makna Militan(si)
• Kata “militan” dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1990), didefinisikan sebagai
“bersemangat tinggi; penuh gairah;”.
• Maka militansi dapat diartikan sebagai
“semangat tinggi” dan“penuh gairah”.
• Sekarang kata “militansi” identik dimaknai
dengan sesuatu yang berbau radikal dan sarat
kekerasan. Namun tentu bukan ini yang kita
maksud.
Landasan
ِإَّن الَّل ِحُي ُّب اَّلِذي َق اِتُلوَن يِف ِبيِلِه
َس َن ُي َه
ٌص و ُص ْر َّم ٌن اَينُب م َّن
ُه َأ َك ا ًّف َص
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di
jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti
suatu bangunan yang tersusun kokoh”
(Al-Quran, surat Ash-Shaff/61: 4)