Status : Janda Status Hidup : Di Istana ( tetap sederhana ) Suami : Pangeran Ludwig IV dari Turingia Anak : 3 Orang Masuk Ordo ke 3 St Fransiskus Karya : Melayani orang – orang miskin ( memberi pakaian, makanan ) mendirikan rumah sakit – rumah sakit. Hidup pada Tahun 1207 – 1231 Dikenang setiap tanggal 17 Nopember Setiap tanggal 17 November, Gereja dan teristimewa keluarga Fransiskan merayakan Pesta Santa Elisabet dari Hungaria, Ratu dan Pelindung dari Ordo Fransiskan Sekular (bersama Santo Ludovikus IX). Santa Elisabet bukanlah seorang biarawati, melainkan seorang anggota Ordo Ketiga S. Fransiskus yang sekular. Bagi kita yang hidup di abad ke-21 ini, orang kudus ini tetap merupakan suatu model kekudusan yang relevan. Walaupun ia hidup di abad ke-13, tantangan- tantangan yang dihadapinya terkesan begitu familiar bagi banyak dari kita dewasa ini Karena berbagai alasan yang berada di luar kendalinya – ketika berusia empat tahun – Elisabet dikirim oleh orangtuanya untuk hidup di istana Pangeran Herman I dari Thuringia. Walaupun suasana istana diwarnai dengan semangat materialisme dan sekeliling dirinya dipenuhi dengan kekayaan, Elisabet yang masih kecil itu bertumbuh dalam kekudusan dengan kecenderungan untuk berdoa dan bermati-raga. Karena impuls-impuls religius ini, maka Elisabet menderita karena sikap dan perilaku yang bermusuhan yang datang dari para anggota istana yang lebih menyukai kenikmatan duniawi. Kesalehan hidupnya sesungguhnya merupakan suatu tamparan keras terhadap cara hidup mereka Santa Elisabet menikah pada usia yang muda belia, dengan suaminya yang bernama Ludwig dan pasutri ini dianugerahi dengan tiga orang anak. Pernikahan mereka sugguh terberkati, berbahagia dan sungguh merupakan suatu ikatan persatuan kasih. Namun demikian Elisabet tidak luput dari tragedi yang menimpa diri dan keluarganya. Anaknya yang ketiga, Gertrudis, dilahirkan setelah Ludwig meninggal dunia di Otranto selagi bersiap- siap bergabung dengan pasukan perang salib dari Frederick II. Pada waktu Elisabet baru berumur 20 tahun, ia “ditakdirkan” untuk hidup sebagai seorang single mother dari tiga orang anak yang masih kecil-kecil. Dalam kesedihan yang mendalam, Santa Elisabet, seorang janda berumur 20 tahun berseru nyaring, “Dunia dengan segala sukacitanya sekarang mati bagi diriku.” Namun beban penderitaan belumlah berlalu bagi Elisabet. Salah seorang pelayannya mengklaim bahwa ipar laki-laki Elisabet, wali dari anak laki-lakinya yang berumur lima tahun, mengusir Elisabet keluar dari puri kerajaan ke tengah-tengah dinginnya musim dingin. Lagipula anak-anaknya dipisahkan dari dirinya untuk diurus di tempat lain. Ada juga yang mengklaim bahwa Elisabet meninggalkan puri tempat kediamannya secara sukarela karena alasan-alasan moral, namun kenyataannya adalah bahwa sekarang Elisabet adalah seorang janda, tanpa rumah, dan tanpa anak-anaknya Akankah ada orang yang menuduh Elisabet berbuat kesalahan apabila dia mengambil sejumlah kecil uang yang diterimanya sebagai “mas kawin” (mahar) sebagaimana diinginkan pamannya, dan kemudian hidup bahagia dalam kenyamanan? Sebaliknya, Elisabet malah bermaksud mengikuti jejak Tuhan. Ia berjanji tidak akan menikah lagi dan mengabdikan dirinya dalam memelihara serta merawat orang-orang sakit, teristimewa mereka yang menderita penyakit- penyakit yang paling “menghebohkan”. Elisabet dengan sadar sesadar-sadarnya menolak hidup privilese dan memilih menjadi miskin bersama orang-orang miskin Kita juga acapkali menghadapi keadaan-keadaan di mana kita tidak memegang kendali, dan kita juga harus membuat pilihan seturut Injil dan kehendak Allah bagi hidup kita. •Berapa banyak orang yang masa kecilnya secara tiba-tiba diubah oleh keadaan di luar kendali mereka, namun demikian terus mempunyai iman kepada Kristus? •Berapa banyak orang yang telah begitu mengasihi pasangan hidupnya dan ditinggalkan karena kematian, namun menemukan kenyamanan dalam kasih kepada Allah? •Berapa banyak orang yang anak-anaknya direbut dari pelukan mereka karena nasib buruk atau kematian pasangan hidup mereka, namun tetap teguh berpengharapan dalam Kristus? •Berapa banyak yang menderita karena dihina dan dicerca dst., sebab mereka tidak mau berkompromi dalam ketaatan melaksanakan perintah-perintah Allah? •Berapa banyak orang yang dalam kesulitan hidup terus mengikuti jejak Kristus yang miskin dan tersalib? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini adalah: •Semua orang, seperti Santa Elisabet dari Hungaria, yang memiliki suatu relasi dengan Allah secara mendalam dan tak kunjung hilang. •Semua orang, seperti Santa Elisabet dari Hungaria, yang percaya akan suatu rasa keadilan dan kesetaraan bagi semua makhluk Allah. •Semua orang, seperti Santa Elisabet dari Hungaria, dan memperoleh jawaban terhadap kesulitan-kesulitan hidup dengan memberikan diri mereka kepada penyelenggaraan Allah dalam sukacita dan ketakjuban. •Semua orang, seperti Santa Elisabet dari Hungaria, yang menemukan kekuatan untuk maju terus mengikuti jejak Kristus seturut teladan Santo Fransiskus dari Assisi Santa Elisabeth dari Hongaria adalah seorang ratu yang bersahaja dan murah hati. Sejak kecil ia sudah ditunangkan dengan seorang raja. Pada usia remaja awal ia harus hidup sebagai puteri raja di istana calon suaminya yang mewah dan penuh dengan norma-norma kerajaan. Kebahagiaan bersama keluarga, kebebasan sebagai seorang anak dan remaja ia tinggalkan. Sebagai seorang ratu kehidupan Elisabeth sangat mewah, namun dia tetap memiliki hati dan jiwa yang sederhana. Hatinya senantiasa terusik oleh kehidupan rakyat yang sangat menderita. Elisabeth sangat perhatian pada rakyatnya, maka secara diam-diam, Walaupun dengan kekayaan yang mengelilinginya, ia tetap memiliki kesederhanaan hidup dan selalu menjaga kesucian hatinya. Ia rela berbagi dan bersedekah untuk Elisabet menjadi seorang yang kaya namun memiliki hati penderma, ia mendirikan sebuah usaha amal. Pada musim semi tahun 1226, ketika banjir, kelaparan, dan wabah malapetaka menimpa Thüringia, Elizabeth berusaha keras mengendalikan pemerintahan dalam negeri dan mendistribusikan bantuan kesemua bagian wilayah yang terkena bencana. Ratu bahkan juga mendermakan jubah kenegaraan beserta hiasannya kepada orang miskin. Di bawah Kastil Wartburg, ia membangun Suatu ketika Elisabet secara diam- diam keluar membawa sebakul roti, dan banyak pakaian, lalu tiba-tiba terlihat dan bertemu tidak sengaja dengan Ludwig suaminya. " Apa yang kau bawa Elisabeth?", seru suaminya. Elisabet bingung dan harus menjawab apa. Namun seperti bukan kemauannya sendiri, Elisabet menjawab: "Bunga Mawar, suamiku." Suaminya tak percaya, lalu ia membuka bungkusan itu, dan sebuah keajaiban, ternyata yang dibawa Elisabet berubah menjadi bunga mawar yang segar. Yang Maha The Charity of St. Elizabeth of Hungary
Santa Elisabeth dari
Hungaria Mempunyai cinta kasih yang amat besar bagi orang miskisn dan menderita
Kita semua sebagai
Calon Perawat dan Gizi Spiritualitas Hidup St. Elisabeth 1. Terpangggil untuk hidup Sederhana 2. Memberi dari kelebihan secara materi untuk orang – orang miskin, dan orang – orang sakit. 3. Memberikan hidupnya, rela berkorban dari kegemerlapan Istana dan mencintai orang – orang miskin 4. Mampu memberikan potensi dirinya demi keselamatan Orang – orang miskin, orang – orang sakit PESAN BAGI KITA YANG MEMILIH NAMA ELISABETH SEBAGAI NAMA STIKES ST ELISABETH