Anda di halaman 1dari 13

KELOMPOK 4

ILMU POLITIK

SISTEM POLITIK
Dosen Pengampu:

Ahmad Yuzki Arififin Nawafi, M.IP


ANGGOTA:

01 WILDAN EKA ARVINDA


(126103211094)

02 WELLA ANGGIA FERENYKA


(126103211096)

03 AMALIA QUROTUL ‘AINI


(126103212117)

04 DETA SYANI OKTAVI


(126103212128)
ARISTOTELES

Aristoteles lahir sekitar 384 SM di stagria. Aristoteles juga


merupakan murid dari plato ia belajar dari Plato
diakademia sekitar umur 17 tahunan, sebelumnya
aristoteles menyetujui pemikiran pemikiran dari Plato.
Namun seiring zamannya berfikir semakin kritis, dan
terbuka terhadap pemikiran. Akhirnya ia mengubah
pandangannya dari pemikirannya yang sebelum idealisme
menjadi realisme. Yaitu memahami realita sebagai yang
lebih nyata daripada pikiran ataupun ide-ide.
Aristoteles menyumbangkan konstruksi pemikiran politik yang ideal
menurutnya. Sama halnya dengan guru nya yaitu Plato. Aristoteles juga
menggagas beberapa sistem politik yang menurutnya ideal dan bisa dikatakan
pula pemikiran politik yaitu integral turunan dari pemikiran politik dari Plato
itu pula.
Aristoteles cenderung mencetuskan teori berdasarkan bagaimana kondisi
sistem pemerintahan yang akan dipilih oleh suatu negara/bangsa. Itu
tergantung negara tersebut menyetujui nya dengan kesepakatan ataupun cara
lainnya. Namun menjadi lebih jelas lagi, bahwa sistem pemerintahan yang
ideal dari Aristoteles adalah bagaimana dalam sistem tersebut dipimpin oleh
fisolof.

Pemikiran politik menurut Aristoteles di antara lain:


01
Monarki
Monarki merupakan salah satu sistem pemerintahan yang dipimpin oleh satu orang, yang di dalam
sistem ini pula pemerintahan bersifat absolut. Aristoteles menyetujui sistem politik monarki disebabkan
karena pemimpin ini merupakan pemimpin yang paling ideal menurutnya. Sebab dalam sistem politik yang
pantas memimpin adalah satu orang sehingga mampu mengontrol banyak orang. 
Monarki termasuk bentuk pemerintahan tertua di dunia. Negara dipimpin oleh raja, kaisar, syah, atau
ratu yang berganti secara turun temurun dan berlangsung seumur hidup. Monarki sendiri dibagi menjadi:

 Monarki mutlak (absolut), seluruh kekuasaan dan wewenang tidak terbatas (kekuasaan mutlak).
 Monarki Konstitusional, kekuasaan raja dibatasi oleh suatu konstitusi (UUD)
 Monarki Parlementer, ialah suatu monarki di mana terdapat suatu parlemen (DPR), para menteri, baik
perseorangan maupun secara keseluruhan, bertanggung jawab sepenuhnya
pada parlemen tersebut.
Contoh Negara monarki: Inggris, Belanda, dan Brunei Darussalam.

Monarki Tirani Aristokrat Politea Oligarki Demokrasi


02
Tirani

Tirani adalah pemerintahan yang sewenang-wenang dan dijalankan secara otoriter juga
absolut. Ini sekilas sama seperti monarki mutlak, karena kekuasaan ada pada satu orang.
Terbalik dari sistem monarki yang ideal menurut aristoteles yang berubah menjadi tirani
disebabkan keinginan seorang pemimpin absoult tersebut yang menyimpang dan ketidakpuasan
terhadap kekuasaan. Pemimpin tirani membuat rakyat menjadi menderita, sebab keinginan dari
pemimpin harus dipenuhi dan dipaksakan kehendaknya. Sehingga sudah dijelaskan sebelumnya
bahwa pemimpin yang ideal menurut Aristoteles harus dipimpin oleh filsuf atau nabi sehingga
menjauhi sifat tirani

Contoh Negara Tirani : Adolf Hitler di Jerman dan Joseph Stalin dari Uni Soviet .

Monarki Tirani Aristokrat Politea Oligarki Demokrasi


03
Aristokrat
Sistem pemerintahan aristokrat menurut Aristoteles adalah sistem pemerintahan yang
di mana pemimpinnya beberapa orang yang harus berasal dari orang-orang yang memiliki
potensi berbakat dalam kekuasaan. 
Aristoteles mengkategorikan yang pantas menjadi pemimpin dan masuk dalam
pemerintahan Aristokrat adalah para tokoh tokoh penting yang berilmu, tokoh agama,
ataupun orang orang bijak yang berada dalam wilayah tersebut. Sistem aristokrat
merupakan pilihan kedua yang harus dijalani ketika sistem pemerintah monarki tidak
dijalankan di suatu negara. 
Pada bentuk pemerintahan aristokrasi, kekuasaan dipegang oleh beberapa orang yang
dianggap mempunyai peran utama dalam negara, misalnya cendekiawan.

Contoh Negara Aristokrat: Perancis sempat menjalankan bentuk pemerintahan ini, sekitar
tahun 1700-an.

Monarki Tirani Aristokrat Politea Oligarki Demokrasi


04
Politea

Sistem pemerintahan politea(demokrasi konstitusi) menurut aristoteles merupakan sistem


pemerintahan yang disahkan di dalam suatu kota kecil. Sifatnya di mana sistem pemerintahan ini dipimpin
oleh beberapa orang pula. di sini sistem politea menyatakan bahwa sistem tersebut berbasis dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat. 
Sistem pemerintah seperti ini cenderung diutamakan bagaimana kesepakatan dari rakyat di sendiri
untuk memilih pemimpin. Aristoteles menyetujui sistem pemerintahan ini jika sistem pemerintahan
monarki dan aristokrat tidak dipilih. Namun dianjurkan lebih dahulu memilih sistem pemerintahan pertama
dan kedua karena itu lebih relevansi dan lebih bisa dikontrol ketika mendapatkan konflik ataupun
menyambangi keharmonisan dalam menstabilkan bangsa. Jika pun terjadinya penyimpangan dalam sistem
politea ini. Maka akan beralih ke dalam sistem pemerintahan demokrasi. Yang sama halnya dengan
pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.

Monarki Tirani Aristokrat Politea Oligarki Demokrasi


05
Oligarki
sistem pemerintahan ini dipimpin oleh sebagian orang ataupun beberapa orang
demi kepentingan golongan mereka sendiri. istem oligarki menurut Aristoteles
sangat merugikan rakyat. Karena pemimpin pemimpinnya dipimpin oleh seberapa
orang namun mereka mementingkan diri sendiri sedang golongan. Sehingga
eksistensi dari pemimpin oligarku ini akan cenderung memberikan keuntungan
kepada komunikasinya saja dan merugikan rakyat

Contoh Negara Oligarki adalah Afrika Selatan, sebelum Nelson Mandela akhirnya
menjadi presiden tahun 1994.

Monarki Tirani Aristokrat Politea Oligarki Demokrasi


06
Demokrasi
Pada bentuk pemerintahan demokrasi, kekuasaan ada di tangan
rakyat sehingga setiap warga negara memiliki hak setara dalam
mengambil keputusan. Abraham Lincoln mengatakan satu ungkapan yang
terkenal mengenai demokrasi dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
sistem pemerintahan demokrasi ini harus berdasarkan konstitusi jadi
mana pemimpinnya berasal dari kesepakatan dari rakyat sendiri untuk

Monarki Tirani Aristokrat Politea Oligarki Demokrasi


Sistem Pemerintahan
01 02 03
Sistem Pemerintahan Sistem Pemerintahan
Sistem Pemerintahan Presidensial Parlementer Semipresidensial
Berasal dari kata presiden, sehingga sistem Macam sistem pemerintahan sistem pemerintahan semipresidensial
pemerintahan presidensial meletakkan selanjutnya parlementer, di mana merupakan gabungan dari Presidensial
hubungan fungsional antar lembaga dan ada presiden dan perdana menteri dan Parlementer hingga disebut
pelaksanannya, dipimpin oleh presiden
yang berkuasa. sebagai Dual Eksekutif atau Eksekutif
Ganda

04 05 06
Sistem Pemerintahan Demokrasi
Liberal Sistem Pemerintahan Liberal
Sistem Pemerintahan Komunis
Politiknya menganut pada kebebasan Macam sistem pemerintahan Liberal
Sistem pemerintahan dikendalikan
individu. Berusaha supaya keputusan menganut pada asas kebebasan sebagai
penuh oleh partai komunis,
pemerintah tidak melanggar landasan penetapan kebijakan. Pemerintah
Komunisme atau Marxisme
kemerdekaan, serta hak-hak individu tak begitu banyak menetapkan kebijakan.
merupakan ideologi dasar yang
seperti tercantum dalam konstitusi. Mayoritas aktivitas pemerintahan negara
umumnya digunakan oleh partai
dijalankan oleh pihak swasta
komunis.
Sistem Politik Indonesia
Politik Indonesia merupakan kedaulatan rakyat/masyarakat termanifestasi dalam pemilihan
parlemen dan presiden setiap lima tahun. Sejak berahirnya Orde baru yang dipimpin presiden suharto
dan mulainya Reformasi, setiap pemilu di Indonesia di anggap bebas, adil dan profesional.
Pengalaman selama masa Orde Lama dan Orde Baru cukup memberikan kesan yang mendalam
dalam sistem politik Indonesia. Peran elit yang terlalu dominan membuat masyarakat tidak berdaya
untuk membangun dirinya dan terlibat dalam menciptakan sistem politik yang stabil, malah sebaliknya
timbul beberapa persoalan yang tidak terselesaikan. Masyarakat atau rakyat merupakan penentu
berjalannya suatu sistem politik, karena masyarakat dianggap sebagai subjek dan objek dari sistem
politik yang ada.
Kedudukan partai politik menjadi sangat strategis pada saat Indonesia memasuki babak baru
dalam sistem politik yang lebih terbuka. Partai politik dan elit politik tidak hanya tergantung pada
kekuatan yang berada di luar kerangka sistem politik. Persoalannya sekarang adalah partai politik dan
elit politik belum memiliki kemampuan untuk mempercayai dirinya sendiri dalam menentukan sikap,
termasuk sangat tergantung pada backing seperti yang terjadi pada masa Orde Baru.
Hidup Kesepian Tanpa
Kekasih
Cukup Sekian Dan
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai