Anda di halaman 1dari 23

Lupus Erimatosus Diskoid

MARISA SAHARA
102119049

Pembimbing :
Dr. Hj. Hervina, Sp. KK, FINSDV, MKM

DEPARTEMEN / SMF ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
RSUD DR R.M DJOELHAM BINJAI
2020
1. DEFINISI

Lupus Eritematosus Diskoid


merupakan kelainan pada kulit yang
menyebabkan skuama dan lesi
kemerahan pada kulit yang diperparah
oleh paparan sinar matahari.

(Costner. 2015).
1.1. klasifikasi
LED Lokalisata LED Generalisata

• LED generalisata lebih jarang


• LED lokalisata jika lesi berada di terjadi, lesi paling sering muncul
atas leher yaitu pada wajah, kulit
pada ekstremitas atas dan dada,
kepala, daerah pipi, ujung hidung,
bibir bawah, kelopak mata bawah dan dapat terjadi
dan telinga. bersamaan dengan LED
lokalisata.

(Costner. 2015).
2. ETIOLOGI
Penyebab pasti LED masih belum
diketahui, namun kemungkinan bisa
disebabkan karena:

Faktor genetik, imunologis, lingkungan dan hormon


dianggap sebagai etiologi LED, yang mana keempat
faktor ini saling terkait. Faktor lingkungan dan
hormon berperan sebagai pencetus penyakit pada
individu peka genetik. Faktor lingkungan yang
dianggap sebagai pencetus antara lain yaitu infeksi,
sinar ultraviolet, pemakaian obat-obatan, stress
mental maupun fisik

(Lee LA. 2015).


3. EPIDEMIOLOGI

• LED dapat mengenai rata-rata umur antara


20-40 tahun.
• Dapat ditemukan 1-5% pasien LED dapat
berkembang menjadi SLE (Sistemic Lupus
Erythematosus)
• Laki-laki : perempuan  2:3 - 1:3
• Pada wanita Afrika-Amerika terjadi 4 kali lipat
dibandingkan dengan wanita Kaukasia-Amerika.

(Gaüzère L, 2019)
4. FAKTOR RESIKO

Faktor Genetik
Faktor Lingkungan

Faktor Hormonal

Faktor Imunologis

(Gaüzère L, 2019)
5. CARA PENEGAKKAN DIAGNOSIS

1.Anamnesis 2.Pemeriksaan
Fisik

• Dapat ditemukan makula


• Pasien datang dengan keluhan bercak eritematosa, bentuk
lentikular-plakat dengan • Biasanya berlokalisasi
kemerahan disertai rasa gatal dan nyeri
sesekali pada lesi. gambaran kupu-kupu. simetrik di wajah
• Sekitar lesi didapati (terutama hidung dan
Adanya riwayat kebiasaan sering terpapar
telengiektasis, dan pipi), kepala, telinga
sinar matahari dan keluhan memberat apabila
terpapar sinar matahari atau cuaca panas. skuama, atau leher, dada serta
lengan.

(Perdana. 2018).
PEMERIKSAAN PENUNJANG

LABORATORIUM

 TES DARAH LENGKAP 


Pada pemeriksaan darah lengkap dapat

menunjukkan anemia, leukopenia atau


trombositopenia

 Tes ANA (antinuclear antibody) 


didapatkan hasil (+)

Fajriansyah,2019
Lupus Band Test
(Direct Immunofluorescence)

 Pemeriksaan Direct Immunoflorescence.


 Pada pemeriksaan Direct Immunoflorescence
menunjukkan deposit IgG, IgM, IgA, dan C3
pada membran basalis.

Gambaran LBT pada lesi


Fajriansyah,2019
HISTOPATOLOGI
 Pemeriksaan Histopatologi :
Didapatkan hiperkeratosis dengan sumbatan
folikel, serta atrofi dengan epitel
skuama berlapis.

Gambar: Degenerasi hidrofik lamina basalis pada LED

Fajriansyah,2019
6. Patogenesis Sistem
neuroendokrin
Faktor lingkungan hormon

Gangguan
imunitas mengakibatkan

Kehilangan tekanan
mengakibatkan
aktivitas

Kematian sel
yang mana mengakibatkan
APC mempengaruhi
(sel penyaji T cells
Kematian sel
antigen)
DNA i
me ruh
mp ga
eng en
mp
m
en
aru
hi B cells me
ga
kib
at
ka sehingga
n

Kerusakan jaringan
tubuh
(Costner MI, Sontheimer RD, 2015)
7. Patofisiologi
HLA dan Lainnya
Pewarisan Gen/ Mutasi Somatik

Sinar UV dan Lainnya Pembentukan Autoantibodi


Hilangnya toleransi terhadap
komponen tubuh

Ekspansi Sel T
Perluasan Proses Autoimun

Pembentukan kompleks imun


Jejas immunologis

(Costner MI, Sontheimer RD, 2015).


8. DIAGNOSA DAN DIAGNOSA BANDING

LUPUS ERIMATOSUS
DISKOID

DERMATITIS SEBOROIK

AKNE ROSASEA
Gambar Etiologi Subjek Predileksi Efloresensi
LED
Penyebab pasti LED Gatal ringan, nyeri Lokasi simetrik di wajah
masih belum diketahui Makula eritema,
pada lesi yang (terutama hidung konfluens, multiple,
Faktor genetik, memberat dan pipi), kepala, telinga numular-plakat, skuama
imunologis, lingkungan apabila terpapar sinar atau leher, dada serta
matahari. lengan. halus, berbatas tegas,
dan hormon dianggap
sebagai etiologi LED
(Lee LA. 2015).

Dermatitis Seboroik

Imunodefisiensi, Infeksi
Makula eritematosa yang
Pitryrosporum Ovale, Kulit kepala, wajah, dan ditutupi papul-papul miliar
Candida atau Rasa gatal yang hebat badan berbatas tegas, skuama halus
Staphylococcus, faktor putih berminyak
lingkungan, obat-obatan .

(Atep Adya Barata. 2016)

Akne Rosasea

Belum diketahui secara Pipi, dagu, hidung, dahi.


pasti namun diduga oleh Tidak nyeri, Kadang meluas ke leher Eritema, papul, pustul,
makanan dan minuman kemerahan pergelangan tangan atau edema telangiektasis
serta obat-obatan kaki
(Setiawan, 2020)
9. PENATALAKSANAAN

01 NON FARMAKOLOGI
Erbium YAG atau laser CO2 guna untuk
pemulihan dari skar atropi

(PERDOSKI. 2017).
02 FARMAKOLOGI

Sistemik
Topikal
• Cream Hidrokortison 1% 5g 2-3x sehari
 Hydroxychloroquine 2 x 200mg / hari
• Betamethasone 0,25-0,5mg/hari selama 7-14 hari
• Thalomide 50-300mg/hari  jika refrakter
terhadap obat lain.
 Prednison 0,5mg/kgBB/hari

(Panjwani S, 2018)
10. EDUKASI DAN KOMUNIKASI

Memberikan penjelasan kepada pasien untuk melindungi diri dari

01 paparan sinar matahari dengan memakai pakaian tertutup dan


pelindung (topi) dan memakai Sun block SPF >15

02 Menjelaskan pasien untuk tidak menggaruk bagian lesi yang gatal

03 Menganjurkan kepatuhan dalam penggunaan obat

Pasien juga disarankan untuk melakukan follow-up


04
setelah perawatan untuk memastikan ada atau tidak komplikasi

Marks, James G., Jr, (2019). 


11. KOMPLIKASI
85% 65%

Resiko perkembangan penyakit menjadi lupus


sistemik meningkat jika lesi menyebar dan
terdapat abnormalitas hasil pemeriksaan darah
dan parameter serologis. Pengobatan dini dapat
mencegah terjadinya jaringan parut atau atrofi.

Petri Michelle,(2016)
12. PROGNOSIS

Prognosis LED umumnya baik. Hanya sekitar


1-5% saja kasus LED yang dapat berkembang
menjadi LES (Lupus Eritematosus Sistemik).
Kemungkinan eksaserbasi dapat muncul
terutama pada musim semi dan musim
panas. Jaringan parut dan atrofi kulit yang
terbentuk biasanya permanen

Petri Michelle,(2016)
13. PROFESIONALISME

 Membantu mengontrol kesembuhan


pasien dengan pemberian obat
dengan dosis yang tepat.
 Kontrol Ulang Bila keadaan tidak baik
bisa dirujuk ke dokter spesialis kulit dan
kelamin
14. KESIMPULAN
 Lupus Eritematosus Diskoid merupakan kelainan pada kulit yang
Definisi menyebabkan skuama dan lesi kemerahan pada kulit yang diperparah oleh
paparan sinar matahari
 Anamnesa : Pada anamnesa, pasien datang dengan keluhan bercak
Penegakan kemerahan disertai rasa gatal dan nyeri sesekali pada lesi. Adanya riwayat
Diagnosis kebiasaan sering terpapar sinar matahari dan keluhan memberat apabila
terpapar sinar matahari atau cuaca panas.
 Pemeriksaan Fisik Dapat ditemukan makula eritematosa, bentuk
lentikular-plakat dengan gambaran kupu-kupu. Sekitar lesi didapati
telengiektasis, dan skuama, Biasanya berlokalisasi simetrik di wajah
(terutama hidung dan pipi), kepala, telinga atau leher, dada serta lengan.

 Pemeriksaan Penunjang : Pemeriksaan laboratorium, tes darah lengkap


didapati anemia, leukopenia, atau trombositopenia; Tes ANA (antinuclear
antibody) didapati hasil (+): Direct Immunoflorescence menunjukkan
deposit IgG, IgM, IgA, dan C3 pada membran basalis: Histopatologi
Didapatkan hiperkeratosis dengan sumbatan folikel, serta atrofi dengan
epitel skuama berlapis.
KESIMPULAN
 Non Farmakologi : laser CO2 guna untuk pemulihan dari skar atropi
 Farmakologi :
Terapi 1.Sistemik (Hydroxychloroquine 2 x 200mg / hari, Thalomide 50-300mg/hari, Prednison
0,5mg/kgBB/hari)
2. Topikal (Cream Hidrokortison 1% 5g 2-3x sehari, Betamethasone 0,25-0,5mg/hari
selama 7-14 hari).

1. Memakai pakaian yang tertutup dan hindari paparan sinar matahari secara langsung
Edukasi 2. tidak menggaruk bagian lesi yang gatal
3. Menganjurkan kepatuhan dalam penggunaan obat
4. Pasien juga disarankan untuk melakukan follow-up setelah perawatan untuk memastikan
ada atau tidak komplikasi

Resiko perkembangan penyakit menjadi LES meningkat jika lesi menyebar dan
Komplikasi terdapat abnormalitas hasil pemeriksaan darah dan parameter serologis.
Pengobatan dini dapat mencegah terjadinya jaringan parut atau atrofi.
Prognosis LED umumnya baik. Hanya sekitar 1-5% saja kasus LED yang akan
Prognosis berkembang menjadi LES. Kasus kambuh jarang, sekitar <10%. Tingkat mortalitas
pada penyakit ini rendah, tetapi nyeri pada lesi dapat berkelanjutan. Jaringan parut
dan atrofi kulit yang terbentuk biasanya permanen.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai