Anda di halaman 1dari 16

HALLO !

Pengantar Ilmu Hukum/PTHI


Istiya Marwinda, S.IP, M.H

Tutor Universitas Terbuka


( UT )
Pokjar “Habang Jaya” Toboali 2022.1

Materi mata kuliah ini berjumlah 12 modul,


menggambarkan keutuhan dalam mempelajari
pengantar ilmu hukum

• PERTEMUAN 6
Pembentukan Dan Pengisian Kekosongan Hukum

Mengisi kekosongan Hukum

Peraturan perundang-undang cenderung


terlihat statis, sedangkan masyaraka bersifat
dinamis, maka dari itu hakim sering harus
memperbaiki undang-undang itu agar sesuai
dengan kenyataan yang hidup dalam
masyarakat
Sebelum 1800-an,
sebagian besar hukum
adalah hukum ALIRAN LEGISME
kebiasaan. Oleh A
01
karenanya, timbul ALIRAN HISTORI
reaksi untuk B
melakukan kodifikasi BEGRIFFSJURISPRUDENZ
hukum. Yang mana,
hukum akan C
dituangkan ke dalam ALIRAN
INTERESSENJURISPRUDENZ
kitab undang-undang
(codex). D
ALIRAN
FREIRECHTBEWEGUNG
Sehingga muncul lah
aliran-aliran dalam ALIRAN FREIE RECHTS LEHRE E
penemuan hukum
F ALIRAN
Aliran-aliran tentang
RECHTSVINDING
ajaran sumber hukum ,
yaitu : G
ALIRAN
LEGISME
Pada abad ke-19, lahir suatu pemikiran, bahwa satu-satunya
sumber hukum adalah undang-undang. Kemudian, hakim di
pengadilan hanya menerapkan undang-undang terhadap
peristiwa konkret.
Aliran legisme berpendapat bahwa semua hukum bersumber dari
penguasa tertinggi, dalam hal ini yaitu pembentuk undang-
undang. Di Indonesia, penguasa yang berwenang untuk
membentuk undang-undang adalah DPR RI (Pasal 20 ayat (1)
UUD NRI Tahun 1945).
Aliran legisme dipengaruhi oleh ajaran trias politica. Yang mana,
tidak ada tempat untuk hukum kebiasaan (custom law) sebagai
sumber hukum yang berdiri sendiri.
ALIRAN “Kesadaran hukum
paling murni terdapat
HISTORY dalam kebiasaan
Abad ke 20 disadari bahwa undang-undang tidaklah lengkap.
Nilai yang dilahirkan undang-undang tidak sesuai dengan
perkembangan kehidupan dimasyarakat. Ternyata terdapat
kekosongan-kekosongan dan ketidakjelasan undang-undang.
Judge mad law dan hukum kebiasaan dapat melengkapi
undang-undang. Sejak itulah hukum kebiasaan dianggap sebagai
unsur-unsur sistem hukum.
Aliran histori berlawanan dengan pandangan legisme yang
menganggap undang-undang adalah satu-satunya sumber
hukum
BEGRIFFSJURISPRUDENZ “Undang2, kebiasaan,
dan sebagainya
hanyalah sarana
Penemuan hukum menurut aliran begriffsjurisprudenz bahwa hakim dalam
walaupun undang-undang tidak lengkap, tetaplah mempunyai
menemukan
peran yang penting. Dan hakim harus berperan lebih aktif lagi.
Menurut aliran ini, antara undang-undang dan hukum kebiasaan hukumya.
memiliki kedudukan yang setara dalam menjadi sumber hukum.
Sebab hakim bebas dari ikatan undang-undang, tetapi harus
bekerja dalam sistem hukum yang tertutup.
Aliran penemuan hukum begriffsjurisprudenz merupakan sebagai
reaksi terhadap aliran penemuan hukum legisme yang lahir pada
abad ke-19. Aliran ini berpendapat bahwa pembentuk undang-
undang tidak sanggup untuk meremajakan undang-undang.
Sehingga, aliran begriffsjurisprudenz berpendapat, hakim
mempunyai peran aktif dalam mengisi kekosongan hukum dalam
undang-undang, yaitu mengkolaborasikannya dengan hukum
kebiasaan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.
INTERESSENJURISPRUDENZ
Sama halnya seperti aliran yang sebelumnya, aliran penemuan
hukum interessenjurisprudenz merupakan suatu reaksi terhadap
aliran penemuan hukum begriffsjurisprudenz.
Aliran penemuan hukum interessenjurisprudenz dipelopori oleh
Rudolf von Jhering. Yang mana aliran ini berpendapat bahwa
peraturan hukum tidak boleh dilihat oleh hakim hanya sebagai
formil-logis belaka, tetapi harus dinilai menurut tujuannya.
Rudolf van Jhering mengarahkan kepada tujuan yang terdapat di
belakang sistem dan merealisasi ‘ide keadilan dan kesusilaan
yang tak mengenal waktu”.
Tujuan yang dimaksud dalam aliran ini adalah tujuan hukum yang
pada dasarnya untuk melindungi, memuaskan atau memenuhi
kepentingan atau kebutuhan hidup yang nyata.
 FREIREHTBEWEGUNG “PENEMUAN HUKUM BEBAS ;
PENEMUAN HUKM MENURUT
KEPATUTAN
Aliran freirehtbewegung lahir sekitar tahun 1900-an di Jerman
yang dimulai oleh Kantorowicz. Aliran penemuan hukum jenis ini,
merupakan aliran penemuan hukum yang paling keras mereaksi
aliran penemuan hukum legisme pada tahun 1900-an di Jerman.
Penganut aliran penemuan hukum jenis ini menentang pendapat
bahwa “kodifikasi itu lengkap dan hakim dalam proses penemuan
hukum tidak mempunyai sumbangan yang kreatif”.
Pendapat Montesquieu yang mengatakan bahwa hakim tidak
lebih dari corong undang-undang, dikritik keras oleh para
penganut aliran penemuan hukum freirehtbewegung. Pendapat
Montesquieu yang demikian, dikatakan bahwa itu adalah
pendapat yang fiksi.
Tiap pemikiran yang melihat hakim sebagai subsumptie
automaat dianggap sebagai sesuatu yang tidak nyata. Menurut
mereka hakim tidak hanya mengabdi kepada kepastian, tetapi
mempunyai tugas untuk merealisasikan keadilan.
 ALIRAN FREIE RECHTS LEHRE “freie recht lere merupakan
aliran bebas, dimana hukum
tidak dibuat oleh badan legislatif
Aliran ini berkembang di negara Anglo Saxon dan berpendapat dan menyatak hukum terdapat
bahwa hukum adalah setiap putusan peradilan (hasil dari suatu di luar undang-undang.
penyelesaian kasus-kasus konkrit) sedang undang-undang,
kebiasaan lain-lain yang sejenis dengan itu hanya merupakan
unsur-unsur pembentuk hukum.
Ajaran ini ( hukum bebas timbul pada tahun 1840, karena ajaran
legisme dianggap tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
 ALIRAN RECHTSVINDING “hakim harus bertindak teliti

Aliran ini berpendapat bahwa hukum terdiri dari berbagai sumber,


bisa terdiri dari undang-undang, kebiasaan, hukum adat dan lain-
lain yang sejenis dengan itu, serta hakim diberikan kebabsan
untuk menafsirkan undang-undang.
Kesimpulan
Penemuan hukum merupakan suatu teori yang dapat digunakan oleh
penemu hukum, yang dalam hal ini adalah hakim. Melalui penemuan
hukum, hakim dapat memutus suatu permasalahan hukum dengan
idealismenya.
Sebab, dalam penemuan hukum terdapat berbagai aliran-aliran di
dalamnya. Yang tentunya akan memberi wawasan yang lebih kepada
hakim dan penegak hukum lainnya untuk menjawab tantangan-tantangan
dalam melaksanakan penegakan hukum.
Penafsiran Hukum atau Interpelasi Hukum
Indonesia merupakan salah satu negara penganut Walaupun demikian, terkadang pada bagian
sistem Eropa Kontinental. Oleh karenanya, hukum penjelasan setiap pasal, hanya tercantum kalimat
positif di negara ini terkodifikasikan di dalam suatu “cukup jelas”. Padahal masih dibutuhkan penjelasan
undang-undang. yang lebih jauh. Kemungkinan besar, pembentuk
Undang-Undang sebagaimana kaidah pada umumnya undang-undang memberikan kebebasan lebih besar
adalah untuk melindungi kepentingan manusia. Agar kepada Hakim.
terwujudnya fungsi tersebut, undang-undang harus Dari setiap pasal yang kalimatnya masih begitu
dilaksanakan atau ditegakan. abstrak, maka memerlukan suatu interpretasi terhadap
Untuk dapat melaksanakannya, maka setiap orang pasal di dalam suatu undang-undang.
harus mengetahui adanya suatu undang-undang. Interpretasi merupakan suatu metode yang digunakan
Dengan demikian undang-undang itu harus tersebar untuk memberikan penjelasan terhadap teks undang-
dan jelas. Karena kejelasan undang-undang itu sangat undang yang dinilai abstrak.
penting.
Oleh karenanya, setiap undang-undang selalu
dilengkapi penjelasannya yang termuat dalam
Tambahan Lembaran Negara. 
Beberapa penafsiran dalam hukum
GRAMATIKA AUTENTIK HISTORI DOGMATIS
Interpretasi suatu Interpretasi ini,hakin Interpretasi undang- Suatu undang-undang itu
saling berkaitan dan
undang-undang pada tidak diperkenankan undang menurut bentuk
berhubungan dengan
dasarnya selalu akan melakukan penafsiran ini bahwa untuk peraturan perundang-undang
merupakan penjelasan dengan cara lain selain mengetahui makna dari yang lain. Dan tidak ada
dari segi bahasa. Titik dari apa yang telah suatu undang-undang, undang-undang yang berdiri
sendiri dan sama sekali lepas
tolak di sini adalah ditentukan pengetiannya maka dapat dicari tahu dari peraturan perundang-
bahasa sehari-hari. dildalam undang-undang melalui sejarah dari undangan yang lain karena
Interpretasi bentuk ini itu sendiri. terbentuknya undang- setiap undang-undang
merupakan suatu bagian dari
dinamakan dengan (tidak perlu penafsiran undang tersebut.
keseluruhan sistem
interpretasi gramatikal. lagi). Sebab dalam perundang-undangan. 
pembuatan suatu Maka dari itu, untuk
undang-undang, menafsirkan undang-undang
harus melihat dari keseluruhan
pastinya memiliki dari sistem perundang-
historis mengapa undangannya. Yaitu
undang-undang itu menghubungkannya undang-
undang yang berkaitan.
dibuat.
Beberapa penafsiran dalam hukum
KOMPARATIF FUTURISTIS NASIONAL SOSIOLOGIS
Interpretasi komparatif Interpretasi futuristis Interpretasi INI, yaitu INTERPRETASI teleologis atau
adalah menjelaskan suatu bisa disebut juga dengan
memiliki sifat antisipasi penafsiran memiliki
undang-undang dengan interpretasi sosiologis yaitu
dengan menjelaskan sesuai tindakannya bentuk interpretasi yang
cara membandingkan
bahwa ketentuan dengan sistem hukum dilakukan untuk menyesuaikan
hukum. Dengan ketentuan yang ada di dalam
membandingkan,
undang-undang dengan yang berlaku.
undang-undang dengan
hendaknya dicari kejelasan berpedoman pada hubungan dan situasi sosial
mengenai suatu ketentuan undang-undang yang yang baru.
undang-undang.Terutama belum mempunyai Bentuk interpretasi ini bisa
digunakan apabila kata-kata
pada aturan yang timbul kekuatan hukum.
dalam undang-undang dapat
karena perjanjian ditafsirkan dengan bermacam
internasional. Diluar dari cara.
hukum perjanjian
internasional, bentuk
interpretasi ini terbatas.
Beberapa penafsiran dalam hukum
EKSTENSIF RESTRIKTIF INTERDISIPLINER MULTIDISIPLINER
Interpretasi yang Interpretasi untuk Interpretasi ini biasanya INTERPRETASI INI,
melampaui batas-batas membatasi peraturan dilakukan dalam suatu penafsiran terhadap
yang telah ditetapkan pada perundang-undangan analiss masalah yang suatu ketentuan
interpretasi gramatika.
dengan cara menyangkut berbagai undang-undang harus
membatasi/mempersem disiplin ilmu hukum. mempelajari suatu atau
pit ruang lingkupnya Penafsiran lebih dari beberapa disiplin ilmu
dengan bertitik tolak satu cabang ilmu lain diluar ilmu hukum
pada artinya menurut hukum.
bahasa.
Kesimpulan
Interpretasi terhadap suatu undang-undang merupakan suatu metode
penemuan hukum yang gunakan untuk menghadapi tantangan-
tantangan dalam penegakan suatu undang-undang.
Suatu undang-undang, pasti memiliki kekurangan. Sebab pada saat
pembuatannya, tantangan dan kondisi yang dihadapi berbeda dengan
beberapa tahun kedepan.
Dengan demikian interpretasi terhadap undang-undang menjadi jalan
keluar untuk menyempurnakan kekurangan yang terdapat di dalam
suatu undang-undang

Anda mungkin juga menyukai