11000121130344
E/2021
RP Bab 9 Aliran Penemuan Hukum
- Aliran Begriffsjurisprudenz
1. Tokoh: Rudolf von Jhering (1818-1890).
2. Kita bicara tentang sistem yang berbentuk piramida, asas utama sebagai puncak lalu semakin ke bawah dapat
dibuat pengertian-pengertian baru (begriff). Di kembangkanlah sistem asas-asas dan pengertian-pengertian umum
yang digunakan untuk mengkaji UU.
3. Aliran ini memberikan kebebasan kepada hakim, hakim tidak saklek terhadap bunyi UU, tetapi dia dapat
mengambil pokok-pokok argumentasinya atau asas utamanya sehingga hakim dapat membuat penemuan hukum
baru.
- Aliran Interessenjurisprudenz
1. Tokoh: Philip Heck.
2. Lahir pada abad 19 di Jerman sebagai reaksi terhadap Begriffsjurisprudenz.
3. Aliran ini menitikberatkan pada kepentingan-kepentingan (interessen) yang difiksikan.
4. Hukum merupakan resultan atau hasil pertentangan-pertentangan kepentingan yang berlawanan dan berbenturan
satu sama lain.
5. Peraturan hukum tidak boleh dilihat oleh hakim sebagai formil-logis belaka, tetapi harus dinilai menurut
tujuannya.
6. Tujuan hukum adalah untuk melindungi, memuaskan, atau memenuhi kepentingan atau kebutuhan hidup yang
nyata.
7. Dalam putusan hakim, hakim harus bertanya kepada kepentingan manakah yang diatur atau dimaksudkan oleh
pembentuk UU.
8. Kesimpulan: Jika kita kaitkan dengan penemuan hukum, aliran ini memungkinkan penemuan hukum,
mengambil interpretasi atau hakikat dari tujuan hukum.
- Aliran Freirechtbewegung
1. Lahir sekitar tahun 1900-an sebagai reaksi tajam terhadap Legisme (saklek).
2. Tokoh: Kantorowicz (Gnaeus Flavius, nama samaran).
3. Menentang bahwa kodifikasi itu lengkap dan hakim dalam prosen penemuan hukum tidak mempunyai
sumbangan kreatif, padahal tidak seluruh hukum terdapat dalam UU. Mereka menentang pendapat Montesquieu
“la bouche de la loi” (Hakim sebagai corong UU).
4. Hakim dapat menggunakan sumber-sumber hukum lainnya untuk menemukan hukum tidak semata-mata
berdasarkan teks-teks perundangan.
5. Peran hakim sebagai subsumptie automaat atau la bouche de la loi atau hakim menerapkan fungsi secara
otomatis atau pemikiran silogisme sebagai sesuatu yang tidak nyata (fiksi).
6. Menurut aliran ini hakim tidak hanya mengabdi pada fungsi kepastian hukum, tetapi mempunyai tugas sendiri
dalam merealisasi keadilan.
7. Hakim harus diberi kebebasan dalam menemukan hukum untuk mengesampingkan UU dengan didasari oleh
itikad baik, kepatutan dan hanya karena UU telah usang.