Anda di halaman 1dari 3

Mohammad Belvananda Athaya Syah Putra

11000121130344
E/2021
RP Bab 9 Aliran Penemuan Hukum

Minggu Ke-11&12 Pertemuan Ke-22&23 (08/11/21)


PPT Dosen Bab 9 Aliran Penemuan Hukum
- Aliran Legisme (Hukum sebagai UU)
Berbicara tentang kelompok-kelompok pemikiran (Aliran). Dan aliran tidak dapat keluar dari filsafat.
1. Muncul pada abad ke-19 sebagai reaksi atas ketidakpastian dan ketidakseragaman hak kebiasaan.
2. Aliran legisme adalah usaha untuk penyeragaman hukum dengan cara kodifikasi dengan menuangkan hukum
secara lengkap dan sistematis dalam kitab undang-undang sehingga hak kebiasaan sumber hukum mulai
ditinggalkan.
3. Hukum yang dikodifikasikan atau tertulis dibuat oleh kewenangan penguasa tertinggi (negara), jadi hukum
adalah kehendak ekspresi penguasa atau kehendak pembentuk UU yang diselenggarakan.
4. Aliran ini sangat sempit karena hanya berpatokan pada UU sehingga tidak memerlukan teori, filsafat, dan
lainnya, seperti halnya tukang yang sangat terampil (ada suatu kasus langsung dikenakan pasal ini atau itu).
5. Berkaitan hal ini ada suatu kasus yang diceritakan oleh Prof. Satjipto
Ada seorang perempuan (jaksa) di sebuah pasar besar Jakarta yang sedang berbelanja, dia bawa
belanjaannya banyak sekali, pada waktu itu ada seorang bapak tua kuli panggul yang mendatangi ibu ini, lalu dia
kemudian memaksa ibunya untuk membawa belanjaan ibunya yang banyak yang membuat si ibu marah besar,
akhirnya si bapak dijadikan tersangka karena ada satu perbuatan yang menurut si ibu adalah pelanggaran hukum,
sebab si ibu hanya memikirkan keterampilan hukum sebagai pasal atau UU berkaitan dengan suatu peristiwa
(warna normatifnya sangat kuat).
6. Montesquieu berpandangan bahwa hakim dalam pemisahan kekuasaan yang ketat hanyalah sebagai “la bouche
de la loi” artinya hakim sebagai corong UU, dan meneruskan UU.
7. Ada peristiwa yang mengiris perasaan kita, seorang ayah yang kedapatan mencuri pada toko roti yang ditangkap
berdasarkan pasal UU, sementara yang dia lakukan hanyalah sebuah bentuk keterpaksaan karena istri dan anak-
anaknya kelaparan (Hukum harus ditegakkan sebagai UU, membaca hukum sama dengan membaca teks-teks UU)
8. Kesimpulan: Dengan pemahaman ini, penemuan hukum tidak dimungkinkan, karena hukum hanyalah teks-teks
pasal.

Minggu Ke-12 Pertemuan Ke-24 (09/11/21)


- Aliran Historis
1. Hukum itu tumbuh dari kesadaran hukum bangsa dalam suatu tempat dan dalam ruang waktu tertentu (di gali
dari kebiasaan masyarakat atau bersifat bottom up).
2. Kesadaran hukum (volkgeist), yang paling murni terdapat dalam kebiasaan.
3. Peraturan hukum merupakan pencerminan keyakinan hukum dan praktek-praktek yang terdapat dalam
kehidupan bersama dan tidak ditetapkan dari atas.
4. Dipelopori oleh Von Savigny (1779-1861). Ia berpendapat, Hukum kebiasaan yang tidak cocok untuk kehidupan
modern. Sebelum mengkodifikasikan hukum harus mengadakan penelitian yang mendalam lebih dahulu, setelah
itu barulah dapat diadakan kodifikasi.
5. Kesimpulan: Dalam kaitan penemuan hukum, aliran historis ini memungkinkan dengan upaya menggali nilai-
nilai dalam masyarakat.

- Aliran Begriffsjurisprudenz
1. Tokoh: Rudolf von Jhering (1818-1890).
2. Kita bicara tentang sistem yang berbentuk piramida, asas utama sebagai puncak lalu semakin ke bawah dapat
dibuat pengertian-pengertian baru (begriff). Di kembangkanlah sistem asas-asas dan pengertian-pengertian umum
yang digunakan untuk mengkaji UU.
3. Aliran ini memberikan kebebasan kepada hakim, hakim tidak saklek terhadap bunyi UU, tetapi dia dapat
mengambil pokok-pokok argumentasinya atau asas utamanya sehingga hakim dapat membuat penemuan hukum
baru.

- Aliran Interessenjurisprudenz
1. Tokoh: Philip Heck.
2. Lahir pada abad 19 di Jerman sebagai reaksi terhadap Begriffsjurisprudenz.
3. Aliran ini menitikberatkan pada kepentingan-kepentingan (interessen) yang difiksikan.
4. Hukum merupakan resultan atau hasil pertentangan-pertentangan kepentingan yang berlawanan dan berbenturan
satu sama lain.
5. Peraturan hukum tidak boleh dilihat oleh hakim sebagai formil-logis belaka, tetapi harus dinilai menurut
tujuannya.
6. Tujuan hukum adalah untuk melindungi, memuaskan, atau memenuhi kepentingan atau kebutuhan hidup yang
nyata.
7. Dalam putusan hakim, hakim harus bertanya kepada kepentingan manakah yang diatur atau dimaksudkan oleh
pembentuk UU.
8. Kesimpulan: Jika kita kaitkan dengan penemuan hukum, aliran ini memungkinkan penemuan hukum,
mengambil interpretasi atau hakikat dari tujuan hukum.

- Aliran Freirechtbewegung
1. Lahir sekitar tahun 1900-an sebagai reaksi tajam terhadap Legisme (saklek).
2. Tokoh: Kantorowicz (Gnaeus Flavius, nama samaran).
3. Menentang bahwa kodifikasi itu lengkap dan hakim dalam prosen penemuan hukum tidak mempunyai
sumbangan kreatif, padahal tidak seluruh hukum terdapat dalam UU. Mereka menentang pendapat Montesquieu
“la bouche de la loi” (Hakim sebagai corong UU).
4. Hakim dapat menggunakan sumber-sumber hukum lainnya untuk menemukan hukum tidak semata-mata
berdasarkan teks-teks perundangan.
5. Peran hakim sebagai subsumptie automaat atau la bouche de la loi atau hakim menerapkan fungsi secara
otomatis atau pemikiran silogisme sebagai sesuatu yang tidak nyata (fiksi).
6. Menurut aliran ini hakim tidak hanya mengabdi pada fungsi kepastian hukum, tetapi mempunyai tugas sendiri
dalam merealisasi keadilan.
7. Hakim harus diberi kebebasan dalam menemukan hukum untuk mengesampingkan UU dengan didasari oleh
itikad baik, kepatutan dan hanya karena UU telah usang.

Anda mungkin juga menyukai