Penyakit Kulit Karena Parasit

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 45

PENYAKIT INFEKSI KULIT OLEH

KARENA PARASIT

Dr. Mohamad Mimbar Topik, M.Ked(DV), Sp.DV

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin


  Fakultas Kedokteran Malikussaleh
RSU Cut Meutia
Lhokseumawe
2021
1. Scabies
2. Pediculosis
3. Gigitan Serangga
4. Creeping Eruption
5. Filariasis
1. Scabies
Etiologi
• Sarcoptes scabiei • Tungau kecil berbentuk
• Filum : Arthropoda lonjong
• Kelas : Arachnida • Punggungnya cembung dan
• Ordo : Acari bagian perutnya rata,
• Superfamili : translusen dan putih kotor.
Sarcoptidae • ♀ : 330 – 450 X 250 – 350 μ
• Genus : Sarcoptes • ♂ : 200 – 240 X 150 – 200 μ
Sinonim :

= the itch = pamaan itch = seven year itch.


= gudik, kudis, buduk, kerak, gatal agogo.

Epidemiologi :
- di seluruh dunia ,insiden yang berfuktuasi.
- sosial ekonomi rendah, hygiene buruk,
promiskiutas
seksual dan kepadatan penduduk.
- di negara berkembang : 6 – 27%.
Siklus hidup Sarcoptes scabiei

- Setelah kopulasi, tungau ♀  terowongan pada kulit


(stratum korneum stratum granulosum) 0,5 – 5 mm/hari,
malam hari.
- Sedangkan tungau ♂  mati setelah kopulasi.
- Tungau betina bertelur 2 – 3 butir /hari maksimal 40 – 50
butir semasa hidupnya(30 hari) telur menetas larva (3 – 5
hari)  larva keluar dari terowongan induknya membuat
terowongan baru atau hidup dipermukaan kulit 3 – 4 hari
kemudian larva  nimfa  tungau dewasa (3 – 5 hari).
- Jadi telur tungau dewasa :16 – 17 hari.
Gejala Klinis
- rasa gatal malam hari (pruritus nokturna) , udara panas,
berkeringat.
rasa gatal  sensitisasi kulit thdp sekret dan ekskret
tungau
selain itu tungau mengeluarkan sekret  melisiskan
stratu korneum.
- Lesi kulit : papul, vesikel, krusta, pustul dan urtika.
ekskoriasi, eksematisasi dan infeksi sekunder  garukan
 gambaran lesi primer tidak khas lagi.
berat ringannya erupsi kulit derajat sensitisasi, lamanya
infeksi, hygiene perorangan dan riwayat pengobatan
sebelumnya. pada kronis menebal (likenifikasi) dan
berwarna lebih gelap (hiperpigmentasi).
- Predileksi lesi : sela jari, tangan, pergelangan tangan dan
kaki, aksila, dada, pungung, interglutea, umbilikus, penis,
areola mammae dan dibawah payudara wanita.
- Pada anak  vesikel disertai infeksi sekunder akibat
garukan dan dapat mengenai seluruh tubuh termasuk kepala,
leher, telapak tangan dan kaki, dada, pinggang,
-   Penularan scabies kontak langsung seperti berjabat tangan,
bersama dan hubungan seksual.
tidak langsung yaitu melalui
perlengkapan tidur, pakaian atau
handuk, serta pakaian dalam.
Bentuk-bentuk scabies ( scabies atipik)

1. Scabies pada orang bersih (Scabies of Cultivated)


2. Scabies in cognito.
3. Scabies nodular
4. Scabies yang ditularkan melalui hewan
5. Scabies norwegia
Diagnosis
-  Anamnesis yaitu pruritus nokturna
- Erupsi kulit berupa papul, vesikel, pustul, krusta ditempat
predileksi.
Penyakit ini biasanya terdapat pada sekelompok orang.
- 1.     
Diagnosis pasti
Kerokan kulitmenemukan tungau atau telurnya dengan cara :
2.      Mengambil tungau dengan jarum
3.      Kuretasi terowongan
4.      Swab kulit
5.      Burow ink test
6.      Uji tetrasiklin
7.      Biopsi shave epidermal
8.      Pemeriksaan histopatologik
 
Diagnosis Banding
 The great imitator
1. Gigitan serangga
2. Prurigo
3. Urtikaria popular
4. Pioderma
5. Pedikulosis
6. Dermatitis atopik
7. Dermatitis kontak
Pengobatan
1. Gama benzen heksa klorida 1%
salep, lotio, krim.
2. Sulfur presipitatum 5 – 10% salep
3. Emulsi benzil benzoat 20 – 25% .
4. Krotamiton 10% krim , losio.
5. Permetrin krim 5%.
 
Obat-obat lain yang biasa digunakan antara lain :

1. Antihistamin
2. Kortikosteroid.
3. Antibiotik
Anggota keluarga, teman dekat, pasangan
seksual perlu diperiksa terhadap kemungkinan
terkena scabies dan diberikan pengobatan bila
perlu.
 
2. PEDICULOSIS

    Penyakit menular oleh kutu (Pediculus) pada


kepala, badan atau daerah pubis, biasanya
disertai gatal.
Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi parasit “Pediculus / Phthirus”

1. Pediculus humanus var. capitis yang menyebabkan


pedikulosis capitis.
2. Pediculus humanus var. capitis yang menyebabkan
pedikulosis corporis.
3. Phthirus pubis yang menyebabkan pedikulosis pubis.

Siklus hidupnya : telur larva nimfa  dewasa.


telur (nits) diletakkan disepanjang rambut
dan mengikuti tumbuhnya rambut
Epidemiologi
- Tersebar diseluruh dunia.
- Erat sekali hubungannya dgn kebersihan lingkungan,
perorangan, atau pada individu yang tinggal berdesakan
dengan keadaan hygiene yang buruk.
- P.capitis terutama pd anak-anak, dpt pula pd orang dewasa
penularan : sisir, bantal, kasur dan topi.
- P.corporis terutama pd orang dewasa, jarang pd anak-anak.
penularan : melalui pakaian.
- P.pubis  terutama pada orang dewasa, dapat tjd pada anak.
penularan : kontak seksual atau alat-alat seperi handuk,
tempat tidur dan toilet.
Patogenesis

Kelainan kulit ok garukan rasa gatal (-).


Gatal  liur dan ekskreta kutu dimasukkan ke
dalam kulit waktu menghisap darah.
Gejala Klinis
P. Capitis: - rasa gatal terutama pd oksiput dan temporal  ke
seluruh kepala.
garukan  erosi, ekskoriasi dan infeksi sekunder
(pus, krusta).
 
P. Corporis: -lesi dimulai dengan bintik merah ok reaksi gigitan
kutu sewaktu menghisap darah pd daerah dada,
bahu, punggung dan abdomen.
Pada orang yang sensitive, bintik merah 
papul-papul kemerahan sangat gatal urtika.
- gatal  garuk  ekskoriasi infeksi sekunder.
- kronis  likenifikasi dan hiperpigmentasi.
P. Pubis : - papula kecil ,krustasi , gatal.
bercak biru keabuan  “maculae caerulae”
 jam menetap hari- bulan.
bercak tsbt  bulat, tepi tidak rata,
Ø 3–15 mm, diaskopi  tidak hilang.

Letaknya tersebar di sisi dalam paha,


abdomen dan toraks.
Diagnosis
menemukan kutu atau telur ( berwarna abu - abu dan kilat)

Diagnosis Banding
Pediculosis kapitis :
1. Tinea kapitis
2. Pioderma pada kulit kepala
3. Dermatitis seboroik
Pediculosis korporis/pubis :
1. Skabies
2. Pioderma
3. Dermatitis
Pengobatan

1.  Malathion 0,5 – 1%, dalam bentuk lotio spray atau


serbuk
2.  Gamma benzen heksaklorida (Gameksan) 1% dalam
bentuk krim
3.  Emulsi benzil benzoat 20% - 25%
4.  Krotamiton 10%
5.  Pyrethrin 0,3%
 
 infeksi sekunder berat  rambut di cukur
infeksi sekunder  antibiotik sistemik dan topikal
obat diatas dalam bentuk sampo.
3. Gigitan Serangga
• Kelainan akibat gigitan atau tusukan
serangga yg disebabkan reaksi terhadap
toksin atau alergen yang dikeluarkan oleh
artropoda penyerang.
• Penyebab : toksin atau alergen dalam cairan
gigitan serangga
Gejala klinis :

• Gatal dan nyeri pada tempat gigitan


• Gejala sistemik : rasa tak enak, muntah-
muntah, pusing sampai syok.
• Edema pada kulit disusul jaringan nekrosis
setempat
• Lokalisasi : di mana saja di seluruh tubuh
• Efloresensi : eritema morbiliformis atau bula
yang dikelilingi eritema dan iskemia,
kemudian terjadi nekrosis luas dan gangren.
Kadang berupa pustula miliar sampai
lentikular menyeluruh atau pada sebagian
tubuh.
• Histopatologi : edema antara sel-sel epidermis,
spongiosis, serta serbukan sel PMN. Pada
dermis ditemukan pelebaran ujung pembuluh
darah dan serbukan sel radang akut.
• Diagnosis banding:
1. Prurigo
2. Urtikaria
3. Dermatitis Kontak

Pengobatan :
• Topikal : kortikosteroid topikal seperti krim
Hidrokortison 1%
• Sistemik : Injeksi antihistamin seperti
Klorfeniramin 10 mg atau difenhidramin 50 mg.
Adrenalin 1% 0,3-0,5 ml subkutan. Atau
kortikosteroid sistemik
4. CREEPING ERUPTION
Sinonim :
Cutaneus larva migrans = Dermatosis linearis migrans,
sandworm disease.

Etiologi :
- Larva cacing tambang “Ancylostoma braziliense” dan
Ancylostoma caninum
-    Gnathostoma  nematoda pada babi dan kucing
-    Gastrophilus
-    Strongyloides
Epidemiologi :

-    Di daerah tropis dan subtropis yang


hangat
dan lembab
-    Orang-orang yang berjalan dengan tanpa
alas
kaki di pantai, tukang kayu, para petani
atau
tentara
Patogenesis :

- Larva cacing merupakan stadium ketiga dalam


siklus hidupnya.
- Nematoda hidup pada hospes,
- Ovum pada kotoran binatang
- Kelembaban : ovum  larva  mampu penetrasi
ke kulit larva ini tinggal di kulit berjalan-jalan
dermo epidermal beberapa jam atau hari akan
timbul gejala di kulit.
Gejala Klinis :

• Rasa gatal dan panas.


• Mula-mula akan timbul papul  lesi khas linier atau
berkelok-kelok, menimbul dengan diameter 2 – 3 mm
dan berwarna kemerahan. Selanjutnya larva  gmbrn
lesi benang berkelok-kelok, polisiklik, serpiginosa,
menimbul dan membentuk terowongan.
• Migrasi ini mulai 4 hari setelah inokulasi maju
dengan kecepatan ± 2 cm /hari. sementara erupsi maju,
bagian yang lama  menghilang.
• Tempat predileksi : di tungkai, plantar, tangan, bokong
dan paha, juga dibagian tubuh mana saja yang sering
berkontak dengan tempat larva berada.
Diagnosis :
=> gambaran klinis yang khas  garis
lurus atau berkelok-kelok, menimbul dan
terdapat papul atau vesikel diatasnya

Diagnosis Banding
1. Scabies
2.  Dermatophytosis
3.  Insect bite
Pengobatan

1. Tiabendazol
Dosis 25 – 50 mg/Kg BB/hari, 2 hali perhari 2 hari berturut-
turut.
2. Albendazol
Dosis 400 mg/hari sebagai dosis tunggal, 3 hari berturut-turut.
3. Krioterapi
Dengan etil klorida atau nitrogen cair (N2 cair).disemprotkan
selama 30-60 detik  terbentuk salju, dua hari berturut-turut.
Jika terdapat infeksi sekunder antibiotik selama beberapa
hari pemakaian etil klorida.
5. Filariasis
• Etiologi :
1. Wuchereria Bancrofti
2. Brugia Malayi
3. Brugia Timori
• Sinonim :
Elephantiasis Tropical = Filiarosis = Bancroft’s
Filariasis = Malayan Filariasis = Elephantiasis
arabum
Epidemiologi :

• Di Negara Tropik dan Subtropik


• Di Malaya, Srilanka, China & Korea 
B.Malayi
& B.Timori
• Di Indonesia  Indonesia Timur 
mikrofilaria  subperiodik nokturna
Siklus Hidup Cacing Filaria

1. Siklus Ekstrinsik ( Cacing dalam tubuh vektor


yaitu nyamuk )
Dalam tubuh nyamuk larva  lambung  rongga
abdomen  kepala  alat tusuk nyamuk
2. Siklus Intrinsik (Cacing dalam tubuh penderita)
Tusukan pada kulit saluran limfe  tubuh
penderita kelenjar getah bening panggul dan
pangkal paha.
Gejala Klinis :
Dibagi dalam 3 tingkatan :
1. Asimptomatik
2. Fase Inflamatorik
3. Tingkat Obstruksi & Ruptur Limfatik
Secara patofisiologi filariasis dibagi dalam :
1. Filariasis Klasik
2. Tropical Pulmonary Eosinophilia
Laboratorium :
1. Pemeriksaan darah tepi pada ujung jari I,III & IV
diambil malam hari
2. Pemeriksaan cairan hidrokel & hiluria
3. Biopsi pada nodul kel.limfe  cacing dewasa

Diagnosis :
1. Anamnesis
2. Gejala Klinis
3. Pemeriksaan Laboratorium
4. Di daerah endemik  Gambaran Klinis
Diagnosis Banding :

• Limfangitis karena infeksi bakteri


• Genital  Limfogranuloma Venereum
• Elefantiasis  Kromomikosis dan Mikosis
Profunda
Pengobatan :
• Dietilkarbamazine 2mg/kgBB  3 dosis  7-
14 hari
• Pembedahan  Pembengkakan
• Pembalut tekan( stocking elastic ) edema

Prognosis :
- Infeksi Ringan  Baik
- Elefantiasis  Kurang Baik

Anda mungkin juga menyukai