Anda di halaman 1dari 29

1

ABLASIO RETINA
(RETINAL DETACHMENT)

Di susun Oleh : 
Munzir, S.Ked
Pembimbing :
dr. H. Dahrizal Sp.M

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LANGSA
2015
pendahuluan
Istilah “ablasio retina” (retinal detachment) menandakan pemisahan retina yaitu
fotoreseptor dan lapisan bagian dalam, dari epitel pigmen retina dibawahnya.
Terdapat tiga jenis utama: ablasio regmatogenosa, ablasio traksi dan ablasio
eksudatif

Prevalensi ablasio retina didunia adalah 1 kasus dalam 10.000 populasi. Biasanya
ablasio retina terjadi pada usia 40-70 tahun. Prevalensi meningkat pada beberapa
keadaan seperti Miopi tinggi, Afakia/pseudofakia dan trauma

2
Anatomi retina

3
Retina terdiri dari 9 lapisan, yaitu lapis fotoreseptor, membran limitan eksterna, lapis
nuklear luar, lapis pleksiform luar, lapis nukleus dalam, lapis pleksiform dalam, lapis
sel ganglion, lapis serabut syaraf, dan membran limitan interna.
4
Di tengah – tengah retina posterior terdapat
makula. Secara klinis makula dapat didefinisikan
sebagai daerah pigmentasi kekuningan yang
disebabkan oleh pigmen luteal (xantofil) yang
berdiameter 1,5 mm. Secara histologis makula
merupakan bagian retina yang lapisan
ganglionnya mempunyai lebih dari satu lapis sel.
Secara klinis, makula adalah bagian yang dibatasi
oleh arkade – arkade pembuluh darah retina
temporal.

5
• Pembuluh darah di dalam retina merupakan cabang arteri oftalmika,
arteri retina sentral masuk retina melalui papil saraf optic yang akan
memberikan nutrisi dalam retina. Lapisan luar retina atau sel kerucut
dan batang mendapat nutrisi dari koroid

6
Fisiologi retina
• Retina adalah jaringan paling kompleks di mata. Untuk melihat, mata harus
berfungsi sebagai suatu alat optis, sebagai suatu reseptor kompleks, dan
sebagai suatu transducer yang efektif.

• Makula bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan yang terbaik dan


untuk penglihatan warna, dan sebagian besar selnya adalah sel kerucut.

• Macula terutama digunakan untuk penglihatan sentral dan warna


(penglihatan fotopik) sedangkan bagian retina lainnya, yang sebagian besar
terdiri dari fotoreseptor batang, digunakan terutama untuk penglihatan
perifer dan malam (skotopik).
7
definisi

Ablasio retina (retinal detachment) adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut
dan sel batang retina dari sel epitel pigmen retina, pada keadaan ini sel epitel
pigmen masih melekat erat dengan membrana Bruch.

Antara sel kerucut dan sel batang retina tidak terdapat suatu perlengketan
struktural dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan titik lemah yang
potensial untuk lepas secara embriologis.

Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid atau sel pigmen epitel akan
mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid yang bila
berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi penglihatan yang menetap.
8
epidemiologi
Amerika Serikat
• Berdasarkan penelitian berbasis populasi di Lowa oleh Haimann dkk dan di Minesota
oleh Wilkies dkk, insiden Ablasio retina regmatogenosa sebanyak 12 kasus per
100.000.
Internasional
• Penelitian di Skadinavia oleh Laatikainen dkk dan Tornquist dkk mengungkapkan
kejadian tahunan untuk ablasio retina regmatogenosa adalah 7-8 kasus per 100.000.
• Penelitian di Jepang oleh Sasaki dkk melaporkan kejadian tahunan penyakit ini
sebanyak 10,4 kasus per 100.000.
• Penelitian di Singapore oleh Wong dkk melaporkan kejadian sebanyak 11,6 kasus per
100.000, dari suku bangsa Cina. Sebanyak 7 kasus per 100.000 dari suku bangsa
Melayu. Sebanyak 3,9 kasus per 100.000 dari suku bangsa India.
• Penelitian dari Beijing, Cina, diperkirakan kejadian tahunan ablasio retina
regmatogenosa menjadi 7,98 kasus per 100.000. 9
Mortalitas/Morbiditas
• Hasil penglihatan tergantung dari status makula sebelum operasi. Banyak
penelitian melaporkan rata-rata kesuksesan anatomis sebanyak 90-95%. Pada
mata yang berhasil disambung kembali (reattached), sekitar 50% mendapatkan
visus akhir 20/50 atau lebih baik. Pada mata, dimana makula telah terkena
sebelum operasi, sebanyak 10% pasien kehilangan penglihatan meskipun
operasi berhasil dilakukan. Dari kebanyakan kasus, penurunan penglihatan
disebabkan oleh edema vaskular sistoid dan pengerutan makula.
• Sex.
Ablasio retina regmatogenosa nampaknya lebih banyak didapati pada wanita dari
pada pria.
• Umur.
Kebanyakan pasien ablasio retina regmatogenosa muncul pada usia 40-70 tahun.
Kelihatannya pada saat ini, pencairan vitreus menyebabkan pemisahan retina.

10
Patogenesis

Ruangan potensial antara neuroretina dan epitel pigmennya sesuai dengan rongga
vesikel optik embriogenik. Kedua jaringan ini melekat longgar pada mata yang matur
dan dapat terpisah :
• Jika terjadi robekan pada retina, sehingga vitreus yang mengalami likuifikasi dapat
memasuki ruangan subretina dan menyebabkan ablasio progresif (ablasio
regmatogenosa).
• Jika retina tertarik oleh serabut jaringan kontraktil pada permukaan retina (misalnya
seperti pada retinopati proliferatif pada diabetes mellitus (ablasio retina traksional).
• Walaupun jarang terjadi, bila cairan berakumulasi dalam ruangan subretina akibat
proses eksudasi, yang dapat terjadi selama toksemia pada kehamilan (ablasio retina
eksudatif)
11
klasifikasi
1. Ablasio Retina Regmatogenosa
Merupakan bentuk tersering dari ablasio retina. Pada ablasio retina
regmatogenosa dimana ablasi terjadi akibat adanya robekan di retina
sehingga cairan masuk ke belakang antara sel pigmen epitel dengan
retina. Terjadi pendorongan retina oleh badan kaca cair (fluid vitreous)
yang masuk melalui robekan atau lubang pada retina ke rongga
subretina sehingga mengapungkan retina dan terlepas dari lapis epitel
pigmen koroid.

12
Ablasio retina akan memberikan gejala terdapatnya gangguan
penglihatan yang kadang-kadang terlihat sebagai tabir yang menutup.
Terdapatnya riwayat adanya pijaran api (fotopsia) pada lapangan
penglihatan.

Mata yang berisiko untuk terjadinya ablasi retina adalah mata dengan
myopia tinggi, pasca retinitis, dan retina yang memperlihatkan
degenerasi di bagian perifer, 50% ablasi yang timbul pada afakia

13
Pada pemeriksaan funduskopi akan
terlihat retina yang terangkat
berwarna

14
2. Ablasio Retina Traksi
Merupakan jenis tersering kedua, ablasio retina traksional terjadi akibat
adanya tarikan (traksi) oleh jaringan parut pada badan kaca menyebabkan
retina terangkat dari epitel pigmennya. Jaringan fibrosis pada badan kaca
dapat disebabkan oleh retinopati diabetic proliferatif, vitreoretinopati
proliferatif, retinopati pada prematuritas, trauma mata, dan perdarahan
badan kaca akibat pembedahan atau infeksi terutama disebabkan oleh
retinopati diabetes proliferatif, vitreoretinopati proliferative

Ablasio retina karena traksi khas memiliki permukaan yang lebih konkaf dan
cenderung lebih lokal, biasanya tidak meluas ke ora seratta. Pada ablasi ini
lepasnya jaringan retina akibat tarikan jaringan parut pada badan kaca yang
akan mengakibatkan ablasi retina, dan penglihatan turun tanpa rasa sakit.

15
Gambar : pasien dengan diabetes retinopati Gambar : Ablasio retina traksi
proliferatif disertai ablasio retina traksional
dibagian supratemporal.
16
3. Ablasio Retina Eksudatif
Ablasio retina eksudatif adalah ablasio yang terjadi akibat tertimbunnya
eksudat di bawah retina dan mengangkat retina. Penimbunan cairan subretina
sebagai akibat keluarnya cairan dari pembuluh darah retina dan koroid
(ekstravasasi), Kelainan ini dapat terjadi pada skleritis, koroiditis, tumor
retrobulbar, radang uvea, idiopati, toksemia gravidarum. Pada ablasio tipe ini
penglihatan dapat berkurang dari ringan sampai berat. Ablasio ini dapat hilang
atau menetap bertahun-tahun setelah penyebabnya berkurang atau hilang.

Ablasio ini adalah hasil dari penimbunan cairan dibawah retina sensorik, dan
terutama disebabkan oleh penyakit epitel pigmen retina dan koroid. Penyakit
degenerative, inflamasi, dan infeksi yang terbatas pada macula termasuk
neovaskularisasi subretina yang disebabkan oleh berbagai macam hal, mungkin
berkaitan dengan ablasio retina jenis ini
17
Gambar : Ablasio retina serosa Gambar 10. Perhatikan eksudat di makula

18
diagnosis
a. Anamnesis
• Floaters (terlihatnya benda melayang-layang)
• Photopsi/light flashes (kilatan cahaya), tanpa adanya sumber cahaya di sekitarnya,
• Penurunan tajam penglihatan
• adanya riwayat trauma
• riwayat pembedahan sebelumnya seperti ekstraksi katarak, pengangkatan korpus
alienum inoukler
• riwayat penyakit mata sebelumnya (uveitis, perdarahan vitreus, amblopia,
galukoma, dan retinopati diabetik)
• Riwayat keluarga dengan sakit mata yang sama serta penyakit serta panyakit
sistemik yang berhubungan dengan ablasio retina (diabetes melitus, tumor, sickle
cell leukemia, eklamsia, dan prematuritas)
19
b. Pemeriksaan Oftalmologi
• Pemeriksaan tajam penglihatan
• Pemeriksaan lapangan pandang
• Memeriksa apakah ada tanda-tanda trauma
• Periksa reaksi pupil. Dilatasi pupil yang menetap mengindikasikan adanya
trauma.
• Pemeriksaan slit lamp; anterior segmen biasanya normal, pemeriksaan
vitreous untuk mencari tanda pigmen atau tobacco dust, ini merupakan
patognomonis dari ablasio retina pada 75 % kasus.
• Periksa tekanan bola mata.
• Pemeriksaan fundus dengan oftalmoskop (pupil harus dalam keadaan
berdilatasi
20
c. Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit
penyerta seperti diabetes melitus.
• Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan bila retina tidak dapat
tervisualisasi oleh karena perubahan kornea, katarak, atau perdarahan.
• Teknik pencitraan seperti foto orbita, CT scan, atau MRI tidak
diindikasikan untuk membantu diagnosis ablasio retina tetapi dapat
dibutuhkan untuk mendeteksi benda asing intraokuli dan tumor.

21
Diagnosa banding
• Retinoskisis
• Ablasi koroid
• Melanoma koroid yang ganas

22
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan utama pada ablasio retina adalah pembedahan. Namun, pada ablasio
retina eksudatif juga diberikan terapi medikamentosa sesuai dengan etiologinya. Jika terjadi
proses inflamasi seperti skleritis dapat diberikan obat anti inflamasi, jika terjadi infeksi maka
pemberian antibiotik juga dianjurkan.

Terdapat dua teknik bedah utama untuk memperbaiki ablasio retina :


1. Eksternal (pendekatan konvensional)
2. Internal (pembedahan vitreoretina).

Prinsip utama pada kedua teknik ini adalah menutup robekan penyebab pada retina dan
memperkuat perlekatan antara retina sekitar dan epitel pigmen retina dengan cara
menginduksi inflamasi di daerah tersebut dengan pembekuan lokal dengan menggunakan
cryoprobe atau laser.
23
1. Scleral buckling
• Prosedur meliputi lokalisasi posisi
robekan retina, menangani
robekan dengan cryoprobe, dan
selanjutnya dengan scleral buckle
(sabuk).
• Pertama-tama dilakukan
cryoprobe atau laser untuk
memperkuat perlengketan antara
retina sekitar dan epitel pigmen
retina. Sabuk dijahit mengelilingi
sklera agar ada tekanan pada Spons silikon dijahit pada bola mata untuk
menekan sklera di atas robekan retina
robekan retina sehingga terjadi setelah drainase cairan sub retina dan
penutupan pada robekan dilakukan crioterapi
tersebut.
24
2. Retinopeksi pneumatik
• Retinopeksi pneumatik
merupakan metode yang juga
sering digunakan pada ablasio
retina regmatogenosa terutama
jika terdapat robekan tunggal
pada bagian superior retina
• Teknik pelaksanaan prosedur ini
adalah dengan menyuntikkan
gelembung gas ke dalam rongga
vitreus. Gelembung gas ini akan
menutupi robekan retina dan
mencegah pasase cairan lebih
lanjut melalui robekan. Setelah pengangkatan gel vitreus pada
drainase cairan sub retina, gas fluorokarbon
inert disuntikan ke dalam rongga vitreus

25
3. Vitrektomi

• Merupakan cara yang paling


banyak digunakan pada
ablasio akibat diabetes, dan
juga pada ablasio
regmatogenosa yang
disertai traksi vitreus atau
perdarahan vitreus
• Teknik dan instrumen yang
digunakan tergantung tipe
dan penyebab ablasio. Lebih
dari 90% lepasnya retina
dapat direkatkan kembali
dengan teknik-teknik bedah 26
mata modern, meskipun
• Pada ablasio retina tipe eksudatif, diterapi sesuai dengan
penyebabnya. Perlekatan kembali retina pada epitel pigmennya
secara spontan dapat terjadi apabila kelainan yang mendasari
terjadinya ablasio retina tipe eksudatif teratasi. Termasuk diantaranya
pemberian steroid dosis tinggi pada kasus inflamasi, atau terapi
radiasi dan atau reseksi lokal pada kasus neoplasma intraocular

27
• Jika makula melekat dan pembedahan berhasil melekatkan kembali
retina perifer, maka hasil penglihatan sangat baik. Jika makula terlepas
lebih dari 24 jam sebelum pembedahan, maka tajam penglihatan
sebelumnya mungkin tidak dapat penuh sepenuhnya. Namun, bagian
penting dari penglihatan dapat kembali pulih dalam beberapa bulan.
• Jika retina tidak berhasil dilekatkan kembali dan pembedahan
mengalami komplikasi, maka dapat timbul perubahan fibrotik pada
vitreous (vitreoretinopati proliferatif). PVR dapat menyebabkan traksi
pada retina dan ablasio retina lebih lanjut. Prosedur vitreoretina yang
rumit dapat mempertahankan penglihatan namun dengan hasil
penglihatan yang lebih buruk
28
komplikasi
• Penurunan ketajaman penglihatan dan kebutaan merupakan
komplikasi yang paling sering terjadi pada ablasio retina. Penurunan
penglihatan terhadap gerakan tangan atau persepsi cahaya (light
perception) adalah komplikasi yang sering dari ablasio retina jika
melibatkan macula

29

Anda mungkin juga menyukai