Anda di halaman 1dari 7

PENGANTAR HUKUM

ISLAM
M. Sularno
Prodi Hukum Islam
Fakultas Ilmu Agama Islam
Universitas Islam Indonesia
X
IJTIHAD DALAM HUKUM ISLAM
A. MUKADIMAH

* Syari’ah yang bersumber pada Al-Qur’an dan Al-Sunnah di-


tujukan untuk mewujudkan kemaslahatan manusia di dunia
dan akhirat.

* Syari’at (hukum Islam datang sesuai dengan keadaan masa,


tempat dan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu ia bersifat
abadi (sabat) dan berkembang (tatawwur) sekaligus.

* Dikarenakan Al-Qur’an dan Sunnah terbatas dan sifat hukum


Islam yang berkembang itulah, maka dibutuhkan dalam huk
Islam adanya ijihad.
B. MAKNA IJTIHAD

* Ijtihad adalah megerahkan segala kemampuan yang dimiliki


untuk dapat meraih hukum yang mengandung nilai uluhiyah
atau mengandung sebanyak mungkin nilai syari’ah.

* Mujtahid mengerahkan segala potensinya : kecerdasan akal,


kehalusan perasaan, keluasan imajinasi, ketajaman intuisi,
serta kearifannya, sehingga hukm yang dihasilkannya indah,
baik, akurat, benar, dan bijaksana.

C. SYARAT IJTIHAD (MUJTAHID)

1. Mengetahui Al-Qur’an, Al-Sunnah, bhs Arab scr mendalam.

2. Mengetahui maqasid al-Syari’ah, prinsip-prinsip umum, dan


semangat (ruh) ajaran Islam.

3. Mengetahui turuq al-Istinbat Usul fqh (metode menemukan


dan menerapkan hk Isl, agar hsl ijtihad mendekati benar.
4. Memiliki akhlaq terpuji dan niyat yang ikhlas.

D. CARA BERIJTIHAD

1. Dengan memperhatikan kaidah-kaidah kebahasaan (linguis-


tik)

2. Dengan menggunakan kaidah Qiyas /analogi (menyamakan


hukum suatu peristiwa yang belum ada ketentuan hukumnya
dengan sesuatu yang telah ada ketentuan hukumnya dalm
Qur’an atau Hadis, karena ada kesamaan illat (kausa) hukum.

3. Dengan memperhatikan semangat (ruh) ajaran Islam /syari-


ah kaidah kulliyah usul fiqh, kaidah kulliyah fiqhiyah, prin-
sip hukum Islam, dalil-dalil kulli.

E. LAPANGAN IJTIHAD

1. Dalil yang qat’I wurudnya, namun zanni dalalahnya.


2. Ijtihad fi tatbiq al-ahkam ( menerapkan hukum ), amat mem-
perhatkan kondisi subyek hukum , mengutamakan kaidah
fiqh, dan dikenal sebab, syarat, mani’, rukhsah, dan darurat.
2. Dalil yang zanni wurudnya, namun qat’I dalalahnya.

3. Dalil yang zanni wurud dan dalalahnya.

4. Kasusu- kasus yang tidak ada hukumnya.

F. MACAM MACAM IJTIHAD (DARI ASPEK SUBYEKNYA)

1. Ijtihad Fardi ( dilakukan oleh perseorangan)

2. Ijtihad Jama’I (dilakukan secara kolektif).

G. BENTUK IJTIHAD

1. Ijtihad fi takhrij al-ahkam ( mengeluarkan hukum tanpa per-


timbangan kondisi subyek hukum / masyarakat dimana di-
terapkan dan mengutamakan kaidah usul fiqh, serta dikenal
azimah.

Anda mungkin juga menyukai