Anda di halaman 1dari 11

PERSPEKTIF FILSAFAT DALAM MEMBANGUN

PENDIDIKAN KARAKTER
Filsafat Ilmu
KELOMPOK 2

1 ASNA SINAGA 2 CINDY SIMANJUNTAK

3 ERWIN SILALAHI 4 ELVIS SIHITE

5 MANANGAR MARPAUNG 6

7 8
Abstrak
Hakikat pendidikan karakter adalah mengukir dan melukiskan nilai-nilai kepada
peserta didik melalui pendidikan. Penelitian ini adalah deskriptif analitis, yaitu
menggunakan teori ahli tentang segala hal yang berkaitan dengan pendidikan
karakter, kemudian menganalisisnya sehingga Esensi filosofi dapat ditemukan
dalam membentuk kepribadian yang baik melalui pendidikan karakter. Hal-hal
yang akan diperiksa adalah apakah pendidikan budi pekerti dan budi pekerti,
landasan filosofis, fitrah manusia dalam pendidikan karakter, pembangunan
karakter strategi, pembentukan karakter dimulai dari diri sendiri dan keluarga.
Jadi bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami pembentukan
kebaikan kepribadian melalui pendidikan karakter dapat dilakukan dengan
optimalisasi aspek (daya), aspek akal (kognitif) aspek afektif (spiritual) dan
aspek motorik (jasmani).
Pendahulua
Eksistensinpada suatu bangsa sangat ditentukan oleh karakter yang
dimiliki. Hanya bangsa yang memiliki karakter kuat yang mampu
menjadikan dirinya sebagai bangsa yang bermartabat dan disegani oleh
bangsa -bangsa lain. Oleh karena itu, menjadi bangsa yang berkarakter
adalah keinginan kita semua. Keinginan menjadi bangsa yang berkarakter
sesunggungnya sudah lama tertanam pada bangsa Indonesia. Para pendiri
negara menuangkan keinginan itu dalam Pembukaan UUD 1945 alinea
ke-2 dengan pernyataan yang tegas, “mengantarkan rakyat Indonesia
ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia yang
merdeka,bersatu,berdaulat,adil dan makmur”. Para pendiri negara
menyadari bahwa hanya dengan menjadi bangsa yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmurlah bangsa Indonesia dan dihormati bangsa -
bangsa lain.
Metode
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan atau library
research,yakni penelitian yang dilakukan melalui pengumpulan data atau karya
tulis ilmiah yang sesuai dengan obyek penelitian.

• Editing,yaitu pemeriksaan kembali dari data-data yang diperoleh terutama


dari segi kelengkapan,kejelasan makna dan koherensi makna antara yang satu
dengan yang lain.
• Organizing, yakni menyusun data-data yang diperoleh dengan kerangka yang
sudah ditentukan.
• Penemuan hasil penelitian,yakni melakukan analisis lanjutan terhadap hasil
penyusunan data dengan menggunakan kaidah-kaidah, teori dan metode yang
telah ditentukan sehingga diperoleh kesimpulan (inferensi) tertentu yang
merupakan hasil jawaban dari rumusan masalah.
Hasil Pembahasan
A. KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER

T. Ramli
Menurut T. Ramli, pengertian pendidikan karakter adalah pendidikan yang
mengedepankan esensi dan makna terhadap moral dan akhlak sehingga hal tersebut
akan mampu membentuk pribadi peserta didik yang baik.

Thomas Lickona
Menurut Thomas Lickona, pengertian pendidikan karakter adalah suatu usaha yang
disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami,
memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.
Fungsi Pendidikan karakter adalah :

• Untuk mengembangkan potensi dasar dalam diri manusia


sehingga menjadi individu yang berpikiran baik, berhati baik,
dan berperilaku baik.
• Untuk membangun dan memperkuat perilaku masyarakat yang
multikultur.
• Untuk membangun dan meningkatkan peradaban bangsa yang
kompetitif dalam hubungan internasional.
B. Tujuan Pendidikan Karakter
Pada dasarnya tujuan utama pendidikan karakter adalah untuk membangun
bangsa yang tangguh, dimana masyarakatnya berakhlak mulia, bermoral,
bertoleransi, dan bergotong-royong. Untuk mencapai tujuan tersebut maka di
dalam diri peserta didik harus ditanamkan nilai-nilai pembentuk karakter yang
bersumber dari Agama, pancasila, dan Budaya. Berikut adalah nilai-nilai
pembentuk karakter tersebut:
• Kejujuran, Sikap toleransi, Disiplin, Kerja keras.
• Kreatif, Kemandirian, Sikap demokratis, Rasa ingin tahu.
• Semangat kebangsaan, Cinta tanah air, Menghargai prestasi.
• Sikap bersahabat, Cinta damai, Gemar membaca.
• Perduli terhadap lingkungan, Perduli sosial, Rasa tanggungjawab
• Religius
 
C. Implementasi Filsafat Pada Pendidikan Karakter
Proses pembentukan karakter atau kepribadian terdiri atas tiga taraf:

• Pembiasaan, tujuannya untuk membentuk aspek kejasmanian dari kepribadian, atau memberi
kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu (pengetahuan hafalan). Contohnya antara lain
membiasakan puasa dan sholat.
• Pembentukan pengertian, sikap, dan minat. Setelah melakukan pembiasaan, selanjutnya
seseorang diberi pengertian atau pengetahuan tentang amalan yang dikerjakan dan diucapkan.
• Pembentukan kerohaniyahan yang luhur. Pembentukan ini menanamkan kepercayaan yang ada
pada rukun iman. Hasilnya seseorang akan lebih mendalami apa yang dilakukan atau diucapkan
sehingga meningkatkan tanggungjawab terhadap apa yang dikerjakan.
Karakter dapat terbentuk dalam diri seseorang harus
melalui tahap-tahap tertentu, yaitu:
• Learning to know
Tahapan ini merupakan langkah pertama dalam pendidikan karakter. Dalam tahapan ini tujuan diorientasikan
pada penguasaan pengetahuan tentang nilai-nilai. Siswa harus mampu: a) membedakan nilai-nilai akhlak mulia
dan akhlak tercela serta nilai-nilai universal; b) memahami secara logis dan rasional pentingnya akhlak mulia
dan bahaya akhlak tercela dalam kehidupan; c) mengenal sosok Nabi Muhammad SAW sebagai figur teladan
akhlak mulia melalui hadits-hadits dan sunahnya.

• Moral Feeling
Konsep ini mencoba membangkitkan rasa cinta anak untuk melakukan perbuatan baik. Di sini anak dilatih
untuk merasakan efek dari perbuatan baik yang dia lakukan. Jika moral feeling sudah tertanam, itu akan
menjadi ‘mesin’ atau kekuatan luar biasa dari dalam diri seseorang untuk melakukan kebaikan atau
menghindarkan perbuatan negatif.

• Learning to do
Pada tahap ini, anak dilatih untuk berbuat mulia. Tanpa melakukan apa yang sudah diketahui atau dirasakan
oleh seseorang, tidak akan ada artinya selama ini hanya himbauan saja, padahal berbuat sesuatu yang baik itu
harus dilatih, dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari
Kesimpulan
Kurangnya pendidikan karakter akan menimbulkan krisis moral yang
berakibat pada perilaku negatif di masyarakat, misalnya pergaulan bebas,
penyalahgunaan obat-obat terlarang, pencurian, kekerasan terhadap anak,
dan lain sebagainya. Sebagai upaya mengatasi akar masalah moral-sosial,
seperti ketidakjujuran, ketidaksopanan, kekerasan, etos kerja rendah, dan
lain-lain. Cara terbaik untuk membentuk perilaku individu sebelum masuk
ke dunia kerja/usaha adalah dengan cara mengajarkan nilai-nilai budaya
yang merupakan bagian dari kerja suatu peradaban serta menekankan
pendidikan karakter.

Anda mungkin juga menyukai