Anda di halaman 1dari 35

Nama : dr.

Susana Indahwati CURRICULUM VITAE


Tempat, tgl lahir : Tembagapura, 24 April 1976
Alamat : Jln. Karya Timur Gg. Wonosari

Blok E no. 8, Malang


HP : 081.334.554.975
Email : drsusan24@gmail.com
Pendidikan : S1 – Profesi di FKUI, Jakarta

RIWAYAT ORGANISASI
2014 – skrg : Ketua IDI Komisariat Kota Batu
2018 - skrg : Anggota Bidang Humas - IDI Cabang
Malang Raya
2022 - : Ikatan Konsultan Kesehatan Indonesia

PEKERJAAN SAAT INI


-Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit dan Penanganan Bencana, Dinas
Kesehatan Kota Batu
-Surveior FKTP Bidang Upaya Kesehatan Perseorangan & Penunjang Kementerian
Kesehatan RI
-Konsultan Manajemen Kesehatan Indonesia
-Kepala Bidang Hubungan Regional PT Lipa Mitra Nusa (Lembaga Penyelenggara
Akreditasi FKTP)
PENCEGAHAN
DAN PENGENDALIAN
INFEKSI
PENDAHULUA
N

Meningkatkan derajat kesehatan


Rumah masyarakat
Sakit/ Memberikan layanan
Fasyankes kesehatanbermutu,akuntabel,
transparan ke masyarakat
Padat karya

PP Healthcare
Patient
I Associated Safety
Infections
Kebijakan Kemkes Dasar
Penilaian Hukum
Akreditasi
PERMASALAHA
N Setela
Kebutuha h
PPI Diangga
n
selesa
p i back
Akreditasi to
basic

KUANTITA Mutu pelayanan


S

KUALITA Pimpina Kuantita


s
n
S yankes
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
PENGELOLAAN ALAT KESEHATAN
 Pencegahan dan pengendalian infeksi yang
selanjutnya disingkat PPI adalah upaya untuk
mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi
pada pasien, petugas, pengunjung, dan
masyarakat sekitar fasilitas kesehatan.

 Tujuan PPI adalah mengidentifikasi dan


menurunkan risiko infeksi yang didapat dan
ditularkan diantara pasien, staf, tenaga
professional kesehatan, tenaga kontrak, tenaga
sukarelawan mahasiswa dan pengunjung.
 Kegiatan yang tercantum dalam program PPI
tergantung pada kompleksitas kegiatan klinis dan
pelayanan FKTP, besar kecilnya area FKTP,
tingkat risiko dan cakupan populasi yang dilayani,
geografis, jumlah pasien, dan jumlah pegawai dan
merupakan bagian terintegrasi dengan Program
Peningkatan Mutu.

 Untuk memantau dan menilai pelaksanaan


program PPI disusun indikator--indikator sebagai
bukti dilaksanakannya kegiatan-kegiatan yang
direncanakan.
• Pengelolaan • Limbah RS :
alkes : infeksiun, non
kritikal, semi infeksius, benda
kritikal, Non tajam
kritikal
APD : Sarung
KEBERSIHA
tangan,
N
Masker,
Praktek Lumbah TANGAN : 5
MOMENT & 6 kacamata, Penempatan
Fungsi : lokasi gaun, sepatu
LANGKAH pasien : Kohort,
tindakan,
Isolasi (airborne,
asepsis,
mekanik, natural
penggunaan APD
ventilasi)
Manajemen Pengendalian
Linen : Lingkungan :
Kotor,
Infeksius dekontaminasi
• Kesehatan • Penyuntikan
petugas : yang aman :
needle stick single use, obat
injuri dan Kebersihan high allert
immunisasi
pernafasan/etika
batuk wardanelayunus@yahoo.c
om
 Pelaksanaan identifikasi dan kajian pemberian asuhan harus sesuai prinsip-prinsip
PPI dengan memastikan :
  1. ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD) : sarung tangan,
kacamata pelindung, masker, sepatu dan gaun pelindung
 2. ketersediaan linen yang benar
3. ketersediaan alat medis sesuai ketentuan
4.  terlaksananya penyuntikan yang aman
5. penyimpanan dan penanganan produk makanan dan nutrisi
yang tepat, jika tersedia dan digunakan di pusat;
6. pengelolaan limbah melalui penempatan yang aman dan
pembuangan limbah klinis dan limbah yang berpotensi menular
yang memerlukan pembuangan khusus seperti benda tajam
/jarum dan peralatan sekali pakai lainnya yang mungkin
bersentuhan dengan tubuh cairan;
7. proses untuk mengelola penggunaan kembali perangkat sekali
pakai
Pengeringan
Pemerasan
Pencucian
Penerimaan dan Pemilahan

Penyetrika Pelipata Penyimpan Distribu


an n an si

luwi-edit 14 Maret 2016


XX
 Renovasi bangunan di area FKTP dapat
merupakan sumber infeksi. Pemaparan debu dan
kotoran konstruksi, kebisingan, getaran, kotoran
dan bahaya lain dapat merupakan bahaya
potensial terhadap fungsi paru dan keamanan
karyawan dan pengunjung.

 Oleh karena itu FKTP harus menetapkan kriteria


risiko untuk menangani dampak tersebut yang
dituangkan dalam bentuk regulasi tentang
penilaian risiko dan pengendalian infeksi
(infection control risk assessment/ICRA).
 FKTP harus menerapkan kebersihan tangan yang
terbukti menurunkan risiko infeksi yang terjadi pada
fasilitas kesehatan.

 Prosedur kebersihan tangan perlu disusun dan


disosialisasikan, serta ditempel pada tempat yang
mudah dibaca. Tenaga medis, tenaga kesehatan, dan
karyawan FKTP perlu diedukasi tentang kebersihan
tangan. Sosialisasi kebersihan tangan perlu juga
dilakukan untuk pasien, dan keluarga pasien.

 Kebersihan tangan merupakan kunci efektif


pencegahan dan pengendalian infeksi sehingga FKTP
harus menetapkan kebijakan dan prosedur mengenai
kebersihan tangan.
 Setiap karyawan harus memahami 6 (enam)
langkah dan 5 (lima) kesempatan melakukan
kebersihan tangan dengan benar.

 FKTP wajib menyediakan perlengkapan dan


peralatan untuk melakukan kebersihan tangan
antara lain:
1. fasilitas cuci tangan meliputi air mengalir, sabun,
tisu pengering tangan/handuk sekali pakai;
dan/atau
2. hand rubs berbasis alcohol yang ketersediaannya
harus terjamin
 Program pencegahan dan pengendalian infeksi
adalah untuk mengidentifikasi dan mengurangi
risiko tertular dan menularkan infeksi di antara
pasien, petugas, keluarga dan masyarakat dan
lingkungan melalui kewaspadaan standar yang
benar sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

 Meliputi :
1. Alat Pelindung Diri (APD)
2. Penyuntikan yang aman
3. Dekontaminasi
4. Linen
5. Limbah
PENERAPAN PPI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN (HEALTH
CARE ASSOCIATED INFECTIONS / HAIs)

 Infeksi Daerah Operasi (IDO) ATAU Surgical Site Infection (SSI)


adalah infeksi yang terjadi setelah tindakan operasi atau insisi yang
dapat muncul dalam kurun waktu 30 – 90 hari atau 1 tahun setelah
tindakan
Infeksi saluran Kemih (ISK)/ Urinary Tract Infeksi (UTI) adalah
infeksi setelah dipasang alat pada saluran kemih setelah 2 x 24 jam
ditemukan tanda tanda kearah infeksi
 Ventilator Associated Infection (VAP) adalah infeksi setelah
dipasang alat ventilator setelah 2 x 24 jam ditemukan tanda tanda
kearah infeksi
 Infeksi Aliran Darah (IAD) infeksi setelah dipasang alat intra
vaskuler setelah 2 x 24 jam ditemukan tanda tanda kearah infeksi
16
 Program PPI dalam kewaspadaan isolasi terdiri dari
kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan
transmisi. Kewaspadaan transmisi terdiri dari kontak,
droplet dan air borne. Penularan penyakit air borne disease
salah satunya risiko yang paling banyak di FKTP

 Untuk mengurangi risiko penularan air borne disease


diantaranya dengan menggunakan APD, penataan ruang
periksa, penempatan pasien, maupun transfer pasien
dilakukan sesuai dengan prinsip PPI. Upaya pencegahan
juga perlu ditujukan untuk memberikan perlindungan
kepada staf, pengunjung serta lingkungan pasien.
Pembersihan kamar dengan benar setiap hari selama pasien
tinggal di FKTP dan pembersihan kembali setelah pasien
pulang harus dilakukan sesuai standar atau pedoman
pengendalian infeksi.
 Untuk mencegah penularan airborne disease
perlu melakukan identifikasi pasien yang
berisiko dengan memberikan masker,
menempatkan pasien di tempat tersendiri atau
kohorting dan mengajarkan etika batuk.

 Untuk pencegahan penularan transmisi


airborne ditetapkan alur dan SOP pengelolaan
pasien sesuai ketentuan.
 FKTP menetapkan kebijakan tentang outbreak
bagaimana penanggulangan sesuai dengan
wewenangnya, untuk menjamin perlindungan kepada
petugas, pengunjung dan lingkungan pasien.

 Kriteria outbreak infeksi terkait pelayanan kesehatan di


FKTP adalah:
1. terdapat kejadian infeksi yang sebelumnya tidak ada
atau sejak lama tidak pernah muncul yang diakibatkan
oleh kegiatan pelayanan kesehatan yang berdampak
risiko infeksi di FKTP
2. peningkatan kejadian 2 kali lipat atau lebih dibanding
periode sebelumnya.
3.  kejadian dapat meningkat secara luas dalam kurun
waktu yang sama
 Resistensi terhadap antimikroba (antimicrobial
resistance/AMR) telah menjadi masalah kesehatan yang
mendunia, dengan berbagai dampak merugikan yang dapat
menurunkan mutu dan meningkatkan risiko pelayanan
kesehatan khususnya biaya dan keselamatan pasien.

 Meningkatnya masalah resistensi antimikroba terjadi akibat


penggunaan antimikroba yang tidak bijak dan bertanggung
jawab.

 Salah satu upaya untuk menurunkan resistensi terhadap


antimikroba yaitu dengan menetapkan kebijakan dan
panduan penggunaan antrimikroba di FKTP dan melakukan
perbaikan pola penggunaan antimikroba untuk menilai
kesesuaian terhadap panduan yang disusun.
EMAIL : drsusan24@gmail.com
WA : 081334554975

Anda mungkin juga menyukai