Anda di halaman 1dari 15

II.

PERKEMBANGAN HUKUM TANAH


II. PERKEMBANGAN HUKUM TANAH

2.1. Sebelum 1870


2.2. 1870 - 1945
2.3. 1945 - 1960
2.4. 1960 - Sekarang
2.1. SEBELUM 1870

 Sebelum bangsa asing datang, di Indonesia sudah


berlaku Hukum Adat tentang tanah yang bersifat
komunalistik religius.
 Ketika dijajah Inggris berlaku Teori Domein Raffles.
 Saat Belanda menjajah berlaku antara lain :
 Tanam Paksa (cultuur stelsel);
 Ordonansi Balik Nama (Overschrijvings Ordonnantie,
S : 1834 :27);
 Burgelijke Wetbook (BW).
2.2. 1870 - 1945

Selain itu, Pemerintah Hindia Belanda juga


memberlakukan a.l. :
A. Agrarische Wet (S. 1870 : 55)
B. Agrarische Besluit (S. 1870:118)
C. Ordonantie Grond Vervreemdingsverbod
(S. 1875:179)
2.2. 1870 - 1945

A. AGRARISCHE WET (S. 1870 : 55)

 Latar belakang AW:


AW lahir atas desakan pengusaha besar swasta, karena
bagi mereka tidak ada kemungkinan untuk memperoleh
tanah dengan hak yang kuat dengan jangka waktu yang
relatif lama.
 Tujuan AW :
Memberikan jaminan hukum bagi para pengusaha
swasta agar dapat mengembangkan modalnya di Hindia
Belanda.
2.2. 1870 - 1945

 Kedudukan AW:
Kedudukan AW berada dalam Pasal 51 IS (1927) yang
berisi 8 ayat ;
- 3 ayat berasal dari Pasal 62 RR (1854), dan
- 5 ayat berasal dari AW).

 Isi AW :
(1) Gubernur Jenderal tidak boleh menjual tanah;
(2) Pengecualian larangan dalam ayat (1);
(3) Gubernur Jenderal dapat menyewakan tanah;
2.2. 1870 - 1945

(4) Diberikan hak erfpach selama 75 tahun;


(5) Gubernur jenderal menjaga agar pemberian tanah
tidak melanggar hak-hak rakyat;
(6) Gubernur Jenderal dilarang mengambil tanah rakyat,
kecuali untuk kepentingan umum, dengan ganti rugi
yang layak ;
(7) Tanah milik yang dipunyai golongan pribumi, atas
permintaan pemiliknya dapat diberikan hak
eigendom;
(8) Persewaan tanah dari golongan pribumi kepada
golongan non pribumi diatur dengan ordonansi.
2.2. 1870 - 1945

Peraturan Pelaksanaan AW
1. Odonansi Pencabutan HAT/Oneigenningsordonnantie
(S.1920:574), yang melaksanakan pasal 51 ayat (6) IS.
2. Peraturan tentang Agrarisch Eigendom (S.1872 : 117),
yang melaksanakan pasal 51 ayat (7) IS.
3. Peraturan pelaksanaan lainnya, antara lain ;
A. Agrarische Besluit (S.1870 : 118) ;
B. Ordonantie Grond Vervreemdingsverbod
/ordonansi Larangan Pengasingan Tanah (S. 1875:179)
2.2. 1870 - 1945

3. PERATURAN PELAKSANAAN LAINNYA

A. AGRARISCHE BESLUIT S.1870 : 118


 Berisi :
Pernyataan Domein (Domein Verklaring), yang berupa asas
bahwa semua tanah, yang pihak lain tidak dapat membuktikan
sebagai hak eigendomnya, adalah domein (milik) Negara.

 Fungsi Domein Verklaring :


A. Landasan hukum bagi Pemerintah Hindia Belanda untuk
memberikan tanah dengan hak-hak barat;
B. Untuk kepentingan pembuktian.
2.2. 1870 - 1945

B. ORDONANTIE GROND VERVREEMDINGSVERBOD /


ORDONANSI LARANGAN PENGASINGAN TANAH
(S. 1875:179)

 Berisi :
Hak Milik Adat atas tanah kepunyaan golongan Pribumi
dilarang dipindahkan/dialihkan kepada golongan Non Pribumi.
2.2. 1870 – 1945

 Politik agraria Pemerintah Hindia Belanda di atas


mengakibatkan terjadinya :
A. Dualisme/pluralisme ;
1. Hukum Tanah,
2. Hak-Hak Atas Tanah (HAT),
3. Hak Jaminan Atas Tanah.
B. Masalah Hukum Agraria Antar Golongan.
C. Tidak ada jaminan kepastian hukum bagi HAT
Adat.
2.3. 1945 - 1960

 Pemerintah RI melakukan penyesuaian keadaan setelah merdeka,


antara lain dengan :
1. Menggunakan kebijakan dan tafsir baru.
Sesuai dengan tujuan yang ditegaskan dalam Pasal
33 Ayat (3) UUD 1945.
2. Meniadakan lembaga feodal,
Dengan menghapus hak-hak konversi yang ada di daerah
Vorstenlanden, karena di daerah itu yang terdapat stelsel
apanage .
3. Meniadakan lembaga kolonial.
Penghapusan Tanah Partikelir (TP), karena TP mengakibatkan
terjadinya “negara dalam negara” yang menggangu keutuhan
NKRI.
2.3. 1945 – 1960

 Pembentukan UUPA, melalui :


1. Panitia Agraria Jogja.
2. Panitia Agraria Jakarta.
3. Panitia Soewahjo.
4. Rancangan Soenarjo.
5. Rancangan Sadjarwo.
2.4. 1960 - SEKARANG

 Hasil beberapa Panitia dan Rancangan tersebut berupa UUPA, yang :


 Mempunyai latar belakang dan tujuan, lihat Penjelasan Umum
UUPA (huruf a,b,c yang pertama dan kedua);
 Mencabut ketentuan lama secara :
(a) eksplisit, dan
(b) implisit.
Pasca Reformasi ditetapkan Tap MPR No. IX/2001 tentang

Pembaharuan Agraria Dan Pengelolaan Sumber Daya Alam.


Saat ini sedang dibahas RUU Pertanahan Di DPR (Jika RUU itu

disahkan dan dinyatakan berlaku berlaku, maka ketentuan itu


tidak akan meniadakan keberadaan UUPA).
SISTEMATIKA UUPA

PERTAMA
Bab I Dasar-dasar dan Ketentuan Pokok
Bab II Hak Atas Tanah, Air dan Ruang Angkasa Serta
Pendaftaran Tanah
Bab III Ketentuan Pidana
Bab IV Ketentuan Peralihan

KEDUA KETENTUAN KONVERSI


KETIGA
KEEMPAT
KELIMA

PENJELASAN ATAS UU NO. 5 TAHUN 1960

Anda mungkin juga menyukai