Anda di halaman 1dari 17

PRESENTATION

KELOMPOK 5
1. Adelia Suryani 2106676291
2. Adhika Paramasatya 2106676303
3. Dian Rosdiana 2006505436
4. Selfi Octaviani Lestari 2006506161
5. Syafiah Amalina Nasution 2106677281
6. Oke Ila Yuliyanti 2106776975
7. Yemima Irawanti 2106677376
Social
Construction of
health and
health
promotion
Sara Cooper & Nicki Thorogood
Overview
 Konstruksionisme sosial merupakan pemahaman kerangka konsep dan memikirkan mengenai dunia sosial.

 Konsep konstruksionisme sosial diaplikasikan untuk kesehatan.

 Kerangka konsep yang menggali konstruksionisme sosial untuk promosi kesehatan.

 Program membantu berpikir kritis tentang konsep, kategori, dan definisi menggunakan program kesehatan

 Dapat mengaktifkan praktik dari promosi kesehatan untuk lebih sadar diri, kritis pada diri sendiri dan akuntabel.

 Kemampuan → mengerti, mengapresiasi dan mengidentifikasi teori & praktik


Key terms 1. Kekuatan disiplin → kekuatan melalui sistem dari pengetahuan
dan praktik
2. Ceramah → bahasa tubuh, pengetahuan, dan praktik merupakan
hal-hal yang digambarkan.
3. Normative → perilaku dan praktik terlihat normal atau benar
dalam konteks sosial tertentu.
4. Fenomena → paradigma penelitian kualitatif, berasal dari tulisan
pada seorang filosofi seperti Husserl dan Buber
5. Semiotic → studi dari sinyal dan simbol yang tujuannya untuk
membangun ulang arti pengkodean. Meliputi sinyal dan simbol
dalam media apapun atau sensor.
6. Konstruksi sosial : kerangka konsep kritis yang dipahami secara
umum menjadi alami sebagai produk sosial.
01
What is Social
Constructionism ?
Topics

Konstruksionisme Sosial
Konstruksionisme Sosial sebuah pemahaman yang memisahkan
sosial dan pengetahuan yang merupakan suatu
realitas
kerangka kerja konseptual yang memahami produk yang dibangun atau dihasilkan oleh proses
berbagai hal dimana penekanannya adalah sosial, sejarah, politik dan proses budaya
pada bagaimana makna dari suatu fenomena (Berger dan Luckmann, 1966)
tidak melekat pada fenomena itu sendiri,
melainkan diciptakan melalui interaksi dan
dialog antara individu dalam konteks sosial
tertentu (Gergen, 1999).
Contoh fenomena : ketidaksetaraan gender, rasisme antara kulit hitam dan putih
Konstruksi sosial
kesehatan & penyakit

Selama 50 tahun terakhir, konstruksi sosial
kesehatan telah menjadi perspektif yang signifikan
dalam sosiologi kesehatan dan penyakit.

Konseptualisasi kesehatan tidak universal.
Pemahaman tentang kesehatan bersifat individual
dan sosial, dan sangat beragam.

Konseptualisasi tentang kesehatan dan penyakit
tidak stabil dari waktu ke waktu, tetapi bergeser
dan beradaptasi dengan perubahan ideologi sosial
dan politik yang berlaku.
Konstruksi Sosial Pengetahuan Medis dan Entitas Penyakit

● Pendekatan konstruksionis terhadap penyakit telah berkontribusi pada


pemahaman kita tentang sifat kesehatan yang dibangun secara sosial.
● Entitas penyakit adalah produk dari wacana medis yang dibentuk oleh
penalaran praktik sosial, budaya, dan politik.

“Misalnya, ketika sekelompok gejala dikategorikan dalam wacana medis sebagai 'tuberkulosis', hal
ini tidak berarti bahwa entitas penyakit ini ada secara independen, melainkan telah didefinisikan
atau diberi label dalam lingkungan sosial, historis, dan konteks politik.”
Pada konstruksi sosial kesehatan, tidak seperti model medis penyakit yang mengasumsikan bahwa
penyakit bersifat universal, pendekatan konstruksionis sosial menekankan bagaimana semua makna,
pengalaman, dan definisi dihasilkan oleh interaksi sosial, berbagi tradisi budaya, pergeseran kerangka
pengetahuan, dan hubungan kekuasaan.

Semua ini bukan untuk menyangkal realitas rasa sakit dan penderitaan, atau untuk mengatakan bahwa
orang tidak mengalami tekanan fisik atau mental. Namun, perspektif konstruksionis sosial menekankan
bahwa pengalaman ini dan bagaimana kita memberikan label (menamakannya), bukan hanya hasil dari
prosedur mediko-ilmiah, tetapi juga produk dari proses sejarah, sosial, dan politik.
Implikasi Bagi Promkes
 Dalam membuat kampanye pendidikan atau kesehatan penting untuk memperhatikan aspek
sosial yang bersangkut paut serta bersifat relevan terhadap pengalaman hidup dan pemahaman
masyarakat setempat. Hal ini dikarenakan adanya kemungkinan perbedaan perspektif
konstruksi sosial pada setiap individu.

 Jika kita sebagai praktisi kesehatan mencoba untuk mendorong masyarakat dalam mengubah
gaya hidup dan mengadopsi cara hidup yang lebih sehat namun tanpa memperhatikan aspek
sosial budaya, makan hal ini mungkin tidak terbukti efektif.

Contoh:
Promosi Kesehatan mempraktikan seks yang lebih aman (safe sex) menggunakan kondom
Implikasi Bagi Promkes
Apa yang Perlu Diperhatikan?
Penting bagi seorang promotor kesehatan untuk berpikir kritis:

- Bagaimana suatu masalah didefinisikan


- Bagaimana suatu masalah ikembangkan
- Apa konsekuensi dan tindakan mengadopsi paradigma tertentu.
Social Contructionist Perspective
❖ Membantu untuk berpikir kritis tentang makna dalam kegiatan promosi kesehatan
❖ Tidak hanya bahasa tertulis atau lisan, tapi juga melalui media lain seperti gambar, suara, gestur,
dan objek
❖ Social constructionist dinamakan semiotika
❖ Semiotika : ilmu yang mempelajari tentang tanda, simbol, terutama sistem komunikasi untuk
mendekonstruksi makna kode (Chandler, 2008)
❖ Semiotika diasumsikan bahwa tanda tidak hanya menyampaikan makna tapi juga merupakan
media dimana makna dibangun
❖ Tujuan Semiotika : mengungkapkan seberapa pasti nilai, sikap dan kepercayaan didukung atau
dibungkam dalam simbol atau tanda tertentu
❖ Makna dalam semiotika terbagi menjadi 2 yaitu denotasi dan konotasi (makna tambahan)
❖ Denotasi mengacu pada makna yang lebih defisional, harfiah atau kejelasan dalam mengartikan
suatu tanda
❖ Konotasi mengacu pada kedalaman makna pada sosio-kultural, politik, ekonomi, dan hubungan
personal (seperti ideologi, sosial-politik, emosional) dari tanda.
Analisis perspektif konstruksionis sosial
dan semiotik
- kepada siapa gambar itu ditujukan? (apa
yang membuat kamu berpikir begitu)
- apakah lokasinya di perkotaan sub sahara
negara Afrika?
- Apa pesan yang ingin disampaikan?
(bagaimana cara mengetahuinya?)

Analisis wacana dan semiotika


- Siapa yang tertarik dengan poster yang
dipajang tersebut?
- Apa yang kurang dari poster itu?
- Asumsi apa yang tersirat dalam poster
itu?
- apakah pesan ingin disampaikan terkait
norma sosial?
Hasil Analisis Semiotica
Makna Denotasi makna norma sosial yang luas tentang bahagia dan sukses
Satu wanita dan dua pria memegang seikat bunga dan buku dan memakai di dunia, berkaitan dengan gagagasan tentang kesehatan
toga (0) pribadi, prestasi kerja dan kewajiban keluarga dan terkait
dengan cita-cita individu (3)
Makna Konotasi
Harapan dan optimisme dengan adanya bunga dan lengan terangkat ke atas
Anak muda yang mampu membuat keputusan independen dan
(0)
bertanggung jawab atas masa depan mereka (4)
Makna literal teks dan cara teks disajikan menunjukkan ketiga siswa ini
dihadapkan dalam memutuskan apa yang akan terjadi di masa depan
mereka dengan 2 pilihan ‘’kepuasan’’ atau ‘’frustasi’’. (1)
Lokasi Poster di Afrika karena subjeknya orang berkulit
hitam, gaya bahasa pada teks, dan referensi untuk HIV juga
mengapa kampanye ini difokuskan pada siswa bukan pada menyarankan hal ini (5)
kelompok usia lain?

Kata ‘’kepuasan’’ dan ‘’frustasi’’ dikontraskan bukan kata


lainnya. Tidak ada orang kulit putih yang tampil, di tempat lain,
ini bisa dianggap tidak pantas, eksklusif atau bahkan
apakah masa depan seseorang itu bisa ‘’diputuskan’’ dan
‘’dipilih’’ (2)
rasis (6)
Promosi Kesehatan sebagai Bentuk
Kekuatan Disiplin (Disciplinary Power)

Orang sakit dan tidak normal,


Sehat/ Tidak
yang pada mulanya dilihat
Sehat sebagai objek (objektifikasi)
yang mengandung banyak
aspek negatif, dapat
berkembang menjadi subjek
yang memiliki rasa harga diri
lewat perhatian dari orang
yang sehat dan normal
Teori (normalisasi)
Mengguna
Normal /
Kekuasaan kan Pikiran /
Tidak
Tidak
Normal
Foucault

Kuasa → strategi dan


Bisa
relasi antar manusia
menyerang (bukan menguasai
orang yang
sehat
orang lain)
Promosi Kesehatan sebagai Bentuk
Kekuatan Disiplin (Disciplinary Power)
Dahulu pembicaraan seks dianggap tabu → saat ini sudah harus
disosialisasikan
secara dini

Individu harus sadar bahwa ia harus bertanggung jawab atas dirinya


Pola pikir dan pola tingkah dan harus dapat dipertanggungjawabkan
orang selalu berkembang
berhadapan dengan
Disiplinary power adalah normalisasi kelakuan yang didisain dengan
kenyataan yang sama yang memanfaatkan kemampuan produktif dan reproduktif tubuh.
juga berkembang dalam
sejarah dan kebudayaan
berpikir Disciplinary Power ini dapat dilihat pada masa pandemi Covid-19, masyarakat
Indonesia memiliki pengetahuan bahwa virus corona dapat menular melalui
droplets. → Pengetahuan tersebut diinternalisasi dalam tubuh mereka,
sehingga mereka mengerti cara untuk berpikir dan bertindak → melalui proses
tersebut, mereka memiliki kekuasaan atas tubuh mereka dengan berdasarkan
pengetahuan yang mereka miliki untuk berpikir dan bertindak → maka dari itu,
mereka menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak untuk
melindungi diri mereka dari virus corona.
Thank’s for Nice attention

Anda mungkin juga menyukai