TRANSCULTURAL NURSING
KELOMPOK 1 :
TAHUN 2021
i
Daftar Isi
Daftar Isi...................................................................................................................i
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
1. Latar Belakang..............................................................................................2
2. Tujuan...........................................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI.................................................................................................4
BAB III....................................................................................................................9
PEMBAHASAN......................................................................................................9
BAB IV..................................................................................................................12
PENUTUP..............................................................................................................12
Daftar Pustaka......................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2
2. Tujuan
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
diri sendiri. Sebagai contoh adalah persepsi terhadap jenis
kelamin.
2. Tahap Perkembangan Konsep Diri
a. Usia 0 – 1,5 tahun, terjadi konflik kepercayaan dan
ketidakpercyaan, individu akan bergantung pada individu
lain dalam memenuhi kebutuhannya. Bila dapat memenuhi
kebutuhannya maka dapat membentuk kepercayaan, bila
tidak dapat memenuhi kebutuhannya maka menimbulkan
ketidakpercayaaan pada lingkungan.
b. Usia 1,5 – 3 tahun, terjadi konflik otonomi, malu, dan ragu.
Pada usia ini mulai menyadari sebagai individu yang
terpisah dengan orang lain dan mampu mengendalikan
organ-organ tubuhnya.
c. Usia 3 – 6 tahun, terjadi konflik antara inisiatif dan rasa
bersalah. Pada usia ini akan selalu bertanya, meniru
aktifitas orang lain, dan mencoba melakukan aktifitas
sendiri.
d. Usia 6 – 12 tahun, terjadi konflik industri dan inferiority.
Anak terdorong untuk mrnyelesaikan tugas yang
dihadapinya, mulai sekolah sehingga menyesuaikan dengan
teman sebaya, guru, dan tidak lagi dominan peran orang
tua.
e. Usia 12 – 20 tahun, terjadi konflik antara identitas dan
kebingungan peran. Terjadi masa peralihan antara anak-
anak ke dewasa (pubertas) dengan mulai menunjukkan
identitas dirinya dalam kelompok sebaya.
f. Usia 20 – 40 tahun, terjadi konflik antara intimasi dan
isolasi. Tahap ini merupakan tahap dewasa awal dimana
sudah membentuk hubungan dengan lawan jenis. Pada
masa ini merupakan masa berkarir dan berumah tangga,
apabila terjadi kegagalan maka merasa terisolasi.
5
g. Usia 40 – 60 tahun, terjadi koflik antara generatifity dan
stagnasi. Merupakan masa puncak karir yang dapat
menghasilkan karya yang dapat diwariskan anak cucu.
h. Usia di atas 60 tahun, terjadi konflik integritas dan putus
asa. Jika sebelumnya mengalami kepuasan maka akan
tercapai integritas dirinya, akan tetapi bila mengalami
ketidakpuasan maka akan mengalami keputusasaan dalam
hidupnya.
3. Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri
a. Lingkungan, baik fisik maupun psikologis
b. Pengalaman masa lalu
c. Pertumbuhan dan perkembangan
6
a. Dipelajari sejak lahir melalui bahasa dan sosialisasi
b. Dimiliki bersama oleh semua anggota dalam kelompok dan
kultur yang sama
c. Dipengaruhi kondisi tertentu yang berhubungan dengan faktor
lingkungan dan teknis serta ketersediaan sumber-sumber
d. Bersifat dinamis dan selalu berubah.
Menurut Andrew & Boyle, 2012 ada delapan standar dalam
transkultural nursing, yaitu :
1. Theoretical foundations of transcultural nursing
2. Cultural information gathering
3. Caring and healing systems
4. Cultural health patterns and caring practice
5. Health care practice
6. Health care planning
7. Evaluation
8. Research
9. Professional development
7
Asuhan keperawatan yang kongruen secara kultural
mengacu pada tindakan dan keputusan kognitif yang diatur
agar sesuai dengan gaya hidup, kepercayaan dan nilai
kultural seseorang, kelompok, atau institusi untuk
memperoleh asuhan kesehatan yang berarti,
menguntungkan dan memuaskan. (Smeltzer, 2001).
8
BAB III
PEMBAHASAN
Contoh Kasus dan Pembahasan untuk memahami hubungan konsep diri dan
konsep transkultural nursing
Karena tidak ada cidera kepala sesaat setelah dipindah bangsal rawat inap
Nn. S mulai sadar dari pingsannya. Mengetahui hal tersebut perawat yang jaga
segera mendekatinya dan mengajak berkomunikasi. Komunikasi berlangsung
dengan baik karena baik Nn. S dan perawat menguasai bahasa Inngris. Perawat
memberi tahu kondisi pasien dan mengatakan juga kalau ayah Nn. S akan segera
datang kurang lebih 8 jam lagi. Nn. S tampak tenang walaupun merasakan nyeri
9
pada kedua kakinya tapi intensitasnya tidak terlalu hebat. Perawat kemudian
kembali ke nurse station.
Ditinjau dari konsep diri maka Nn. S mengalami gangguan konsep diri :
body image berhubungan dengan disintegritas jaringan kulit pada kedua kaki. Dia
menggambarkan dirinya tidak akan berpenampilan cantik lagi dan ini akan
membuatnya terisolasi dari teman-temannnya.
Ditinjau dari konsep transkultural nursing, maka bekas luka yang akan
dialami Nn. S kalau dalam budaya Indonesia bukanlah sesuatu yang harus
dicemaskan. Dalam masyarakat Indonesia terutama yang muslim bekas luka di
kaki tidak begitu mengganggu penampilan karena biasanya akan tertutup oleh
busana. Sebaliknya dalam budaya Jepang dengan cara berpakaian wanitanya yang
menggunakan rok pendek, maka bekas luka di kaki akan sangat mengganggu
penampilan. Apalagi usia Nn. S yang masih remaja maka akan menimbulkan rasa
tidak percaya diri untuk bergaul dengan teman-temannya.
10
4. Memberi tahu bahwa sekarang banyak teknologi dan obat yang bisa
digunakan untuk menyamarkan bekas luka
5. Meminta klien untuk memfokuskan pada penyembuhan luka dan
terhidar dari infeksi terlebih dahulu
6. Konsultasi atau kolaborasi dengan dokter kulit untuk memberikan
penjelasan yang lebih detail
7. Memonitor perasaan klien setiap kesempatan, memberikan reward bila
koping positif dan memberikan dukungan bila koping negatif.
11
BAB IV
PENUTUP
12
Daftar Pustaka
13