0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
8 tayangan22 halaman
Hipersensitivitas dan autoimunitas merupakan respons imun yang berlebihan terhadap antigen, baik antigen asing maupun antigen jaringan sendiri. Hipersensitivitas dibagi menjadi 4 tipe berdasarkan mekanisme dan waktu timbulnya, sedangkan autoimunitas disebabkan kegagalan mekanisme self tolerance. Beberapa penyakit yang ditimbulkan antara lain alergi, reaksi transfusi darah, lupus eritematosus sistemik, artritis reumatoid, dan
Hipersensitivitas dan autoimunitas merupakan respons imun yang berlebihan terhadap antigen, baik antigen asing maupun antigen jaringan sendiri. Hipersensitivitas dibagi menjadi 4 tipe berdasarkan mekanisme dan waktu timbulnya, sedangkan autoimunitas disebabkan kegagalan mekanisme self tolerance. Beberapa penyakit yang ditimbulkan antara lain alergi, reaksi transfusi darah, lupus eritematosus sistemik, artritis reumatoid, dan
Hipersensitivitas dan autoimunitas merupakan respons imun yang berlebihan terhadap antigen, baik antigen asing maupun antigen jaringan sendiri. Hipersensitivitas dibagi menjadi 4 tipe berdasarkan mekanisme dan waktu timbulnya, sedangkan autoimunitas disebabkan kegagalan mekanisme self tolerance. Beberapa penyakit yang ditimbulkan antara lain alergi, reaksi transfusi darah, lupus eritematosus sistemik, artritis reumatoid, dan
Pendahuluan • Hipersensitivitas : Peningkatan reaktivitas atau sensitivitas terhadap antigen yang telah dikenal sebelumnya Pembagian Reaksi Hipersensitivitas Menurut Waktu Timbulnya Reaksi Reaksi cepat • Reaksi yang terjadi dalam hitungan detik dan menghilang dalam 2 jam. Terjadi ikatan antara alergen dan IgE pada permukaan sel mast yang melepaskan mediator vasoaktif. • Manifestasi berupa anafilaksis sistemik atau lokak Reaksi intermediet • Reaksi yang terjadi beberapa jam dan menghilang 24 jam. Reaksi ini terjadi pembentukan IgG dan kerusakan jaringan melalui aktivasi komplemen dan sel NK. • Manifestasi berupa reaksi transfusi darah, artritis reumatoid,dll Reaksi lambat • Reaksi lambat terlihat sampai 48 jam dari kontak dengan antigen yang terjadi oleh aktivasi sel Th. Cth : dermatitis dan reaksi M. tubercolosis Pembagian Reaksi Hipersensitivitas Menurut Gell dan Coombs Hipersensitivitas tipe 1 atau Reaksi Alergi • Disebut juga reaksi cepat yang timbul setelah tubuh terpajan dengan alergen. Alergen yang masuk akan menimbulkan respon imun produksi IgE, yang menimbulkan penyakit alergi seperti rinitis alergi, asma dan dermatitis atopi • Hipersensitivitas tipe 1 dimulai sebagai berikut yaitu fase sensitasi, fase aktivasi dan fase efektor Fase Sensitasi : waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai diikat reseptor spesifik (fcε-R) pada permukaan sel mast/basofil Fase aktivasi : waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan antigen yang spesifik dan sel mast/basofil melepaskan granul yang menimbulkan reaksi Fase efektor : waktu terjadinya respon yang kompleks sebagai efek mediator-mediator yang yang dilepaskan sel mast/basofil Hipersensitivitas tipe II/sitotoksit/sitolitik • Terjadi karena terbentuknya IgG atau IgM terhadap antigen pejamu. • Antibodi mengaktifkan sel yang memiliki reseptor Fcy- R dan juga sel NK yang berperan sebagai sel efektor • Manifestasi klinis : Reaksi transfusi dan penyakit hemolitik bayi Reaksi transfusi : Bila seseorang dengan golongan darah A mendapat donor transfusi golongan darah B maka menimbulkan reaksi transfusi berupa hemolisis intravaskuler Penyakit hemolitik bayi : Penyakit ini akibat inkompatibiltas rhesus dalam kehamilan Hipersenstivitas III/ Kompleks Imun • Reaksi hipersensitivitas tipe III muncul ketika terdapat antibodi dalam jumlah kecil dan antigen dalam jumlah besar, yang membentuk kompleks imun yang kecil dan sulit diekskresikan dari sistem sirkulasi • Kompleks imun berukuran kecil lebih bersifat patogen • Mekanismenya : Kompleks imun mengendap di dinding pembuluh darah Kompleks imun mengendap di jaringan Hipersensitivitas tipe IV/ Reaksi Seluler • CD4 dan CD8 berperan dalam reaksi hipersensitvitas tipe IV • Sel T melepaskan sitokin dan memperoduksi mediator sitotoksik yang menimbulkan inflmasi • Reaksi Hipersensitivitas Tipe IV dibagi dalam DTH (Delay Type Hipersensitivity) melalui CD4 dan T Cell Mediates Cytolisis melalui CD8 • Manifestasi klinik : dermatitis kontak, lesi tuberkulosis, dll. Kesimpulan Penyakit Hipersensitivitas Hipersensitivitas tipe I/alergi • Reaksi yang timbul Urtikaria/biduran, Rhinitis, Asma, Anafilaksis Hipersensitivitas tipe II/Sitotoksis • Reaksinya terdapat pada transfusi darah, penyakit hemolitik bayi baru lahir, anemia hemolitik, penolakan transplantasi organ Hipersensitivitas III/ Kompleks Imun • Reaksi arthus, serum sicknes, LES, AR dan pneumonitis Hipersensitivitas tipe IV • Dermatitis kontak (kontak dengan bahan formaldehid, nikel, bahan aktif dalam cat rambut), Hipersensitivitas tuberkulin PENDAHULUAN • Autoimunitas : Respon imun terhadap antigen jaringan sendiri yang disebabkan oleh kegagalan mekanisme self tolerance sel B, sel T atau keduanya Beberapa Hal Mengenai Autoimun Peran genetik • Alel gen MHC • Gen non MHC Faktor imun • Sequered antigen (antigen yang karena letak anatominya, pd keadaan normal tdk terpajan dgn sel B atau sel T) • Gangguan presentasi (terjadi gangguan presentasi antigen) • Sitokin (Ekspresi sitokin yang berlebihan dapat berdampak terhadap autoimunitas) Faktor lingkungan • Virus (virus adeno dan koksaki berhubungan dengan pleuritis, poliartritis,dll) • Bakteri (antigen patogen memiliki kemiripan dengan antigen self) •Obat (Beberapa obat menginduksi produksi ANA dan anti-DNA) • Sinar ultraviolet ( memicu inflmasi kulit,dll) • Logam (Beberapa logam menimbulkan autoimunitas) • Rokok (memacu produksi antibodi yang mengenal CCP pada rheumatoid artritis) Faktor lain • Stres (Hormon yang dipacu faktor psikoneuroendokrin diduga menimbulkan disregulasi imun yang menimbulkan penyakit autoimun melalui perubahan dan peningkatan produksi sitokin) Jenis-jenis penyakit autoimun • Artritis reumatoid • LES (Lupus Eritematosus Sistemik) • Sindrom sjorgen (2 gejala yaitu mata dan mulut kering yang menurunkan produksi air mata dan saliva ) • Skelorosis sistemik (peningkatan aktifitas fibroblas akan menimbulkan pertumbuhan abnormal jaringan ikat) • Dermatomiotosis • Poliomiositis (penyakit inflmasi otot persisten yang menimbulkan kelemahan otot rangka) • Vaskulitis • Fenomena raynaud (penyakit pembuluh darah kecil) • Gastritis autoimun (autoimun yang menyerang sel lapisan mukosa lambung) • Inflamatory bowel disease (iflmasi kronis pd saluran cerna) • Penyakit celiac( Autoimun yang menyerang usus halus kronis) • Penyakit kulit autoimun • Penyakit tiroid autoimun (penyakit graves,tiroid Hashimoto) • Penyakit ginjal autoimun • Penyakit darah (anemia hemolitik autoimun, Idioapthic thrombocytopenia) • Hepatitis autoimun • Penyakit saraf autoimun