Anda di halaman 1dari 20

Teknik menulis skenario

Sidik An NAja
Skenario dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah rencana lakon
sandiwara atau film berupa adegan demi adegan yang tertulis secara terperinci
Cerita : kisah, dongeng, sebuah tutur yang melukiskan suatu proses terjadinya
peristiwa secara panjang lebar
Skenario: desain penyampaian cerita atau gagasan dengan media film ( H. Misbach )

Skenario didalam pembuatan film disebut juga blue print atau kerangka kerja
terperinci maka semua kreator yang mengerjakan film harus mengacu pada
skenario,namun kenyataan banyak dijumpai dalam pembuatan film bahwa skenario
hanyalah sebagai konsep dasar saja, sutradara akan menambah dan mengurangi
saat berada di lapangan.
Namun yang pelu dicatat adalah kalau film diibaratkan sebuah rumah dan saat
dimembangunnya antara orang biasa dengan arsitek akan tanpak perbedaan, begitu
pula dengan film yang sederhana kalau digarap dengan skenario yang bagus akan
menjadi indah.;
5 Langkah Menulis Skenario Film
untuk Film Maker Pemula

1. Menentukan tema film


Tema adalah unsur yang penting dalam suatu cerita, baik dalam bentuk film, novel, cerpen maupun
manga. Salah satu fungsi tema adalah sebagai sebuah masukan untuk menentukan ide terhadap
unsur-unsur lain dalam cerita seperti plot, tokoh dan latar. Dalam menentukan tema film, seorang
penulis buku,novel dan cerpen dapat menentukan tema melalui inti pembahasan dalam tulisannya.
Contoh : Raditya Dika, yang sering kali membuat film berdasarkan kisah-kisah utama yang
diadaptasi dari novelnya seperti Kambing Jantan,C inta Brontosaurus, dan Manusia Setengah
Salmon.
Seseorang yang suka menulis novel dan cerpen memang lebih mudah untuk merumuskan tema yang
akan dia angkat menjadi film, karena sebelumnya sudah memiliki sumber cerita sendiri. Namun
untuk yang tidak suka menulis, bukan berarti kalian tidak bisa jadi penulis skenario, karena
membangun sebuah cerita tidak hanya menggunakan diksi semata tetapi juga imajinasi yang kuat.
2. Membuat premis dan logline sebagai intisari
cerita melalui kata-kata singkat
Premis dan logline dapat dikatakan sebagai intisari cerita yang
menggambarkan keseluruhan cerita secara singkat. Dalam menentukan premis
dan logline biasanya dirumuskan dengan (Karakter + punya tujuan + memiliki
halangan). Dalam penulisan premis, keseluruhan cerita digambarkan dalam
satu kalimat saja. Namun dalam logline ulasan cerita berisi lebih panjang dan
dapat mencapai satu paragraf. Premis dan logline juga dapat berfungsi
sebagai acuan cerita, yang dapat membatasi penulis agar pada saat memasuki
tahap penyusunan plot, agar tidak keluar dari fokus cerita.
3. Menyusun alur cerita/plot yang disesuaikan dengan
durasi film
Tahap ini adalah salah satu tahap yang sulit dalam fase Pra produksi dan dapat
memakan waktu sangat lama. Pada proses ini, penyusunan plot dilakukan dengan cara
penyesuaian terhadap jenis film yang akan dibuat. Dalam produksi film panjang
maupun film pendek, biasanya alur cerita akan dibuat berdasarkan tiga babak cerita
yang terdiri dari perkenalan karakter, petualangan karakter dan kesimpulan.
Dalam satu susunan plot, cerita akan dibagi menjadi beberapa sequence. Dimana
pada babak petualangan memiliki sequence yang lebih panjang dari babak lainnya,
lalu pada babak perkenalan dan babak kesimpulan biasanya memiliki panjang waktu
yang sama. Jadi jika ada delapan sequence dalam satu alur cerita, babak perkenalan
karakter dan kesimpulan memiliki dua sequence, dan babak petualangan empat
sequence. Tahap selanjutnya dilanjutkan dengan memberikan beat atau isi cerita
yang berisi mengenai kegiatan karakter yang nantinya akan tergambar menjadi
sebuah cerita yang mengisi setiap sequence dalam alur cerita.
4. Membuat list adegan sebagai isi cerita dari
sequence pada alur yang telah disusun
Langkah keempat ini sebenarnya masih menjadi salah satu bagian dalam
penyusunan plot cerita. Detak cerita (beat) yang akan mengisi sequence dari
alur yang telah disusun, lebih baik dicatat pada notes kertas atau digital, agar
dapat memudahkan penulisan penyusunan plot dan tidak hilang, serta bisa
menjadi rujukan kembali untuk mengisi cerita pada naskah
5. Menulis script yang berisi keseluruhan cerita film
sampai menjadi final draft
Dalam pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah, biasanya naskah dialog hanya di tulis
dengan format nama dan ucapan karakter saja. Namun dalam naskah film panjang
maupun pendek format penulisan naskah akan menjadi lebih kompleks. Naskah
akan terdiri dari keterangan waktu, tempat secara rinci, kondisi karakter, bahkan
jenis shoot yang akan dilakukan saat proses produksi. Jadi seorang script
writer yang handal tidak cukup hanya memiliki kemampuan menulis yang baik.
Imajinasi, pemahaman teknik pengambilan gambar, dan kondisi lapangan juga
sangat penting dimiliki seorang penulis naskah yang baik.
Oleh karena itu ,tahap akhir dalam fase penulisan skenario ini juga bukan perkara
mudah untuk diselesaikan, karena naskah harus sesuai dengan apa yang diinginkan
oleh produser. Penulis naskah juga harus memiliki kesabaran dan keteguhan hati
yang kuat, karena revisi draft-perdraft naskah sudah pasti menjadi sebuah hal yang
akan dirasakan pahitnya dalam pekerjaan, demi meraih manisnya final draft yang
menandakan sudah diperbolehkanya naskah untuk di produksi menjadi sebuah film.
1. DRAMATURGI
Adalah teori yang mempelajari seluk beluk cerita atau naskah skenario, yang
didalamnya terdapat studi struktur dramatik, plot atau alur cerita, tema,
penokohan dan setting peristiwa.

a. DRAMATIK: peristiwa yang menggetarkan

Dramatisasi : rekayasa agar sesuatu itu merasa lebih susah. Contoh,


masyarakat menilai penyakit Mak Ijah terlalu di dramatisasi. Artinya cerita
itu terlalu dilebih-lebihkan agar orang menilai penyakit Mak Ijah gawat dan
menyedihkan.

Didalam dramaturgi kata drama dipahami bukan hanya sebatas cerita duka,
namun cerita yang bersifat menggugah emosi (luapan perasaan)
B. STRUKTUR DRAMATIK

Adalah suatu kesatuan peristiwa yang terdiri dari bagian-bagian yang memuat
unsur-unsur plot.

Contoh : * drama 3 babak * drama 5 babak

• EXSPOSITION • EKSPOSITION
1 1

• CRISIS
• CLIMAX 2
2
• CLIMAX
3
• CONCLUSION
3
• RESOlUTION
4

• CONCLUSION
5
Ket :
Eksposisi : bagian awal atau pembuka dari sebuah cerita yang memberi
penjelasan dan keteangan mengenai tokoh-tokoh cerita, tempat waktu dll.
Inciting action : sebuah peristiwa/tindakan seorang tokoh yang membangun
penanjakan aksi menuju konflik.
Crisis : berkembangnya suatu tindakan menuju klimaks. Artinya benih-benih
kegentingan konflik antar tokoh mengemuka menjelang klimaks.
Climax:tahapan peristiwa dramatik yang telah dibangun oleh konflikasi.
Tahapan ini melibatkan pihak-pihak yang berlawanan untuk saling
berhadapan dalam situasi puncak pertentangan.
Resolution : bagian struktur dramatik yang mempertemukan masalah-
masalah yang diusung oleh para tokoh dengan tujuan untuk mendapatkan
solusi atau pemecahan
Conclusion : tahapan akhir dari jalinan struktur dramatik, diman para nasib
tokon mendapat kepastian. Bisa berupa pesan moral dari peristiwa-peristiwa
yang terjadi.
UNSUR DRAMATIK
1. Suspence : tegang - pertandingan bulu tangkis – seorang wanita hendak tidur ada bayangan yang
mengintai – melintas papan ( nilai suspen = memperbesar/kecil resiko)
2. Takut : melihat sesuatu yang membahayakan – protagonis terikat di rel/ menyelamatkan diri
memanjat gedung gagal bepijak (besarnya bahaya)
3. Ngeri : sifat yang lebih khusus – melihat ditembak /dipancung – matanya di cukil/kulitnya di silet
4. Seram : sama seperti takut namun lebih pada hal gaib dan lebih bersifat psikis – suasana tertentu
yang khas, - gedung tua kosong, suara lolongan anjing – wanita tertawa cekikikan (teragantung
pada budaya etnik)
5. Surprise : sesuatu diluar dugaan – suarawanita mengetuk pintu yang muncul keledai – pembunuhan
menuduh si A ternyata si B – menolong seorang tua ternyata ayahnya yang sekian lama hilang
6. Senang, susah, sedih : timbul perasaan dari efek kejadian
PENUNJANG DRAMATIK
Sound effek : suara yang keluar dari benda. Misalnya jarum jam, peluit, mesin, kereta dll.

Ilustrasi musik : kadang disebut dengan “background musik” iringan musik, latar musik
Struktur bertutur Dramatik
untuk menuturkan cerita dramatik, sampai sekarang tak ada yang bisa lepas dari penggunaan resep
kuno yang mengharuskan penyampaiannya dalam tiga babak

I I I II I III I
pembukaan/persiapan pengembangan penyelesaian

Babak I : penyiapan kondisi penonton ( opening/ membuat penonton memfokuskan pada film,
mengenalkan tokoh, membuat penonton mengetahui problema pada cerita)

Babak II : berlangsungnya cerita yang sebetulnya (point of attack/tokoh mengambil keputusan untuk
“menangani problem”, jalan cerita/kisah, klimak/titik puncak )

Babak III : penonton memantapkan pemahaman final dan menarik kesimpulan (kepastian berakhirnya
cerita, happy end atau unhappy and)
c. PLOT/ALUR CERITA
adalah rangkaian peristiwa dari awal sampai akhir cerita yang dihubungkan
dengan sebab akibat. Dengan demikian plot memiliki anatomi, yakni :
1. Gimmick : untuk menimbulkan ketertarikan penonton pada awal film.
Biasanya adegan ini merupakan benang merah cerita yang mengandung
teka-teki dan ditampilkan semenarik mungkin.
2. Flasback : kilas balik peristiwa lampau yang dikisahkan kembali saat ini.
3. fore-shadowing : bayang-bayang yang mendahului sebuah peristiwa yang
sesungguhnya bisa terjadi. Bisa berupa ucapan atau ramalan seorang tokoh
tentang nasib yang akan dideritanya.
4. Gestus : aksi atau ucapan tokoh utama yang beriktikad tentang suatu
persoalan yang menimbulkan pertentangan atau konflik antar tokoh
Jenis plot :
a. Simple plot/single plot : memiliki satu alur cerita dan satu konflik yang
bergerak dari awal sampai akhir.
- Tipe linear (mengalir secara garis lurus dari awal sampai akhir).
- Tipe linear-circular (alur bergerak dari awal sampai akhir sehingga
kembali lagi ke awal).
b. Multiplot : memiliki satu alur cerita utama dengan beberapa sub plot yang
saling bersambungan.
- Tipe Episodic : plot yang berdiri secara perbagian secara mandiri,
dimana episode memiliki alur cerita sendiri. Setiap episode tidak ada
hubungan sebab akibatdalam rangkaian cerita, tema, bisa berupa tokoh
yang sama nanum berbeda cerita dan tema.
- Tema Concentric : berdiri dari beberapa plot yang berdiri sendiri,
dimana pada akhir cerita semua tokoh akan terlibat dalam cerita terpisah
tadi dan akhirnya menyatu.
A B

PLOT utama

C D
A, B, C, D = Sub
plot

Fungsi sub PLOT bukan hanya sekedar meramaikan PLOT utama, melainkan harus bertugas menunjang
PLOT utama
 POLA-POLA PLOT
1. Pola cinta : pemuda dapat gadis – pemuda kehilangan kekasih
2. Pola Sukses : perjuangan seseoang dalam pencapaian kesuksesan atau
kegagalan
3. Pola sinderrella : kisah klasik itik buruk berubah menjadi gadis cantik, bawang
merah bawah outih, lutung kasarung
4. Pola segitiga : hubungan cinta segitiga antara protagonis
5. Pola kembali : anak yang hilang – kembalinya ayah yang kabur – kembalinya
pejuang ke tanah halaman dll
6. Pola balas dendam : mistreri pembunuhan berakibat balas dendam
7. Pola konversi : kisag orang jahat yang berubah insaf
8. Pola pengorbanan : mngorbankan diri menolong ornag lain – tokoh yang
berwatak mulia
9. Pola keluarga : kisah berlangsung dalam satu kelompok – cerita dalm rumah
jompo – di kapal laut yang berlayar
Jenis plot :
a. Simple plot/single plot : memiliki satu alur cerita dan satu konflik yang bergerak dari
awal sampai akhir.
- Tipe linear (mengalir secara garis lurus dari awal sampai akhir).
- Tipe linear-circular (alur bergerak dari awal sampai akhir sehingga kembali lagi ke
awal).
b. Multiplot : memiliki satu alur cerita utama dengan beberapa sub plot yang saling
bersambungan.
- Tipe Episodic : plot yang berdiri secara perbagian secara mandiri, dimana episode
memiliki alur cerita sendiri. Setiap episode tidak ada hubungan sebab akibatdalam
rangkaian cerita, tema, bisa berupa tokoh yang sama nanum berbeda cerita dan tema.
- Tema Concentric : berdiri dari beberapa plot yang berdiri sendiri, dimana pada akhir
cerita semua tokoh akan terlibat dalam cerita terpisah tadi dan akhirnya menyatu.
e. PENOKOHAN
Tokoh yaitu seorang yang mengambil bagian peristiwa-peristiwa, baikitu
sebagian maupun secara keseluruhan cerita sebagaimana yang digambarkan
oleh plot.
Peran tokoh :
a. Protagonis : tokoh utama yang menggerakkan plot dari awal sampai
akhir dan meniliki iktikad, namun dihalangi oleh tokoh lain.
b. Antagonis : tokoh yang menghalangi keinginan dari tokoh protagonis.
c. Foil : tokoh lain yang berada di pihak protagonis.
d. Utility : tokoh pembantu/sebagai pelengkap untuk mendukung
rangkaian cerita dan kesinambungan dramatik.
Contoh skenario :

99. INT . KAMAR RINI – MALAM (scene heading)


RINI, ALYA, DESI (character)
(scene number)

Rini melamun sendirian diatas ranjang memandang jendela. Dari balik pintu,
Alya dan Desi muncul dan duduk disamping Rini. (direction)
ALYA (character)
Rin, kamu gak apa-apakan? ( dialog)
(Rini menoleh dan langsung memeluk Alya) (parenthetical)
DESI
Iya Rin, crita dong?
CUT TO (transition)
Ket :
- Scene number : nomor adegan yang memudahkan untuk merancang breakdown,
jadwal shoting, dan proses penyutradaraan.
- Scene heading : keterangan tempat dan waktu adegan.
- Direction : pengarahan adegan oleh penulis skenario yang berbentuk kata-kata
instruktif.
- Character : tokoh yang terlibat dari naskah skenario.
- Parenthetical : sisipan dibawah character yang menerangkan ekspresi atau aksi
khusus sebagai penekanan informasi dramatik untuk tokoh itu sendiri.
- Dialog : dialog tokoh.
- Transition : transisi atau perpindahan antar scene atau shot dalam proses editing

 Daftar Pustaka : Teknik menulis skenario H. Misbach Yusa

Anda mungkin juga menyukai