KELOMPOK 2
Anggota Kelompok 2
1. Nabilah Beryl Nathaniela (J310210085)
01
2. Ardina Dwi Puspita
(J310210087)
Realitas Sosio-Agama
Di Indonesia
1. Keberadaan Umat Islam
Menurut pandangan Ahmad Dahlan, Islam saat ini sebagai agama maupun
tradisi pemikiran mengalami kemacetan total, sehingga tidak mampu
membawa masyarakat yang dinamis, maju dan modern
Hal ini sangat berbanding terbalik ketika Islam berada di tangan Rasulullah
dan para Salafiyyun
Pemahaman dan ajaran agama islam saat ini banyak dipengaruhi oleh
ajaran-ajaran nenek moyang, sehingga muncullah praktik agama yang
bid’ah, khufarat dan takhayul
Realitas sosio-agama islam saat inilah yang memengaruhi latar belakang
terbentuknya muhamamdiyah oleh pemikiran KH Ahmad Dahlan
Sebelum kehadiran islam, penduduk Nusantara mempunyai tiga
kepercayaan yaitu, dinamisme (air, matahari, pohon) , animisme
(arwah nenek moyang) dan totemisme (Jelmaan arwah dalam bentuk
binatang)
Pengaruh agama Hindu dan Budhha terhadap masyarakat Indonesia
masih kental ketika muhammadiyah didirikan, namun perlahan islam
masuk ke Jawad an menggeser agama kepercayaan pra-islam tersebut
Para wait dalam mengislamkan jawa dengan dua pola : Penggunaan
simbol dan lambang-lambang.
Para wali melakukan pengislaman dengan corak islam kejawen :
pengamalan dengan cara melakukan sinkretasi antara islam tarekat
dan kepercayaan Hindu. Dengan istilah lain, islam kejawen hanya
mengaku islam tapi tidak melakukan ritual keagamaan dengan benar
sesuai kaidah Al Quran dan As Sunnah
Dalam bidang ibadah dan kepercayaan, muatannya menjadi khufarat
(kepercayaan mengikuti nenek moyang tanpa pedoman Al Quran dan
Sunnah) dan Bid’ah (kurangnya ilmu beragama namun ingin memperbanyak
ritual, sehingga ritual yang dilakukan tidak bersumber pada ajaran islam)
Contoh Khufarat : Penghormatan kuburan orang-orang yang dianggap suci,
meminta doa retu dan pertolongan ke ruh yang sudah meninggal adalah
bentuk sinkretisme dalam masyarakat jawa, Jimat
Contoh Bid’ah : Selamatan, peringatan kematian
Rifa’I menyimpulkan bahwa pengamalan islam yang dilakukan masyarakat
Jawa banyak yang menyimpang dari ajaran aqidah, akibatnya ajaran islam
tidak lagi murni dan tidak memberikan manfaat kepada pemeluknya
Hal ini mendorong KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah dengan
tujuan untuk membentuk masyarakat islam yang sebenar-benarnya
2. Keberadaan Umat Non Islam
Perkembangan kegiatan misi Kristen di Jawa merupakan faktor yang
menyebabkan lahirnya Muhammadiyah. Penetrasi Kristen ini berawal
ketika para penguasa Keraton Yogyakarta, atas desakan pemerintah
kolonial Belanda, menyetujui pencabutan larangan penginjilan terhadap
masyarakat Jawa. Sejak saat itu, wilayah jawa konsentrasi kebanyakan
kaum Muslim ini terbuka bagi kegiatan misionaris Kristen. Menyusul
perkembangannya sampai masa-masa awal "Polttik Etis" di tahun-tahun
pertama abad ke-20, sekolahsekolah misi Kristen mulai ikut serta dalam
program pendidikan pemerintah. Walaupun mayoritas masyarakat Jawa
bukanlah Muslim yang dari varian santri, toh mereka tetap merasa terkait
erat dengan Islam.
Sikap Belanda terhadap Islam di Indonesia bersifat ambigu,
Pemerintah kolonial Belanda menyatakan secara terbuka bahwa
"pemerintah Hindia Timur adalah representasi sebuah negara Kristen.
Ada tantangan dari misi Kristen yang sangat dirasakan oleh kaum
Muslim Indonesia, sebuah tantangan yang harus mereka hadapi dan
lawan dengan segala cara jika mereka ingin menjaga keutuhan agama
mereka. Kaum Muslim di Yogyakarta sangat merasakan gentingnya
situasi di atas dan terpanggil untuk mendirikan sebuah organisasi yang
akan membantu mengatasi situasi krisis tersebut. Berdirinya
Muhammadiyah adalah perkembangan logis untuk menghadapi kegiatan
misi Kristen yang diberi dukungan dan kekuatan luar biasa oleh para
penguasa kolonial Belanda.
C
REALITAS POLITIK
ISLAM HINDIA
BELANDA
Dalam tataran teoritis, politik Islam Hindia Belanda sebetulnya ingin
menerapkan kebijakan netralitas terhadap agama, tidak memihak kepada
agama tertentu dan tidak memandang agama tertentu pula sebagai sesuatu
yang berbahaya. Namun, dalam tataran realitas, netralitas yang didengungkan
itu hanya omong kosong. Kebijakan netralitas itu hanya strategi semata untuk
mengelabuhi umat Islam agar umat Islam bisa menerima kehadirannya sebagai
penjajah.
- Langkah pertama, Ahmad Dahlan menemui dan berdiskuai dengan Budihardjo dan R.
Dwijosewojo, guru Kweekschool di Guperment Jetis. Ini dilakukan setelah ia
mengadakan pertemuan dengan para santrinya, yang menyetujui berdirinya
persyarikatan dengan melibatkan juga sumber daya manusia dari kalangan
cendekiawan.
- Langkah kedua, Ahmad Dahlan mengadakan pertemuan dengan orang-orang dekat,
dan memikirkan bakal berdirinya organisasi tersebut.
- Langkah ketiga, Ahmad Dahlan dan keenam anggota baru Budi Utomo itu mengajukan
permohonan kepada Hoofdbestuur Budi Utomo supaya mengusulkan berdirinya
Muhammadiyah kepada pemerintah Hindia-Belanda. Pada 18 November 1912 bertepatan
dengan tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah permohonan dikabulkan
- Langkah keempat, Ahmad Dahlan mengadakan rapat pengurus pertama kali guna
mempersiapkan proklamasi berdirinya Muhammadiyah. Dalam rapat ini, diputuskan bahwa
proklamasi berdirinya Muhammadiyah bersifat terbuka untuk masyarakat umum
2. Rumusan kedua :
c. Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran agama
islam di hindia belanda
d. Memajukan dan menggembirakan hidup sepanjang kemauan
agama islam kepada sekutu-sekutunya.
3. Rumusan ketiga (1942-1945):
"Sesuai dengan kepercayaan untuk mendirikan kemakmuran bersama
seluruh Asia Timur Raya di bawah pimpinan Dai Nippon, dan memang
diperintahkan oleh Tuhan Allah maka perkumpulan ini :
1. Hendak menyiarkan agama Islam, serta melatihkan hidup yang
selaras dengan tuntunannya,
2. Hendak melakukan pekerjaan kebaikan umum,
3. Hendak memajukan pengetahuan dan kepandaian serta budi pekerti
yang baik kepada anggota-anggotanya.
4. Rumusan keempat (1950):
Menegakkan dan menjunjzing tinggi agama islam sehingga dapat
mewujzi-dkan masyarakat islam yang sebenar-benamya.
5. Rumusan kelima (1959):
Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam terwujudnya
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya
6. Rumusan keenam (1085):
Menegakkan dan menjunjung tinggi agama, Islam sehi'ngga tenvzijzid
masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah SWT.
7. Rumusan ketujuh (2000):
Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga
terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
SEKIAN
TERIMA
KASIH