0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
5 tayangan24 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan paham keagamaan Islam Ahlus Sunnah wal Jamaah (ASWAJA) di Nusantara sejak abad ke-8 hingga abad ke-20 Masehi, dan bagaimana organisasi Nahdlatul Ulama dibentuk untuk mempertahankan paham ASWAJA di tengah tantangan dari ajaran Islam Kontra-Tradisi.
Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan paham keagamaan Islam Ahlus Sunnah wal Jamaah (ASWAJA) di Nusantara sejak abad ke-8 hingga abad ke-20 Masehi, dan bagaimana organisasi Nahdlatul Ulama dibentuk untuk mempertahankan paham ASWAJA di tengah tantangan dari ajaran Islam Kontra-Tradisi.
Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan paham keagamaan Islam Ahlus Sunnah wal Jamaah (ASWAJA) di Nusantara sejak abad ke-8 hingga abad ke-20 Masehi, dan bagaimana organisasi Nahdlatul Ulama dibentuk untuk mempertahankan paham ASWAJA di tengah tantangan dari ajaran Islam Kontra-Tradisi.
النّــهْــضِيّة TAHUN 800-1200 MASEHI PERIODE KEMUNCULAN ISLAM DI NUSANTARA
TAHUN 1200-1400 MASEHI
PERIODE PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA
TAHUN 1400-1900 MASEHI
PERIODE PEMATANGAN ISLAM DI NUSANTARA MENGAPA DAN BAGAIMANA ISLAM BERKEMBANG DAN DAPAT MENGAKAR DI MASYARAKAT NUSANTARA? ISLAM berkembang secara gradual dan mengakar di bumi NUSANTARA melalui beberapa jalan, di antaranya :
1. PEREKONOMIAN (Perdagangan, Pertanian
dsb) 2. SENI & BUDAYA (Wayang, Gamelan dsb) 3. PERKAWINAN 4. POLITIK & PEMERINTAHAN SENI & TRADISI ATAU BUDAYA - Seni , Tradisi atau Budaya memiliki peran besar dalam proses Islamisasi NUSANTARA. - Hal ini dikarenakan Islam yang masuk di NUSANTARA tidak mengusik tradisi-tradisi yang telah ada pada masyarakatnya. - Lebih dari itu, Islam yang masuk di NUSANTARA justru melindungi dan melanggengkan tradisi-tradisi tersebut dengan hanya merubah konten-kontennya –tanpa merubah bentuk (memodifikasi TRADISI). -Selain memodifikasi, Islam ini juga melahirkan TRADISI- TRADISI baru yang ternyata juga efektif dalam meng- Islamkan masyarakat. TRADISI-TRADISI itu misalnya : TRADISI LAMA yang di-MODIFIKASI (tinjauan Islam Jawa) : 1. Ngapati (Ngupati), yaitu upacara selamatan dan doa pada saat janin berusia 120 hari (4 bulan) 2. Mitoni atau Tingkepan, yaitu upacara selamatan doa ketika janin berusia sekitar 7 bulan, agar bayi lahir dengan selamat dan menjadi anak yang saleh. 3. Sedekah Bumi atau Sedekah Laut, yaitu upacara selamatan dan doa yang ditujukan kepada Penguasa Bumi atau Penguasa Laut. 4. Dan lain sebagainya.
TRADISI BARU yang di-CIPTAKAN :
5. TAHLILAN-YASINAN, Mendoakan atau berkirim doa kepada mayit atau orang yang telah meninggal 6. Mengantar jenazah dengan doa 7. RUWAHAN, berdoa dengan tujuan pendekatan kepada Tuhan dan mensucikan diri jelang bulang Ramadhan 8. Dan lain sebagainya. - Dari sinilah ISLAM KITA disebut sebagai ISLAM TRADISIONALIS, yang maknanya “ISLAM yang bercirikan dan bersahabat dengan TRADISI-TRADISI lokal kemasyarakatan”. - ISLAM TRADISIONAL bukanlah ISLAM KAMPUNGAN (dalam arti Islam yang hanya bisa hidup di pedesaan) sebagaimana yang selama ini disalahpahami.
- Harus diingat, organisasi NU dibahas, direncanakan, dan
dideklarasikan di SURABAYA, Kota Industri kedua di Indonesia. NU tidak didirikan di perkampungan kumuh. Dari berbagai keterangan ini, PAHAM KEISLAMAN APAKAH YANG BERKEMBANG DI NUSANTARA itu? Paham ke-Islaman yang berkembang di Indonesia sebagaimana yang diterangkan tadi adalah paham Ahlus- Sunnah wal Jama’ah atau ASWAJA. Secara Harfiyah Ahlus-Sunnah wal Jama’ah berasal dari tiga kata : 1. Ahlu ; yang berarti “keluarga, golongan atau pengikut” 2. As-Sunnah ; yang berarti “segala sesuatu yang diajarkan dan diamalkan oleh Rasulullah Saw”. 3. Jama’ah ; yang berarti “para shahabat”, atau “apa yang disepakati oleh para shahabat pada masa Khulafaur- Rosidin (era 4 sahabat)”. Jadi, Ahlus-Sunnah wal Jama’ah ialah : “Golongan yang mengikuti ajaran Islam seperti yang diajarkan dan diamalkan Rosulullah dan para sahabatnya”. Faham ini dipelopori oleh Imam al- Asy’ary dan Imam al-Maturidi. MASALAH Setelah berproses di bumi NUSANTARA selama lebih kurang 10 Abad (1000 tahun), ISLAM TRADISIONALIS yang telah kokoh di bumi NUSANTARA mulai menghadapi kendala. ► Kendala bermula dari peristiwa politik yang terjadi di Arab Saudi, yaitu berkuasanya pemerintahan (negara modern baru) yang beraliran Islam Wahabi. Setelah berkuasa, mereka menyebarkan ajarannya ke berbagai penjuru dunia. ► Pada 1800-an, agen-agen Wahabi atau orang-orang Melayu yang telah “dirasuki” paham Wahabi, mulai menyebarkan paham “Kontra-Tradisi” dengan konsep membasmi TBC : Tahayyul, Bid’ah & Churofat. - PROGRAM BESAR orang-orang WAHABI ini adalah PEMURNIAN AGAMA ISLAM. - Mereka menolak segala TRADISI lokal “yang diagamakan”—menurut bahasa mereka. - Mereka menganggap, “Yang terjadi bukanlah ISLAMISASI INDONESIA , melainkan INDONESIANISASI ISLAM”. - INDONESIANISASI ISLAM berarti mengajarkan perubahan-perubahan dalam struktur agama Islam, dan itu—bagi mereka—adalah BID’AH nan SESAT, dan darahnya dipersamakan dengan MUSYRIK. → Awal 1900-an, orang-orang “Kontra- Tradisi” mengkonsolidasikan dan mengorganisasikan diri dalam sebuah rumah bernama Muhammadiyah.
→ Tujuan utama organisasi ini tidak
lain adalah “Pemurnian Agama Islam” atau membebaskan agama dari segala kulturasi. → Tahun 1926 NU berdiri, salah satu tujuannya, adalah untuk “mempertahankan paham ASWAJA yang selama ini telah diterima dan berkembang baik di masyarakat Indonesia”—selain tujuan kebangsaan yaitu “konsolidasi untuk mengusir penjajah dari bumi Indonesia”. → Dalam perkembangannya, Muhammadiyah belakangan sedikit bisa menerima “tradisi” sebagai salah satu media dakwah— setidaknya mereka tidak menuduhnya sebagai “musyrik”. → Akan tetapi, saat Muhammadiyah mengalami pergeseran, muncul organisasi-organisasi baru yang memiliki kecenderungan Anti-Tradisi atau Kontra-Tradisi, seperti PKS, HTI, MTA dsb. → Kelompok-kelompok baru ini—yakni kelompok Anti-Tradisi atau Kontra-Tradisi—secara terbuka menantang debat publik melalui penyebaran berbagai buku
→ Lalu, bagaimana sikap NU dan Ansor ??!!
= REINTERPRETASI FAHAM ASWAJA-NU = PRINSIP-PRINSIP ASWAJA-NU Pertama, prinsip tawassuth, yaitu jalan tengah, tidak ekstrem kanan atau kiri. Kedua, prinsip tawâzun, yakni menjaga keseimbangan dan keselarasan, sehingga terpelihara secara seimbang antara kepentingan dunia dan akherat, kepentingan pribadi dan masyarakat, dan kepentingan masa kini dan masa datang. Ketiga, prinsip tasâmuh, yaitu bersikap toleran terhadap perbedaan pandangan, terutama dalam hal-hal yang bersifat furu'iyah, sehingga tidak terjadi perasaan saling terganggu, saling memusuhi, dan sebaliknya akan tercipta persaudaraan yang islami (ukhuwwah islâmiyyah). REFLEKSI SEPUTAR ASWAJA DAN NU Aswaja NU merupakan “formulasi konsesus dari sejumlah pemahaman keislaman yang disistematisasikan” Hadits “MAA ANA ‘ALAYHI WA ASHAABY...” merupakan titik tolak formulasi faham ASWAJA-NU. NU tidak hanya berisi ASWAJA. Jika hanya berisi ASWAJA, maka tidak perlu dibentuk organisasi, tetapi cukup melalui pengajian majelis-majelis ta’lim. NU didirikan untuk NKRI. Lihat kronologi sejarah yang bermula dari Nahdlatul Wathan – Nahdlatut tujjar - Tashwirul Afkar dan kemudian NAHDLATUL ULAMA’ REFLEKSI SEPUTAR ASWAJA DAN NU NU memilih Indonesia karena di Indonesia terjadi kordinasi kultural antara ulama’ dan masyarakat awam. Ini sebagai modal rintisan CULTURE BUILDING... WALISONGO adalah model ERA ISLAMISASI yang tidak didahului dengan penaklukan militer. Yang harus diperjuangkan adalah: APA YANG PATUT BUAT INDONESIA ظيم الخالق ورحمة للمخلوقZالعبادة هي تع “ ”خري أمة َ مبادئ )prinsip moral umat terhormat(
:benar, tidak dusta الصدق.١
:menepati janji األمانة.٢ :adil, berkeadilan العدالة.٣ :tolong-menolong التعاون.٤ :konsisten اإلستقامة.٥ HUBUNGAN PANCASILA DENGAN ISLAM ASWAJA Pancasila sebagai dasar dan falsafah Negara RI bukanlah agama. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai dasar Negara RI yang menjiwai sila-sila yang lain mencerminkan Tauhid menurut pengertian iman dalam Islam. Bagi NU, Islam adalah Akidah dan Syari’ah yang meliputi aspek hubungan manusia dengan Allah dan hubungan antar manusia. Penerimaan dan Pengamalan Pancasila merupakan perwujudan dari upaya umat Islam Indonesia untuk menjalankan syariat agamanya. Sebagai konsekwensi dari sikap di atas NU berkewajiban MENGAMANKAN pengertian yang benar tentang Pancasila dan pengamalannya. FIQH SIYASAH NU ISLAM RAHMATAN LIL ‘ALAMIN membentuk karakter kebangsaan NU melalui 3 prinsip dasar Aswaja NU (tawassuth, tawazun dan tasamuh) Nahdliyyin adalah warga Indonesia yang muslim, bukan kaum muslim yang bertempat tinggal di Indonesia Nahdliyyin tidak boleh tercerabut dari akar keindonesiaan dan tidak concern dalam agenda- agenda non keindonesiaan