Anda di halaman 1dari 13

Laporan Hasil

Penelitian

Class XC
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan rahmatnya dan
telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penelitian yang berjudul
“Etnis Flores" ini dengan tepat waktu. Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah turut membantu kami dalam menyusun makalah ini. Tentunya, laporan ini tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan atau bantuan dari berbagai pihak. Sebagai penyusun, Kami sadar
bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman kami. Oleh karena itu kami menerima saran dan kritik dari teman - teman sekalian. Semoga
laporan bisa menambah wawasan, manfaat dan juga inspirasi bagi teman - teman sekalian.
Kelompok Etnis Flores

Giovanni Soerja Philipus Nong


Hawila Tambunan
Guntur Lusi
Joseph Ngganggus
Claritha Leuwayan
A. Pengertian Pertunjukan Musik Tradisional
Pertunjukan Musik Tradisional merupakan proses atau
kegiatan menyajikan materi musik tradisonal dari daerah
tertentu kepada penonton dengan tujuan untuk menghibur,
menunjukan, serta mengedukasi penonton tentang musik
tradisional.
Pulau Flores awalnya dinamai oleh orang poertugis
yang saat itu menginjak daratan flores, yaitu “cabo de
flores “ yang berarti “Tanjung bunga”. Nama tersebut
semula di berikan untuk menyebut wilayah timur dari
pulau Flores yang akhirnya di pakai secara resmi sejak
tahun 1636 hingga sekarang.
B. Alat Musik Tradisional
1. Gong Waning
Gong Waning merupakan alat musik gong yang berasal dari
Kabupaten Sikka pulau Flores NTT, alat musik ini dimainkan
dengan cara dipukul. Biasanya alat musik ini dimainkan dengan
kombinasi dari 6 buah gong dan 2 buah gendang (Waning) serta
sebilah bambu, yang memiliki frekuensi bunyi sangat kuat dan
memilik banyak variasi pola permainan dari tempo cepat
(Allegretto) hingga ke tempo yang sangat cepat (Allegro). Gong
Waning biasanya dihadirkan dalam berbagai ritual dan upacara
adat. Alat musik ini juga biasa dimainkan sebagai pengiring tari
yang bertema kegembiraan.
Alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul dengan
menggunakan bantuan alat pemukul yang terbuat dari bahan kayu
dengan lapisan kain tebal. Alat musik gong berbentuk bulat
dengan bulat tabung yang berada ditengahnya dan menjadi ciri
khas dari alat musik ini
C. Tarian Tradisional

1. Tarian Hegong
"Tari Hegong merupakan salah satu tarian tradisional
yang terkenal dan sering ditampilkan di berbagai acara
seperti acara adat, penyambutan tamu penting, dan
kesenian daerah. Tarian itu dibawakan secara
berkelompok oleh penari pria dan wanita dengan
berpakaian adat dan diiringi dengan musik Gong
Waning. Tari ini biasanya dimainkan oleh enam sampai
10 orang penari dengan satu orang sebagai pemimpin
tarian yang berada di posisi paling depan.
Penari telah dilengkapi dengan ikun, lesu, dan reng
sebagai atribut. Ikun merupakan senjata seperti pisau
yang terbuat dari kayu dan dihiasi dengan ekor kuda;
Lesu sendiri sejenis sapu tangan yang digunakan sebagai
pelengkap gerakan tangan para penari; dan Reng adalah
sejenis gelang kaki yang dilengkapi dengan kelinting.
.
D. Ritual dan Upacara Adat
1.Pati Ea
Pati Ea merupakan sebuah ritual adat yang biasa
dilaksanakan masyarakat Etnis Tana Ai di wilayah
timur Kabupaten Sikka dan warga Desa Boru Kedang di
bagian barat Kabupaten Flores Timur. Pati Ea
merupakan pesta syukur panen, mensyukuri berkah dari
Tuhan, alam dan leluhur.
Ritual adat Pati Ea di perbatasan Kabupaten Sikka dan
Flores Timur biasa diadakan di lahan kebun yang
berada di kawasan hutan lindung. Pati Ea merupakan
pesta tahunan syukur panen yang biasanya dipadukan
dengan ritual menghantar jiwa orang-orang yang sudah
meninggal.
Ritual Pati Ea diakhiri dengan menyembelih hewan
kurban baik kambing maupun babi.
Dengan dilaksanakannya ritual ini masyarakat di sana
percaya bahwa hasil panen tahun berikutnya akan
meningkat.
2. Loka Po'o
Loka Po’o merupakan ritual adat yang biasa dilaksanakan Di Desa
Korebhera, Kecamatan Mego, Kabupaten Sikka yang masih
dipertahankan hingga saat ini. Upacara Loka Po'o dilakukan di atas tanah
datar pelataran rumah adat (Heda Hanga) ini, terdapat lingkaran kecil
yang terbuat dari batu cadas ( serupa menhir) yang tertancap sebagiannya
ke tanah. Batu-batu ini diyakini memiliki fungsi magis, yakni untuk
memisahkan dunia nyata (dunia manusia) dan dunia baka (dunia
leluhur/orang mati). Dan, di tengah lingkaran batu tersebut terdapat tiga
atau lima batu lonjong yang juga tertanam sebagian ke tanah. Juga
terdapat satu tonggak kayu menjulang dari bumi ke arah langit. Kayu ini
berfungsi sebagai penghubung antara kekuatan langit/di atas (Du'a Lulu
Wula) dan kekuatan bumi (Nggae Wena Tana)

Umumnya yang terlibat upacara adat Loka Po'o adalah kaum laki-laki.
Upacara adat Loka Po'o ini dipimpin tetua adat atau Mosalaki Ria Bewa (
Bahasa Lio), seorang atau beberapa orang tokoh masyarakat atau dewan
adat yang dipercayakan. Selama berlangsungnya kegiatan permohonan
tersebut, masyarakat dilarang keras untuk memasuki areal inti upacara
Loka Po'o yang telah dibatasi batu.
E.Makanan Tradisional
1.Lekun
Lekun adalah salah satu makanan tradisional khas Kabupaten Sikka
di NTT, yang cara masaknya cukup unik. Lekun dimasak dengan
mengunakan bambu kemudian dibakar hingga matang.
Bahan utama dari makanan ini adalah tepung beras ketan hitam, yang
dicampur dengan kelapa parut, larutan air gula, dan buah pisang
yang sudah matang. Biasa dijumpai saat antar belis atau mahar dalam
pesta pernikahan maupun disuguhkan dalam acara-acara adat dan
dimakan saat minum teh atau kopi.

2. Ohu Ai Pungan
Ohu Ai Pungan merupakan makanan tradisional masyarakat
Kabupaten Sikka, khususnya Etnis Sikka Krowe dan Muhang Tana
Ai. Makanan ini terbuat dari ubi kayu kering yang ditumbuk, kelapa
parut, sedikit garam, ikan teri kering. sering kali disajikan setiap ada
perhelatan pernikahan, sambut baru (komuni pertama) maupun ritual
adat.
F. Syair Lagu

Wineng...Wineng..
Wineng...Wineng e..
Kasih ora wineng e ( 2x)

Kasih ami deri lau ata nian


Gera lau ata tanan
Ata nian te'a to'or
Ata tanan dagang balik (2×)

Wineng...Wineng...
Wineng...Wineng e...
Kasih ora wineng e (2×)
Kesimpulan

Masih banyak anak muda yang belum mengetahui budaya Flores


khususnya di Sikka bahkan orang Flores sendiri masih kurang mengetahui
budaya mereka. Maka dari itu kita harus menumbuhkan rasa kebudayaan
akan budaya kita. Banyak hal yang dapat kita lakukan seperti sebagai
seorang pelajar yang bisa kita lakukan adalah mengikuti ekstrakulikuler di
sekolah untuk menambah wawasan tentang budaya. Adapun upaya dari
pemerintah yang juga dapat membantu untuk melestarikan, seperti
menyediakan sarana prasarana contohnya sanggar tari. Semua itu dilakukan
agar budaya tradisional tidak hilang dan tetap lestari di zaman modern ini.
Sekian dan
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai