Anda di halaman 1dari 37

TIHI 1

Kuliah 09: Security Dilemma, Deterrence, dan Compellence


NATIONAL SECURITY /KEAMANAN
NEGARA:
• Kemampuan negara untuk mempertahankan kepentingan, rahasia, dan
masyarakatnya dari ancaman dalam dan luar negeri.
• Tiga fokus:
• Siapa pengancamnya
• Aa saja yang perlu dilindungi,
• Kemampuan negara untuk melindunginya.
PERANG
• Peristiwa yang melibatkan penggunaan kekuatan militer secara terorganisir
oleh paling sedikit dua pihak yang mencapai batas minimum secara
kekerasan (minimum threshold of severity).
• Tiga elemen:
• Kekerasan yang terorganisir dan dilakukan secara sadar oleh otoritas politik yang dapat
diidentifikasi.
• Perang lebih kejam dan mematikan dari tipe-tipe kekerasan yang terorganisir lainnya.
• Pihak yang bertikai memiliki kemampuan untuk saling menyakiti, walau kapasitasnya
belum tentu seimbang.
TIPE-TIPE PERANG
• Berdasarkan siapa yang bertikai:
• Interstate war: Perang antar negara
• Civil War: Perang saudara, yang berperang ada di dalam negara yang sama.
TIPE-TIPE PERANG
• Berdasarkan cara berperang
• Conventional War:
• Dengan cara-cara dan metode-metode yang dianggap umum, yakni oleh sekelompok orang
yang telah dipilih, dilatih, dan diizinkan untuk menyerang atau bertahan dari pihak lawan.
• Memiliki aturan seperti dilarang melibatkan warga sipil.
• Unconventional Warfare:
• Kesediaan untuk tidak mengikuti batasan tentang apa yang menjadi sasaran secara sah.
• Disebabkan nasionalisme dan berkembangnya sistem gerilya.
UNCONVENTIONAL WARFARE
• Asymmetric Conflict:
• Perang yang terjadi antara dua pihak yang mana ada perbedaan kekuasaan yang
signifikan antara pihak yang kuat dengan pihak yang jauh lebih lemah.

• Terrorism
• Tiga kriteria:
• Memiliki sifat dan niat secara politis
• Dilakukan aktor bukan negara
• Targetnya adalah noncombatant, yang tidak terlibat perang, seperti masyarakat sipil, tokoh
politik, dan birokrat.
• Sifat dasar terorisme adalah psikologis: mempertanyakan legitimasi pemerintah dan
menarik perhatikan masyarakat terhadap tujuan politisnya.
UNCONVENTIONAL WARFARE
• Perdebatan:
• Apakah merupakan alat yang sah dan dapat dibenarkan secara moral?
• Siapa teroris? Siapa yang memberikan label teroris? Pejuang? Pahlawan?
• Bagaimana melawan teroris? Sejauh apa negara boleh bertindak dengan melanggar hak
asasi manusia untuk menangkap teroris? Contohnya:
• Penahanan orang yang diduga terlibat gerakan teroris?
• Pemberangusan kebebasan berbicara dan berpendapat oleh orang-orang yang dianggap sebagai
pendukung teroris? Sejauh mana batasan dari opini yang tidak menyenangkan versus dorongan
untuk melakukan tindakan kekerasan?
• Memata-matai warga sipil tanpa ada proses hukum yang semestinya (surveillance state)?
UNCONVENTIONAL WARFARE
• Cyberwarfare:
• Tindakan-tindakan aktor negara atau non-negara untuk menembus computer-computer
atau network/jaringan-jaringan computer negara lain dengan tujuan merusak atau
mengganggu.
• Tipe-tipe
• Mata-mata: Mencuri data/informasi
• Ransoware, phishing
• Cyberattack: DDOS (distributed denial of service), sabotase, wiping, dsb.
PENYEBAB PERANG
• Realisme:
• Kondisi alamiah yang disebabkan kondisi sistem internasional yang anarki.
• Tak ada hierarchy, tak ada arbiter yang dianggap sah oleh semua pihak.
• Distribusi kekuasaan
• Power transition theory: Perang terjadi bukan hanya perbedaan kekuasaan tapi juga disebabkan
antisipasi perubahan perimbangan kekuasaan secara relative.
• Preventive War: Perang yang dilakukan dengan tujuan mencegah musuh menjadi lebih kuat di masa
depan. Menyerang sebelum musuh menjadi lebih kuat.
• Hegemonic War: Perang dunia untuk mengubah siapa yang mendominasi dan membuat aturan.
• Security dilemma
• INTINYA: Perang tak mungkin dapat dihilangkan, selalu ada kemungkinan perang.
• NAMUN BUKAN BERARTI PERANG PASTI SELALU TERJADI.
LIBERALISME
• Fokus ke karakteristik negara dan institusi.
• Immanuel Kant: Demokrasi, interdependensi ekonomi, dan institusi internasional.
• Demokrasi tak pernah berperang dengan negara demokrasi lainnya.
• Institusi dalam negeri yang mengekang pemerintah untuk bertindak gegabah sehingga janji atau
komitmen negara demokrasi lebih mudah dipercaya. Negara otoriter bisa berubah pikiran tanpa ada yang
reaksi di dalam negeri.
• Hubungan antar negara yang memiliki banyak aspekL complex interdependence
• Institusi internasional berpengaruh dengan membangun hubungan positif antar negara.
CONSTRUCTIVISME
• Identitas yang menentukan apakah negara akan lebih agresif atau menahan
diri dalam kebijakan luar negerinya.
• Identitas mempengaruhi persepsi ancaman, bukan hanya kekuasaan secara
relatif. Misalnya, Canada lebih menganggap Korea Utara sebagai ancaman
dibandingkan Amerika Serikat.
• Ide sebagai komponen penting dalam pembentukan identitas. Misalnya: ide
tentang penentuan nasib sendiri, anti-kolonialisme, dan nasionalisme yang
menyebabkan negara atau entitas dapat bertindak secara agresif.
SOLUSI UNTUK MENCEGAH PERANG?
• Realism: Balance of Power (perimbangan kekuasaan) dan balancing
power.
• Jika kekuasaan tidak seimbang, maka negara besar akan menekan negara yang lebih
lemah.
• NAMUN: negara secara rasional membuat evaluasi dan perhitungan biaya dan
keuntungan dari kebijakan yang menentukan posisi dan peran negara dalam
perimbangan kekuasaan.
• Balancing: Negara memutuskan untuk memperkuat keamanannya dengan mengimbangi
kekuasaan lawan melalui internal balancing (memperkuat kekuasaan negara tersebut) atau
external balancing bergabung dengan negara lain dalam sebuah pakta pertahanan (aliansi).
• Bandwagoning: Negara justru bergabung dengan negara besar yang lebih mengancam untuk
mendapatkan keuntungan jika menang perang.
SOLUSI UNTUK MENCEGAH PERANG?
• Realism: Deterrence
• Manipulasi rasa takut untuk mencegah tindakan yang tidak diinginkan dengan
memberikan ancaman yang memiliki kredibilitas untuk menggunakan kekerasan.
• Usaha untuk mempertahankan status-quo melalui ancaman kekerasan.
• Kata kunci: ANCAMAN, bukan perang. Deterrence gagal jika negara memutuskan
untuk berperang.
• Deterrence is the art of producing in the mind of the enemy the fear to attack
• Asumsi:
• Pembuat keputusan rasional.
• Kemungkinan eskalasi ke kehancuran bersama yang disebabkan perang sangat tinggi.
• PENTING: Ada alternatif selain perang.
• NAMUN: Belum tentu efektif untuk pihak-pihak tertentu.
SOLUSI UNTUK MENCEGAH PERANG?
• Liberalisme:
• Collective Security: tindakan agresi dan penggunaan kekuasaan secara illegal akan
dihadapi koalisi semua atau sebagian besar negara.
• A sumsi:
• Perdamaian menguntungkan semua, lebih menguntungkan daripada keuntungan perang bagi satu negara.
• Negara yang bertindak agresif harus dihentikan dari awal.
• Aggressor dapat diidentifikasi.
• Aggressor secara moral pasti salah.
• Masalah: sering kali sulit diidentifikasi siapa yang memulai konflik. Apakah yang pertama
menyerang, atau yang pertama mencari gara-gara.
• Arms Control dan disarmament: Negara membatasi jumlah senjata dan secara sadar
melucuti senjata sendiri, terutama senjata pemusnah massal seperti senjata kimia atau
nuklir.
• Global governance
SOLUSI UNTUK MENCEGAH PERANG?
• Constructivism
• Ide, identitas, dan norma dapat berubah dan mengubah tingkah laku.
• Misalnya: dueling yang tidak lagi dianggap cara yang sah untuk menyelesaikan
sengketa. Perbudakan tak lagi dianggap normal.
• Institusi internasional dapat menciptakan dan mengatur interaksi yang dapat
mempengaruhi dan mengubah identitas dan apa pengertian mereka mengenai dirinya
dan orang lain.
• Sosialisasi ide menyebabkan negara tidak lagi berpikir tentang perang sebagai solusi dari
konflik.
• Perubahan dan perkembangan norma internasional.
GAME THEORY
• ASUMSI DASAR: Anarki, penggunaan kekerasan, dan ketakutan diserang
sebagai faktor-faktor penting.
• NAMUN: Penggunaan kekuatan militer juga merugikan negara yang lebih
kuat.
• DAMPAK: Negara juga menekankan pentingnya diplomasi.
• Bargaining menggambarkan interaksi untuk menyelesaikan
permasalahan yang disebabkan alokasi sebuah sumber daya, seperti
wilayah, kebijakan, dan sebagainya.
BARGAINING (TAWAR MENAWAR)
• Krisis: situasi di mana minimal satu negara berusaha mempengaruhi hasil
tawar menawar dengan mengancam untuk menggunakan kekuatan militer
jika negara tersebut tak bisa mendapatkan apa yang negara tersebut
inginkan.
• Crisis bargaining: Interaksi tawar menawar yang mana salah satu aktor
mengancam untuk menggunakan kekuasaan jika ia tidak mendapatkan apa
yang ia inginkan.
• Coercive Diplomacy: Penggunaan ancaman untuk mengedepankan
permintaan-permintaan khusus dalam interaksi tawar menawar.
BARGAINING
• Biaya dan adanya kemungkinan perang menentukan apa hasil perundingan
yang dianggap dapat diterima kedua pihak dalam tawar menawar.
• Hasil terbaik: pihak lain menyerah tanpa berperang.
• Hasil yang cukup baik: Tidak mendapatkan semua yang diinginkan, tapi yang
didapatkan bagian cukup besar, mengingat alternatifnya adalah perang dengan biaya
yang cukup tinggi.
BARGAINING RANGE
• Sekumpulan kesepakatan yang mana kedua pihak dalam interaksi tawar
menawar lebih inginkan daripada kegagalan perundingan, terutama jika
kegagalan tersebut berakibat perang.
• Misal: Perebutan wilayah seharga 1 milyar.
• Berapa biaya perang? Misalnya 300 juta, maka negara akan menerima hasil yang
memberikannya wilayah seharga paling sedikit 700 juta.
• Berapa biaya korban jiwa? Misalnya asumsi akan ada 10,000 tentara meninggal untuk
mendapatkan 70% wilayah, dan yang meninggal dianggap sama dengan 30% dari harga
wilayah tersebut, maka nilai perang adalah 70-30 = 40% harga wilayah.
BARGAINING DAN STATUS-QUO
• Status quo: Distribusi sebelum terjadi krisis. Lokasi status quo relative ke
nilai perang untuk negara menentukan apakah negara akan menggunakan
ancaman kekerasan untuk mengubah status quo. Dalam kasus ini, negara A
akan mengancam untuk berperang.
DETERRENCE DAN COMPELLENCE
• Compellence: Usaha untuk mengubah status-quo melalui ancaman
kekerasan.
• Deterrence: Usaha untuk mempertahankan status-quo melalui ancaman
kekerasan
• Jika status quo berada dalam bargaining range, maka negara tak akan
berperang.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERANG
• Miskalkulasi/salah perhitungan
• Incomplete Information: Situasi yang mana pihak dalam interaksi strategis tak memiliki
informasi yang cukup tentang kepentingan dan kapabilitas pihak-pihak lain.
• Resolve: Kesediaan sebuah pihak untuk membayar biaya yang tinggi untuk
mendapatkan yang diinginkan.
• AKIBAT: kesalahan perhitungan dalam risk-return trade-off, yakni dalam crisis
bargaining, keseimbangan antara menginginkan hasil yang lebih baik dengan keinginan
untuk menghindari perang.
MENGAPA MISKALKULASI DAPAT
TERJADI?
• Insentif bagi negara untuk misrepresentasi komitmen untuk berperang.
• Bluffing: Negara dengan sengaja berusaha menipu negara lain bahwa negara tersebut
akan mengambil sebuah tindakan yang drastis.
• Credibility: Sejauh mana negara dapat dipercaya. Ancaman yang dapat
dipercaya/memiliki kredibilitas adalah ancaman yang dianggap akan bisa dilakukan.
Komitmen yang memiliki kredibilitas adalah janji yang dipercaya akan ditepat.
MENGHINDARI MISKALKULASI
• Brinkmanship / Slippery slope / Chicken
• Strategi yang mana semua pihak mengambil tindakan yang meningkatkan resiko untuk
berperang dengan tidak sengaja, dengan harapan yang lain akan “blink,” kehilanganan
nyali, dan membuat konsesi.

• Tying Hands
• Membuat ancaman dengan cara yang membuat negara yang mengancam sulit untuk
mundur tanpa menimbulkan biaya politis yang sangat tinggi. Misalnya: pengucapan
secara public di media massa, mengirimkan tentara dalam jumlah besar.
• Audience Cost: dampak negative akibat tidak melaksanakan ancaman atau melanggar
janji.
MENGHINDARI MISKALKULASI
• Paying for power
• Mengambil tindakan yang memiliki biaya besar untuk meningkatkan kekuasaan negara,
seperti memobilisasi dan menempatkan pasukan dalam jumlah besar.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERANG
• Masalah Komitmen
• Sejauh mana negara bisa dipercaya untuk menepati janji?
• Ingat: Prisoners’ dilemma: sulit untuk tidak berhianat.

• Tiga contoh:
• Negosiasi untuk hal-hal yang bisa menjadi sumber kekuasaan untuk tawar menawar di masa
depan. Contoh: senjata nuklir.
• Perubahan perimbangan kekuasaan akibat faktor-faktor yang tidak berhubungan dengan proses
negosiasi. Contoh: penguatan kekuasaan sebuah negara yang menyebabkan posisi negosiasi di
masa depan menjadi jauh lebih kuat. Ingat: Power transition theory: bahaya preventive war.
• Preemption: Perang sebagai jawaban terhadap ketakutan untuk diserang karena adanya first-
strike advantage: situasi akibat perkembangan teknologi/geografi/strategi memberikan
keuntungan besar bagi yang pertama menyerang. Preemptive war: perang yang dengan
antisipasi bahwa pihak lain akan menyerang terlebih dahulu.
PERUBAHAN KEKUASAAN
FIRST STRIKE ADVANTAGES
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERANG
• Perang yang diakibatkan karena memang tak mungkin berkompromi akibat
masalah indivisible good.
• Indivisible good: barang yang tak dapat dibagi tanpa mengurangi nilainya. Contoh:
Status Yerusalem.
• Masalah: apakah ini memang tak dapat dibagi, atau bagian dari strategi dalam negosiasi?
Ingat: bluffing, misrepresentasi, dsb.
AKHIR DARI PERANG?
• Perang, terutama perang antar negara makin jarang terjadi.
• Perubahan kepentingan: makin sedikit konflik yang disebabkan perebutan wilayah.
• Biaya perang yang semakin tinggi akibat perkembangan teknologi dan adanya senjata
nuklir.
• Complex Interdependency: ketergantungan antar negara semakin tinggi yang
menyebabkan tingginya keuntungan ekonomi, yang menyebabkan perang makin tidak
disukai karena mengganggu hubungan ekonomi.
• Perubahan institusi: penyebaran nilai demokrasi, norma perdamaian, dan penguatan
organisasi internasional secara global.
PERANG YANG SAH?
• Dalam kondisi apa perang diperbolehkan?
• Jus ad bellum
• Kapan negara diperbolehkan untuk berperang?

• Jus in Bello
• Tindakan apa saja yang dianggap legal dan diperbolehkan dalam berperang?
JUS AD BELLUM
• Beberapa kriteria penting:
• Perang adil (just cause): yakni disebabkan oleh mempertahankan diri atau
mempertahankan negara lain, dan ada deklarasi oleh otoritas yang mampu memberikan
deklarasi tersebut.
• Memiliki tujuan yang benar, misalnya mengakhiri pelanggaran HAM, genosida, dan
menciptakan perdamaian yang adil.
• Sudah menghabiskan semua alternatif: perang sebagai jalan terakhir.
• Setelah perang, semua pasukan harus ditarik mundur secepat mungkin.

• Contoh: Artikel 51 Piagam PBB: mengijinkan perang untuk membela diri,


dan artikel 42 mengijinkan negara untuk menyerang negara lain jika telah
diperbolehkan oleh Dewan Keamanan PBB.
JUS IN BELLO
• Apa saja yang boleh dilakukan dalam perang:
• Pihak yang berlawanan harus dapat dibedakan.
• Tidak boleh menyakiti warga sipil yang tidak terlihbat perang.
• Penggunaan kekerasan harus proporsional, sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
• Harus menghindari penderitaan manusia yang tidak perlu: larangan penggunaan senjata
yang kejam.
PERDEBATAN
• Bagaimana dengan preemptive war, menyerang duluan negara yang bisa
menjadi ancaman di masa depan?
• Bagaimana dengan penggunaan bom nuklir?
• Bagaimana dengan perang gerilya yang sulit membedakan kombatan
dengan warga sipil?
• Bagaimana dengan cyberwarfare? Apakah cyberwarfare adalah perang?
Bagaimana dengan targetnya, seperti kehancuran infrastruktur jaringan
intenet lawan yang juga berdampak ke warga sipil? Apakah tindakan yang
bisa dilakukan untuk membalas serangan cyber?

Anda mungkin juga menyukai