• Terrorism
• Tiga kriteria:
• Memiliki sifat dan niat secara politis
• Dilakukan aktor bukan negara
• Targetnya adalah noncombatant, yang tidak terlibat perang, seperti masyarakat sipil, tokoh
politik, dan birokrat.
• Sifat dasar terorisme adalah psikologis: mempertanyakan legitimasi pemerintah dan
menarik perhatikan masyarakat terhadap tujuan politisnya.
UNCONVENTIONAL WARFARE
• Perdebatan:
• Apakah merupakan alat yang sah dan dapat dibenarkan secara moral?
• Siapa teroris? Siapa yang memberikan label teroris? Pejuang? Pahlawan?
• Bagaimana melawan teroris? Sejauh apa negara boleh bertindak dengan melanggar hak
asasi manusia untuk menangkap teroris? Contohnya:
• Penahanan orang yang diduga terlibat gerakan teroris?
• Pemberangusan kebebasan berbicara dan berpendapat oleh orang-orang yang dianggap sebagai
pendukung teroris? Sejauh mana batasan dari opini yang tidak menyenangkan versus dorongan
untuk melakukan tindakan kekerasan?
• Memata-matai warga sipil tanpa ada proses hukum yang semestinya (surveillance state)?
UNCONVENTIONAL WARFARE
• Cyberwarfare:
• Tindakan-tindakan aktor negara atau non-negara untuk menembus computer-computer
atau network/jaringan-jaringan computer negara lain dengan tujuan merusak atau
mengganggu.
• Tipe-tipe
• Mata-mata: Mencuri data/informasi
• Ransoware, phishing
• Cyberattack: DDOS (distributed denial of service), sabotase, wiping, dsb.
PENYEBAB PERANG
• Realisme:
• Kondisi alamiah yang disebabkan kondisi sistem internasional yang anarki.
• Tak ada hierarchy, tak ada arbiter yang dianggap sah oleh semua pihak.
• Distribusi kekuasaan
• Power transition theory: Perang terjadi bukan hanya perbedaan kekuasaan tapi juga disebabkan
antisipasi perubahan perimbangan kekuasaan secara relative.
• Preventive War: Perang yang dilakukan dengan tujuan mencegah musuh menjadi lebih kuat di masa
depan. Menyerang sebelum musuh menjadi lebih kuat.
• Hegemonic War: Perang dunia untuk mengubah siapa yang mendominasi dan membuat aturan.
• Security dilemma
• INTINYA: Perang tak mungkin dapat dihilangkan, selalu ada kemungkinan perang.
• NAMUN BUKAN BERARTI PERANG PASTI SELALU TERJADI.
LIBERALISME
• Fokus ke karakteristik negara dan institusi.
• Immanuel Kant: Demokrasi, interdependensi ekonomi, dan institusi internasional.
• Demokrasi tak pernah berperang dengan negara demokrasi lainnya.
• Institusi dalam negeri yang mengekang pemerintah untuk bertindak gegabah sehingga janji atau
komitmen negara demokrasi lebih mudah dipercaya. Negara otoriter bisa berubah pikiran tanpa ada yang
reaksi di dalam negeri.
• Hubungan antar negara yang memiliki banyak aspekL complex interdependence
• Institusi internasional berpengaruh dengan membangun hubungan positif antar negara.
CONSTRUCTIVISME
• Identitas yang menentukan apakah negara akan lebih agresif atau menahan
diri dalam kebijakan luar negerinya.
• Identitas mempengaruhi persepsi ancaman, bukan hanya kekuasaan secara
relatif. Misalnya, Canada lebih menganggap Korea Utara sebagai ancaman
dibandingkan Amerika Serikat.
• Ide sebagai komponen penting dalam pembentukan identitas. Misalnya: ide
tentang penentuan nasib sendiri, anti-kolonialisme, dan nasionalisme yang
menyebabkan negara atau entitas dapat bertindak secara agresif.
SOLUSI UNTUK MENCEGAH PERANG?
• Realism: Balance of Power (perimbangan kekuasaan) dan balancing
power.
• Jika kekuasaan tidak seimbang, maka negara besar akan menekan negara yang lebih
lemah.
• NAMUN: negara secara rasional membuat evaluasi dan perhitungan biaya dan
keuntungan dari kebijakan yang menentukan posisi dan peran negara dalam
perimbangan kekuasaan.
• Balancing: Negara memutuskan untuk memperkuat keamanannya dengan mengimbangi
kekuasaan lawan melalui internal balancing (memperkuat kekuasaan negara tersebut) atau
external balancing bergabung dengan negara lain dalam sebuah pakta pertahanan (aliansi).
• Bandwagoning: Negara justru bergabung dengan negara besar yang lebih mengancam untuk
mendapatkan keuntungan jika menang perang.
SOLUSI UNTUK MENCEGAH PERANG?
• Realism: Deterrence
• Manipulasi rasa takut untuk mencegah tindakan yang tidak diinginkan dengan
memberikan ancaman yang memiliki kredibilitas untuk menggunakan kekerasan.
• Usaha untuk mempertahankan status-quo melalui ancaman kekerasan.
• Kata kunci: ANCAMAN, bukan perang. Deterrence gagal jika negara memutuskan
untuk berperang.
• Deterrence is the art of producing in the mind of the enemy the fear to attack
• Asumsi:
• Pembuat keputusan rasional.
• Kemungkinan eskalasi ke kehancuran bersama yang disebabkan perang sangat tinggi.
• PENTING: Ada alternatif selain perang.
• NAMUN: Belum tentu efektif untuk pihak-pihak tertentu.
SOLUSI UNTUK MENCEGAH PERANG?
• Liberalisme:
• Collective Security: tindakan agresi dan penggunaan kekuasaan secara illegal akan
dihadapi koalisi semua atau sebagian besar negara.
• A sumsi:
• Perdamaian menguntungkan semua, lebih menguntungkan daripada keuntungan perang bagi satu negara.
• Negara yang bertindak agresif harus dihentikan dari awal.
• Aggressor dapat diidentifikasi.
• Aggressor secara moral pasti salah.
• Masalah: sering kali sulit diidentifikasi siapa yang memulai konflik. Apakah yang pertama
menyerang, atau yang pertama mencari gara-gara.
• Arms Control dan disarmament: Negara membatasi jumlah senjata dan secara sadar
melucuti senjata sendiri, terutama senjata pemusnah massal seperti senjata kimia atau
nuklir.
• Global governance
SOLUSI UNTUK MENCEGAH PERANG?
• Constructivism
• Ide, identitas, dan norma dapat berubah dan mengubah tingkah laku.
• Misalnya: dueling yang tidak lagi dianggap cara yang sah untuk menyelesaikan
sengketa. Perbudakan tak lagi dianggap normal.
• Institusi internasional dapat menciptakan dan mengatur interaksi yang dapat
mempengaruhi dan mengubah identitas dan apa pengertian mereka mengenai dirinya
dan orang lain.
• Sosialisasi ide menyebabkan negara tidak lagi berpikir tentang perang sebagai solusi dari
konflik.
• Perubahan dan perkembangan norma internasional.
GAME THEORY
• ASUMSI DASAR: Anarki, penggunaan kekerasan, dan ketakutan diserang
sebagai faktor-faktor penting.
• NAMUN: Penggunaan kekuatan militer juga merugikan negara yang lebih
kuat.
• DAMPAK: Negara juga menekankan pentingnya diplomasi.
• Bargaining menggambarkan interaksi untuk menyelesaikan
permasalahan yang disebabkan alokasi sebuah sumber daya, seperti
wilayah, kebijakan, dan sebagainya.
BARGAINING (TAWAR MENAWAR)
• Krisis: situasi di mana minimal satu negara berusaha mempengaruhi hasil
tawar menawar dengan mengancam untuk menggunakan kekuatan militer
jika negara tersebut tak bisa mendapatkan apa yang negara tersebut
inginkan.
• Crisis bargaining: Interaksi tawar menawar yang mana salah satu aktor
mengancam untuk menggunakan kekuasaan jika ia tidak mendapatkan apa
yang ia inginkan.
• Coercive Diplomacy: Penggunaan ancaman untuk mengedepankan
permintaan-permintaan khusus dalam interaksi tawar menawar.
BARGAINING
• Biaya dan adanya kemungkinan perang menentukan apa hasil perundingan
yang dianggap dapat diterima kedua pihak dalam tawar menawar.
• Hasil terbaik: pihak lain menyerah tanpa berperang.
• Hasil yang cukup baik: Tidak mendapatkan semua yang diinginkan, tapi yang
didapatkan bagian cukup besar, mengingat alternatifnya adalah perang dengan biaya
yang cukup tinggi.
BARGAINING RANGE
• Sekumpulan kesepakatan yang mana kedua pihak dalam interaksi tawar
menawar lebih inginkan daripada kegagalan perundingan, terutama jika
kegagalan tersebut berakibat perang.
• Misal: Perebutan wilayah seharga 1 milyar.
• Berapa biaya perang? Misalnya 300 juta, maka negara akan menerima hasil yang
memberikannya wilayah seharga paling sedikit 700 juta.
• Berapa biaya korban jiwa? Misalnya asumsi akan ada 10,000 tentara meninggal untuk
mendapatkan 70% wilayah, dan yang meninggal dianggap sama dengan 30% dari harga
wilayah tersebut, maka nilai perang adalah 70-30 = 40% harga wilayah.
BARGAINING DAN STATUS-QUO
• Status quo: Distribusi sebelum terjadi krisis. Lokasi status quo relative ke
nilai perang untuk negara menentukan apakah negara akan menggunakan
ancaman kekerasan untuk mengubah status quo. Dalam kasus ini, negara A
akan mengancam untuk berperang.
DETERRENCE DAN COMPELLENCE
• Compellence: Usaha untuk mengubah status-quo melalui ancaman
kekerasan.
• Deterrence: Usaha untuk mempertahankan status-quo melalui ancaman
kekerasan
• Jika status quo berada dalam bargaining range, maka negara tak akan
berperang.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERANG
• Miskalkulasi/salah perhitungan
• Incomplete Information: Situasi yang mana pihak dalam interaksi strategis tak memiliki
informasi yang cukup tentang kepentingan dan kapabilitas pihak-pihak lain.
• Resolve: Kesediaan sebuah pihak untuk membayar biaya yang tinggi untuk
mendapatkan yang diinginkan.
• AKIBAT: kesalahan perhitungan dalam risk-return trade-off, yakni dalam crisis
bargaining, keseimbangan antara menginginkan hasil yang lebih baik dengan keinginan
untuk menghindari perang.
MENGAPA MISKALKULASI DAPAT
TERJADI?
• Insentif bagi negara untuk misrepresentasi komitmen untuk berperang.
• Bluffing: Negara dengan sengaja berusaha menipu negara lain bahwa negara tersebut
akan mengambil sebuah tindakan yang drastis.
• Credibility: Sejauh mana negara dapat dipercaya. Ancaman yang dapat
dipercaya/memiliki kredibilitas adalah ancaman yang dianggap akan bisa dilakukan.
Komitmen yang memiliki kredibilitas adalah janji yang dipercaya akan ditepat.
MENGHINDARI MISKALKULASI
• Brinkmanship / Slippery slope / Chicken
• Strategi yang mana semua pihak mengambil tindakan yang meningkatkan resiko untuk
berperang dengan tidak sengaja, dengan harapan yang lain akan “blink,” kehilanganan
nyali, dan membuat konsesi.
• Tying Hands
• Membuat ancaman dengan cara yang membuat negara yang mengancam sulit untuk
mundur tanpa menimbulkan biaya politis yang sangat tinggi. Misalnya: pengucapan
secara public di media massa, mengirimkan tentara dalam jumlah besar.
• Audience Cost: dampak negative akibat tidak melaksanakan ancaman atau melanggar
janji.
MENGHINDARI MISKALKULASI
• Paying for power
• Mengambil tindakan yang memiliki biaya besar untuk meningkatkan kekuasaan negara,
seperti memobilisasi dan menempatkan pasukan dalam jumlah besar.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERANG
• Masalah Komitmen
• Sejauh mana negara bisa dipercaya untuk menepati janji?
• Ingat: Prisoners’ dilemma: sulit untuk tidak berhianat.
• Tiga contoh:
• Negosiasi untuk hal-hal yang bisa menjadi sumber kekuasaan untuk tawar menawar di masa
depan. Contoh: senjata nuklir.
• Perubahan perimbangan kekuasaan akibat faktor-faktor yang tidak berhubungan dengan proses
negosiasi. Contoh: penguatan kekuasaan sebuah negara yang menyebabkan posisi negosiasi di
masa depan menjadi jauh lebih kuat. Ingat: Power transition theory: bahaya preventive war.
• Preemption: Perang sebagai jawaban terhadap ketakutan untuk diserang karena adanya first-
strike advantage: situasi akibat perkembangan teknologi/geografi/strategi memberikan
keuntungan besar bagi yang pertama menyerang. Preemptive war: perang yang dengan
antisipasi bahwa pihak lain akan menyerang terlebih dahulu.
PERUBAHAN KEKUASAAN
FIRST STRIKE ADVANTAGES
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERANG
• Perang yang diakibatkan karena memang tak mungkin berkompromi akibat
masalah indivisible good.
• Indivisible good: barang yang tak dapat dibagi tanpa mengurangi nilainya. Contoh:
Status Yerusalem.
• Masalah: apakah ini memang tak dapat dibagi, atau bagian dari strategi dalam negosiasi?
Ingat: bluffing, misrepresentasi, dsb.
AKHIR DARI PERANG?
• Perang, terutama perang antar negara makin jarang terjadi.
• Perubahan kepentingan: makin sedikit konflik yang disebabkan perebutan wilayah.
• Biaya perang yang semakin tinggi akibat perkembangan teknologi dan adanya senjata
nuklir.
• Complex Interdependency: ketergantungan antar negara semakin tinggi yang
menyebabkan tingginya keuntungan ekonomi, yang menyebabkan perang makin tidak
disukai karena mengganggu hubungan ekonomi.
• Perubahan institusi: penyebaran nilai demokrasi, norma perdamaian, dan penguatan
organisasi internasional secara global.
PERANG YANG SAH?
• Dalam kondisi apa perang diperbolehkan?
• Jus ad bellum
• Kapan negara diperbolehkan untuk berperang?
• Jus in Bello
• Tindakan apa saja yang dianggap legal dan diperbolehkan dalam berperang?
JUS AD BELLUM
• Beberapa kriteria penting:
• Perang adil (just cause): yakni disebabkan oleh mempertahankan diri atau
mempertahankan negara lain, dan ada deklarasi oleh otoritas yang mampu memberikan
deklarasi tersebut.
• Memiliki tujuan yang benar, misalnya mengakhiri pelanggaran HAM, genosida, dan
menciptakan perdamaian yang adil.
• Sudah menghabiskan semua alternatif: perang sebagai jalan terakhir.
• Setelah perang, semua pasukan harus ditarik mundur secepat mungkin.