Anda di halaman 1dari 18

PROSEDUR PENYELESAIAN

SENGKETA DALAM EKONOMI


SYARIAH
Kelompok 12:
Aprila Yutegi (12)
Anas Royan (20)
Muthmainnah (33)
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang
Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1989 Tentang Peradilan Agama telah
membawa perubahan besar dalam eksistensi
lembaga Peradilan agama yaitu penambahan
wewenang lembaga Peradilan Agama antara
lain dalam bidang; Dengan adanya kewenangan ini, maka perkara
yang timbul terkait dengan penyelesaian sengketa
a) perkawinan; syariah dapat diselesaikan melalui cara:
b) waris;
1. damai (sulhu)
c) wasiat;
2. arbitrase syariah (tahkim),
d) hibah;
3. lembaga Peradilan (qadha).
e) wakaf;
f) zakat;
g) infaq;
h) shadaqah; dan
i) ekonomi syariah (Pasal 49).
PERDAMAIAN
(SULHU)
Perdamaian (Sulhu)
Menurut Taqiy al-Din Abu Bakar Ibnu
Sayyid Sabiq, shulhu adalah “Suatu akad
Muhammad al-Husaini menyatakan “Akad
untuk mengakhiri perlawanan/ perselisihan
yang memutuskan perselisihan dua pihak yang
antara dua orang yang berlawanan
bertengkar atau berselisih

Hasby al-Shiddieqi, shulhu adalah “Akad yang Shulhu adalah suatu usaha untuk
disepakati oleh dua orang yang bertengkar mendapaimakn dua pihak yang berselisih,
dalam hak untuk melaksanakan sesuatu, bertengkar, saling dendam, dan bermusuhan
dengan akad itu akan dapat hilang persediaan dalam mempertahankan hak, dengan usaha
tersebut diharapkan akan berakhir perselisihan
Dasar Hukum
Perdamaian itu lebih baik “Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu
daripada perselisihan (QS damaikan antara keduanya! Tetapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain,
An-Nisa ayat 128) hendaklah yang melenggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah
Allah, kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah
kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.”
(QS Al-Hujarat : 9)

“Mendamaikan dua muslim (yang berselisih) itu


“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan hukumnya boleh kecuali perdamaian yang
mereka kecuali bisikanbisikan orang yang menyuruh mengarah kepada upaya mengharamkan yang halal
(manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau
dan menghalalkan yang haram.” (HR. Ibnu Hibban
mengadakan perdamaian di antara manusia, dan
barang siapa yang berbuat demikian karena mencari dan Turmudzi).
keridaan Allah, maka kelak kami memberi kepadanya
pahala yang besar”
(QS An-nisa:114)
Rukun
◦ Mushalih yaitu pihak yang melakukan akad shulhu untuk mengakhiri pertengkaran atau
perselisihan.
◦ Mushalih anhu yaitu perkara yang diperselihsihkan.
◦ Mushalih bih yaitu sesuatu yang dilakukan oleh salah satu pihak terhadap lawannya untuk
memutuskan perselisihan. Disebut juga dengan istilah badal alshulh.
◦ Shighat
ARBITRASE
(TAKHRIM)
Arbitrase = Tahkrim

Istilah tahkim sendiri berasal dari kata Tempat bersandarnya dua orang yang bertikai
"hakkama" yang berarti mengangkat untuk orang yang ingin ditinjau pertikaian para
(seseorang) menjadi wasit. pihak yang ingin bersambung. aktivitas
penunjukan wasit, maka orang yang ditunjuk itu
disebut hakam (jamak dari hukam)
Dasar Hukum
1. Dan jika kamu khawatir akan ada persengketaan antara pasangan (suami-istri), maka kirimlah
seseorang hakim dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakim itu mengadakan perbaikan (islah)
niscaya Allah akan memberi taufik kepada suami istri itu. Sesungguhnya Allah maha mengerti lagi
maha pengenal (QS.An-Nisa [4]: 35).
2. Tidak ada yang lebih disukai dari bisikan-bisikan mereka kecuali bisikanbisikan dari orang yang
menyuruh manusia memberi sedekah atau mengambil ma'ruf atau melakukan kerjasama antara sesama
manusia Dan barangsiapa yang melakukan demikian karena mencari keridhaan, maka Allah kelak akan
meminta persetujuan pahala yang besar (QS.An- Nisa [4]: 114).
3. Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak adil dari penilaian, maka tidak mungkin
agi yang mengatur perdamaian yang sebenar- benarnya. Dan perdamaian itu menurut tabiatnya adalah
kikir. Dan jika kamu menggauli dirimu dan nusjuz dan sikap tidak acuh, maka sesungguhnya Allah
adalah maha mengetahe apa yang kamu kerjakan (AS.An-Nisa [4): 128
Pembentukan Badan Arbitrase Syariah di Indoensia
Kalangan ulama dan tokoh Surat Keputusan Dewan
cendikiawan Muslim Indonesia,
Pimpinan MUI No.392 / MUIV /
dimotori oleh Dewan Pimpinan
1992 tanggal 4 Mei 1992 tentang
Majelis Ulama Indonesia (MUI)
kelompok Kerja Pembentukan
berkumpul membuat Lembaga Tanggal 2 Mei 1992 diadakan
Arbitrase pada tanggal 22 April 1992
Badan Arbitrase Hukum Islam
rapat lanjutan dengan peserta
yang sama ditambah Bank
Muamalat Indonesia (BMI)
Dalam rapat kerja MUI se-
Indonesia pada tanggal 24-27
November 1992, rencana
pembentukan arbitrase syariah
ditempatkan sebagai agenda
Kemudian berdasarkan keputusan Rapat Dewan tanggal 21 Oktober 1993 utama
Pimpinan Majelis Ulama Indonesia No: Kep-09 Badan Arbitrase Muamalat
/ MUI / XII / 2003 tanggal 24 Desember 2003 Indonesia (BAMUI) secara
nama Badan Arbitrase Muamalat diubah resmi didirikan
menjadi Badan Arbitrase Syariah Nasional
(BASYARNAS) yang kedudukannya tetap tanggal 21 Oktober 1993
diakses oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Badan Arbitrase Muamalat
Indonesia (BAMUI) secara
resmi didirikan
Prosedur Badan Arbitrase Syariah
Indonesia
BAB I BAB II

YURISDIKSI (KEWENANGAN) ◦ PERMOHONAN PERTAMA: PENGAJUAN


PERMOHONAN
◦ PERHITUNGAN TENGGANG WAKTU

BAB III

PENETAPAN ARBITER TUNGGAL ATAU


ARBITER MAJELIS
BAB IV BAB VI

◦ ACARA PEMERIKSAAN ◦ PUTUSAN PENGAMBILAN PUTUSAN


◦ TEMPAT KEDUDUKAN ARBITER ◦ INTERPRETASI PUTUSAN
TUNGGAL ATAU ARBITER MAJELIS
◦ PERBAIKAN PUTUSAN
TEMPAT KEDUDUKAN ARBITER
◦ PUTUSAN TAMBAHAN (ADDITIONAL
◦ BAHASA
AWARD)
◦ PERDAMAIAN
◦ PEMBATALAN PUTUSAN
◦ PEMBUKTIAN DAN SAKSI/AHLI

BAB V

◦ BERAKHIRNYA PEMERIKSAAN
◦ GUGURNYA HAK MEMBANTAH
LEMBAGA
PERADILAN
SYARIAH (QADHA)
Secara terminologi, istilah Peradilan pada hakikatnya
qadha dapat diartikan merupakan suatu
Qadha secara lembaga/institusi yang
sebagai lembaga/institusi
harfiah berarti
peradilan yang bertugas berfungsi untuk menegakkan
memutuskan
atau menetapkan untuk menyampaikan hukum dalam menyelesaikan
keputusan hukum yang perkara berdasarkan hokum-
bersifat mengikat. hukum syara’.

Tujuan dari penegakkan hukum adalah untuk menciptaka keadilan


dan kebenaran merupakan suatu nilai-nilai kemanusiaan yang semata-
mata hanya dapat berwujud ditengah kehidupan umat manusia
apabila hukum-hukum syara’ diberlakukan
Dasar Hukum
◦ Surat Al-Baqarah ayat 213
◦ Surat Ali Imran Ayat 23
◦ Surat Al Maidah Ayat 48
◦ Surat Al Maidah Ayat 49
◦ Surat Al-Anam Ayat 57
Macam-macam Qadhi
Qadhi khusumat, adalah Qadhi hisbah, adalah aparat Qadhi mudzalim, adalah hakim
hakim yang berwenang penegak hukum (hakim) yang yang diberi kewenangan untuk
menyelesaikan sengketa diberi kewenangan untuk menyelesaikan sengketa yang
(khusumat) yang terjadi di menyelesaikan masalah- terjadi antara rakyat dengan
masyarakat umum, baik masalah atau pelanggaran penguasa yang dzalim.
dalam perkara muamalat ringan yang menurut sifatnya Kewenangan yang dimiliki oleh
maupun ‘uqubat tidak memerlukan proses lembaga ini adalah
peradilan untuk menyelesaikan kasus-kasus
menyelesaikannya pelanggaran hukum yang
dilakukan oleh pejabat
pemerintah yang kebijakannya
mendzalimi rakayat.
Ketentuan Dasar Penyelesaian Sengketa
di Peradilan
1. Pengajuan Dakwaan/Tuntutan 2. Pembuktian
Dakwaan berasal dari kata da’waa Ada beberapa macam yang dapat
yang berarti “tuntutan.” Pihak yang dijadikan sebagai alat pembuktian
menuntut hak disebut pendakwa (al-bayyinat), yaitu:
(mudda’i). Sedangkan pihak lain a. Pengakuan (Ikrar)
yang dituntut disebut terdakwa
(mudda’a alaih). Suatu dakwaan b. Sumpah
tidak akan diakui kebenarannya c. Kesaksian
sebelum yang bersangkutan mampu d. Dokumen tertulis
emmbuktikan tuntutannya.
THANK YOU!
ANY QUESTIONS?

Anda mungkin juga menyukai