Anda di halaman 1dari 48

KORDINASI DAN SUPERVISI

PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI DAN


MEKANISME SERTA
TINDAK LANJUT HASIL SUPERVISI

DKI Jakarta, 24 Mei 2023


Disampaikan Pada Kegiatan Rapat Kerja Teknis
(RAKERNIS) Fungsi Tindak Pidana Korupsi
Bareskrim Polri Tahun 2023

Didik Agung Widjanarko


Deputi Bidang Koordinasi dan Supervisi KPK
Pasal 3 UU Nomor 30 Tahun 2002
KPK adalah Lembaga Negara yang
dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya bersifat
“INDEPENDEN dan BEBAS” dari
pengaruh kekuasaan manapun
Pasal 3 UU Nomor 19 Tahun 2019
KPK adalah Lembaga Negara dalam
rumpun kekuasaan eksekutif yang
dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya bersifat “INDEPENDEN
dan BEBAS” dari pengaruh kekuasaan
manapun
TUGAS dan WEWENANG KPK
(UU Nomor 30 Tahun 2002)
Pasal 6a Pasal 6b Pasal 6c Pasal 6d Pasal 6e
Koordinasi dengan instansi yang Supervisi terhadap instansi yang Melakukan penyelidikan, penyidikan, Melakukan tindakan-tindakan Melakukan monitor teradap
berwenang melakukan berwenang melakukanPemberantasan dan penuntutan terhadap tindak pidana penyelenggaraan pemerintahan
TUGAS

pencegahan tindak pidana korupsi


pemberantasan Tindak Pidana Tindak Pidana Korupsi dan Instansi korupsi negara
Korupsi

Koordinasi Supervisi Penindakan Pencegahan Monitor


Pasal 8 Pasal 11 Pasal 13 Pasal 14
Pasal 7

1) dalam melaksanakan
tugas supervisi, KPK
WEWENAN

a. mengoordinasikan berwenang melakukan a. melakukan pengkajian


penyelidikan, penyidikan, pengawasan, penelitian, a. melakukan pendaftaran dan
KPK berwenang melakukan terhadap sistem
dan penuntutan Tindak pemeriksaan terhadap
G

atau penelaahan penyelidikan, penyidikan dan pengelolaan administrasi di


Pidana Korupsi; terhadap instansi yang laporan harta kekayaan
penuntutan tindak pidana semua lembaga negara dan
b. menetapkan sistem menjalankan tugas dan penyelenggaranegara
korupsi yang: pemerintah;
pelaporan dalam kegiatan wewenangnya yang (LHKPN);
a. melibatkan Aparat Penegak b. memberi saran kepada
Pemberantasan Tindak berkaitan dengan b. menerima laporan dan
Hukum, Penyelenggara pimpinan lembaga negara
Pidana Korupsi; pemberantasan Tindak menetapkan status gratifikasi;
Negara, dan orang lain yang c. menyelenggarakan program dan pemerintah untuk
c. meminta informasi tentang Pidana Korupsi dan ada kaitannya dengan melakukan perubahan jika
kegiatan Pemberantasan instansi yang dalam pendidikan antikorupsi pada
Tindak Pidana Korupsi yang berdasarkan hasil
Tindak Pidana Korupsi melaksanakan pelayanan setiap jenjang pendidikan;
dilakukan oleh aparat pengkajian, sistem
kepada instansi yang
publik; d. merancang dan mendorong
terkait; penegak hukum / pengelolaan administrasi
2) Dalam melaksanakan terlaksananya program
d. melaksanakan dengar Penyelenggara Negara; sosialisasi Pemberantasan tersebut berpotensi korupsi;
wewenang b. mendapat perhatian yang c. melaporkan kepada
pendapat atau pertemuan Tindak Pidana Korupsi;
sebagaiamana dimaksud meresahkan masyarakat Presiden Republik
dengan instansi yang e. melakukan kampanye anti
berwenang dalam
pada ayat (1), KPK dan/atau Indonesia, Dewan
berwenang juga korupsi kepada masyarakat
melakukann c. menyangkut kerugian Perwakilan Rakyat Republik
mengambil alih umum;
Pemberantasan Tindak negara paling sedikit Rp Indonesia, dan Badan
penyidikan atau f. melakukan kerja sama
Pidana Korupsi; dan 1.000.000.000,00 (satu Pemeriksa Keuangan, jika
bilateral atau multilateral
e. meminta laporan instansi penuntututan terhadap milyar rupiah). saran KPK mengenai
pelaku tindak pidana dalam Pemberantasan Tindak
terkait mengenai Pidana Korupsi usulan perubahan tidak
pencegahan tidak Tindak korupsi yang sedang dilaksanakan
Pidana Korupsi. dilakukan oleh Kepolisian
TUGAS dan WEWENANG KPK
(UU Nomor 19 Tahun 2019)
Pasal 6a Pasal 6b Pasal 6c Pasal 6d Pasal 6e Pasal 6f
Tindakan-tindakan pencegahan Koordinasi dengan instansi yg Monitor terhadap Supervisi terhadap instansi yg Penyelidikan, penyidikan, dan Tindakan untuk melaksanakan
sehingga tidak terjadi Tindak berwenang melaksanakan penyelenggaraan pemerintah berwenang melaksanakan penuntutan terhadap Tindak penetapan hakim dan putusan
TUGAS

Pidana Korupsi Pemberantasan Tindak Pidana negara pemberantasan tindak pidana Pidana Korupsi pengadilan yg memperoleh
Korupsi dan Instansi
korupsi kekuatan hukum tetap

Pencegahan Koordinasi Monitor Supervisi Penindakan Eksekusi


Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 13

a. melibatkan aparat
a. melakukan pengkajian penegak hukum,
a. melakukan pendaftaran a. mengoordinasikan terhadap sistem
dan pemeriksaan terhadap penyelidikan, penyidikan, Penyelenggara
Dalan melaksanakan
WEWENAN

dan penuntutan dalam


pengelolaan administrasi Dalam melaksanakan Negara, dan orang lain
laporan harta kekayaan di semua lembaga tugas untuk
Pemberantasan Tindak tugas supervisi, KPK yang ada kaitannya
penyelenggaranegara negara dan lembaga melaksanakan
G

(LHKPN);
Pidana Korupsi; pemerintahan; berwenang melakukan dengan Tindak Pidana
b. menerima laporan dan
b. menetapkan sistem b. memberi saran kepada pengawasan, Korupsi yang dilakukan penetapan hakim dan
pelaporan dalam kegiatan putusan pengadilan,
menetapkan status pimpinan lembaga penelitian, atau oleh aparat penegak
Pemberantasan Tindak
gratifikasi; Pidana Korupsi;
negara dan lembaga penelaahan terhadap hukum / KPK berwenang
c. menyelenggarakan pemerintahan untuk melakukan tindakan
c. meminta informasi tentang melakukan perubahan
instansi yang Penyelenggara
program pendidikan kegiatan Pemberantasan menjalankan tugas dan Negara; dan/ atau hukum yang diperlukan
jika berdasarkan hasil
antikorupsi pada setiap Tindak Pidana Korupsi b. menyangkut kerugian dan dapat
pengkajian, sistem wewenangnya yang
jejaring pendidikan; kepada instansi yang pengelolaan administrasi negara paling sedikit dipertanggungiawabka
d. merencanakan dan terkait; berkaitan dengan
tersebut berpotensi
Pemberantasan Tindak Rp 1.000.000.000,00 n sesuai dengan isi
melaksanakan program d. melaksanakan dengar menyebabkan terjadinya
pendapat atau pertemuan Pidana Korupsi (satu milyar rupiah). dari penetapan hakim
sosialisasi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
Tindak Pidana Korupsi; dengan instansi yang c. dalam hal tindak atau putusan
dan
e. melakukan kampanye anti berwenang dalam c. melaporkan kepada
pidana korupsi tidak pengadilan
melakukan Pemberantasan memenuhi ketentuan,
korupsi kepada Presiden Republik
Tindak Pidana Korupsi; dan Indonesia, Dewan KPK wajib
masyarakat; dan
e. meminta laporan kepada
f. melakukan kerja sama Perwakilan Ralryat menyerahkan lid,dik,tut
instansi berwenang Republik Indonesia, dan
bilateral atau multilateral mengenai upaya kepada Kepolisian
Dlm Pemberantasan Badan Pemeriksa dan/atau kejaksaan
pencegahan sehingga tidak Keuangan, jika saran
Tindak Pidana Korupsi terjadi Tindak Pidana d. KPK melakukan
KPK mengenai usulan
Korupsi. perubahan tidak supervisi terhadap lid,
KPK DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

Penjelasan Umum UU Nomor 30 Tahun 2002


TRISULA PEMBERANTASAN KORUPSI
KPK dapat menyusun jaringan kerja
(Networking) yang kuat dan memperlakukan
A
institusi yang telah ada sebagai
“counterpartner” yang kondusif sehingga
pemberantasan korupsi dapat dilaksanakan
secara efisien dan efektif KPK tidak memonopoli tugas dan
B wewenang penyelidikan, penyidikan dan
penuntutan

KPK berfungsi sebagai pemicu dan


pemberdayaan institusi yang telah ada
dalam pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi trigger mechanism
C
KPK berfungsi untuk melakukan supervisi dan
memantau institusi yang telah ada, dan dalam keadaan

D
tertentun dapat mengambil alih tugas dan wewenang
penyelidikan, penyidikan dan penuntutan (superbody)
yang sedang dilaksanakan oleh Kepolisian dan atau
Kejaksaan
KPK DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

Penjelasan Umum UU Nomor 19 Tahun 2019


TRISULA PEMBERANTASAN KORUPSI
KPK sebagai satu kesatuan aparatur lembaga pemerintahan yang bersama-sama
dengan Kepolisian dan/atau Kejaksaan melakukan upaya terpadu dan terstruktur
dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi
A
KPK menyusun jaringan kerja (Networking) yang kuat dan memperlakukan

B institusi yang telah ada sebagai “counterpartner” yang kondusif sehingga


pencegahan dan pemberantasan korupsi dapat dilaksanakan lebih efektif,
efisien, terkoordinasi dan sesuai dengan ketentuan umum yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan

KPK mengurangi ketimpangan hubungan antar kelembagaan penegakan


hukum dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi, dengan
tidak memonopoli dan menyelisihi tugas dan wewenang penyelidikan, C
penyidikan dan penuntutan; dan

D KPK melakukan kerjasama, supervisi dan memantau institusi yang telah


ada dalam upaya bersama melakukan pencegahan dan pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi
STRATEGI TRISULA PEMBERANTASAN KORUPSI

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dilaksanakan KPK


dengan 3 (tiga) pendekatan, yaitu :

Pendekatan Pendidikan Masyarakat


(Public Education Approach)

Pendekatan Pencegahan
(Preventif Approach)

Pendekatan Penindakan
(Law Enforcement Approach)
STRATEGI TRISULA PEMBERANTASAN KORUPSI

MENYASAR kepada 3 (TIGA) SASARAN, antara lain:


1. JEJARING PENDIDIKAN FORMAL dan INFORMAL MULAI DARI TAMAN
KANAK-KANAK SAMPAI PERGURUAN TINGGI,
PENDEKATAN 2. PENYELENGGARA NEGARA dan PARTAI POLITIK, dan
PENDIDIKAN 3. BAdan USAHA MILIK NEGARA (BUMN)/BAdan USAHA MILIK DAERAH (BUMD),
MASYARAKAT dan SWASTA.
PENDEKATAN INI, AKAN MEMPENGARUHI MINDSET dan CULTURE-SET
SEGENAP ELEMEN BANGSA  ORANG TIDAK INGIN KORUPSI

KORUPSI ITU JUGA MUNCUL DISEBABKAN OLEH KARENA SISTEM (BY SYSTEM
CORRUPTION) CORRUPTION BECAUSE OF FAIL, BAD AND WEAK SYSTEM).
PENDEKATAN DENGAN SASARAN adanya PERBAIKAN, PENGUATAN dan KOREKSI SISTEM yang
PENCEGAHAN ADA serta PEMBANGUNAN BARU.
PENDEKATAN INI, AKAN MEMPENGARUHI dan BERKEINGINAN HILANGNYA
KESEMPATAN serta PELUANG MELAKUKAN KORUPSI SETELAH DILAKUKANYA
PERBAIKAN SISTEM.

DENGAN PENEGAKAN HUKUM yang TEGAS dan EFEKTIF SEHINGGA


MENIMBULKAN KESADARAN UNTUK TAAT dan PATUH pada HUKUM BUKAN
PENDEKATAN HANYA SEKEDAR MEMBUAT RASA TAKUT AKAN SANKSI yang BERAT. JIKA
PENINDAKAN HANYA MENIMBULKAN RASA TAKUT, MAKA PARA KORUPTOR AKAN
MELAKUKAN INOVASI dan BERKREASI UNTUK MENEMUKAN CARA-CARA
MODUS OPERASI SUPAYA TIDAK TERTANGKAP.
STRUKTUR ORGANISASI KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
BERDASARKAN UU RI NOMOR 30 TAHUN 2002
PERKOM NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG ORTAKA KPK

PIMPINAN

SEKRETARIAT
JENDERAL
TIM PENASIHAT

TIM JURU KELOMPOK


SEKRETARIAT
BICARA KERJA STRATEGIS
PIMPINAN
PIMPINAN

KEDEPUTIAN BIDANG
KEDEPUTIAN BIDANG KEDEPUTIAN BIDANG KEDEPUTIAN BIDANG
PENGAWASAN INTERNAL DAN
PENCEGAHAN PENINDAKAN INFORMASI DAN DATA
PENGADUAN MASYARAKAT BIRO
PERENCANAAN
DIREKTORAT DIREKTORAT DAN KEUANGAN
PENDAFTARAN DAN DIREKTORAT DIREKTORAT
PENYELIDIKAN PENGAWASAN
PELAPORAN LHKPN PENGOLAHAN INTERNAL
INFORMASI DAN DATA
BIRO UMUM
DIREKTORAT GRATIFIKASI
DIREKTORAT PENYIDIKAN
DIREKTORAT
DIREKTORAT DIREKTORAT MONITOR PENGADUAN
PENDIDIKAN DAN MASYARAKAT BIRO SUMBER
DIREKTORAT
PELAYANAN DAYA MANUSIA
PENUNTUTAN
MASYARAKAT DIREKTORAT
PEMBINAAN JARINGAN
DIREKTORAT PENELITIAN UNIT KERJA PELACAKAN KERJA ANTAR KOMISI
DAN PENGEMBANGAN ASET, PENGELOLAAN DAN INSTANSI BIRO HUKUM
BARANG BUKTI, DAN
UNIT KERJA PUSAT EKSEKUSI
EDUKASI ANTIKORUPSI
BIRO HUBUNGAN
MASYARAKAT
UNIT KERJA KOORDINASI
WILAYAH I - IX
STRUKTUR ORGANISASI KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
BERDASARKAN UU RI NOMOR 19 TAHUN 2019

PERKOM NOMOR 7 TAHUN 2020 TENTANG ORTAKA KPK


STUKTUR ORGANISASI KPK
STRUKTUR ORGANISASI KOMISI
PEMBERANTASAN KORUPSI Pimpinan
Dewan Pengawas
PERKOM NOMOR 7 TAHUN 2020
TENTANG ORTAKA KPK
Staf Khusus

Pimpinan yang mengampu Sekretariat


Dewan Pengawas
Deputi Bidang Koorsup :
1. Nawawi Pamolango Deputi Bidang
Deputi Bidang Deputi Bidang Deputi Bidang
2. Johanis Tanak Pendidikan dan
Peran Serta
Pencegahan dan Koordinasi dan Penindakan dan
Deputi Bidang
Informasi dan Data
Monitoring Supervisi Eksekusi
Masyarakat
KOORDINASI dan
SUPERVISI
PEMBAGIAN WILAYAH TUGAS

Wilayah I Wilayah II Wilayah III Wilayah IV Wilayah V

Aceh Jawa Tengah Kalimantan Timur


Sumatera Selatan Bali
Kalimantan Utara
Sumatera Utara Lampung DI Yogyakarta Nusa Tenggara
Sulawesi Utara
Jambi Bangka Belitung Jawa Timur Gorontalo Barat
Kepulauan Riau DKI Jakarta Kalimantan Selatan Sulawesi Selatan Nusa Tenggara
Riau Kalimantan Barat Sulawesi Barat Timur Maluku
Jawa Barat
Sumatera Barat Kalimantan Tengah Sulawesi Tengah Maluku Utara
Banten Sulawesi Tenggara Papua Barat
Bengkulu
Papua
DEPUTI BIDANG KOORDINASI DAN SUPERVISI

DEPUTI: DIDIK AGUNG WIDJANARKO

Dit. Wil. I Dit. Wil. II Dit. Wil. III Dit. Wil. IV Dit. Wil. V
Direktur : Edi Suryanto Direktur : Yudhiawan Direktur : Bahtiar Ujang.P Direktur : Ely Direktur : Budi Waluya
Kusumastuti
Kejaksaan Agung Bareskrim Polri Kalimantan Timur Bali
Aceh
Sumatera Selatan Kalimantan Barat Kalimantan Utara Nusa Tenggara Barat
Sumatera Utara
Lampung Kalimantan Tengah Sulawesi Utara Nusa Tenggara Timur
Sumatera Barat
Kep. Bangka Kalimantan Selatan Gorontalo Maluku
Riau
Belitung Jawa Tengah Sulawesi Barat Maluku Utara
Kepulauan Riau
Banten DI Yogyakarta Sulawesi Selatan Papua
Jambi
DKI Jakarta Jawa Timur Sulawesi Tengah Papua Barat
Bengkulu
Jawa Barat Sulawesi Tenggara
KOORDINASI

(Pasal 6 huruf b) Pasal 8:


mengoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan
KPK bertugas melakukan: a penuntutan Dlm Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
Koordinasi dengan instansi yang
berwenang melaksanakan Pemberantasan menetapkan sistem pelaporan Dlm kegiatan
Tindak Pidana Korupsi dan b Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
instansi yang bertugas melaksanakan
pelayanan publik
meminta informasi tentang kegiatanPemberantasan Tindak
c Pidana Korupsi kepada instansi yang terkait;

melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan


d instansi yang berwenang dalam melakukanPemberantasan
Tindak Pidana Korupsi; dan
meminta laporan kepada instansi berwenang mengenai
e upaya pencegahan sehingga tidak terjadiTindak Pidana
Korupsi.
KOORDINASI

8 AREA MONITORING PENINGKATAN


TATA KELOLA PEMERINTAH DAERAH

Perencanaan dan Pengadaan Pelayanan Peningkatan


Penganggaran Barang Terpadu Kapabilitas
APBD dan Jasa Satu Pintu APIP

Manajeman Tata Kelola Optimalisasi Manajemen


ASN dana Pendapatan Aset
Desa Daerah Daerah
KOORDINASI

6 AREA PENINGKATAN EFEKTIVITAS


PENANGANAN PERKARA TPK

Koordinasi Peningkatan Supervisi


Penanganan Perkara Kepatuhan Penanganan Perkara TPK
TPK Pelaporan SPDP

Perbantuan dan Fasilitasi Pengambilalihan Penguatan Kapabilitas


Penanganan Perkara Penanganan Perkara TPK APH dan APIP
KOORDINASI APH

Koordinasi sebagaimana dimaksud Pasal 8 huruf a


UU Nomor 19 Tahun 2019, dilaksanakan terkait:

a. Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) dan perkembangan


penanganan perkara;
b. Laporan masyarakat terkait penanganan dugaan tindak pidana korupsi;
c. Penyerahan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan perkara dari KPK
Republik Indonesia kepada Kepolisian RepubIik Indonesia dan/atau Kejaksaan
Republik Indonesia;
d. Hasil penyidikan yang mengalami hambatan terkait pemenuhan petunjuk Jaksa
Penuntut Umum.
KOORDINASI APH

Koordinasi Penanganan Perkara Tindak Pidana


Korupsi, dapat dilaksanakan melalui:

a. Pemantauan SPDP Online;


Untuk mendorong kepatuhan pengisian data pada SPDP Online:
 KPK menyediakan panduan teknis pengisian data yang dapat diunduh di
SPDP Online;
 KPK menyelenggarakan bimbingan teknis pengisian data pada SPDP Online
b. Permintaan informasi atau penjelesan terkait penanganan perkara TPK melalui
Surat Dinas dengan lampiran checklist; dan
c. Permintaan dengar pendapat atau pertemuan terkait penanganan perkara TPK
melalui daring, luring, hybrid;
KOORDINASI APH

Koordinasi terhadap Penyidikan Yang Mengalami


Hambatan :

a. Penyidikan perkara yang lebih dari 1 (satu) tahun;


b. Penyidikan yang mengalami kendala perhitungan kerugian keuangan negera
(PKKN) atau perekonomian negara;
c. Penyidikan yang mengalami kendala dalam penetapan tersangka;
d. Pengembalian berkas perkara (P-19) sebanyak 2 (dua) kali atau lebih dari
Jaksa Penuntut Umum yang melakukan penelitian berkas perkara;
e. Penyidikan telah dinyatakan lengkap (P-21), namun belum dilakukan
penyerahan tersangka dan barang bukti (tahap 2); atau
f. Adanya hambatan/ kendala dalam proses penyidikan, baik teknis maupun non
teknis;
KOORDINASI => PERBANTUAN

Perbantuan Penanganan Perkara, Guna Mendukung Optimalisasi dan


Percepatan Penanganan Perkara Tindak Pidana Korupsi

a. bantuan menghadirkan ahli, saksi, tersangka atau terdakwa yg terkait dengan perkara
yang ditangani;
b. pemeriksaan lokasi atau objek tindak pidana;
c. pencarian orang yg masuk Daftar Pencarian Orang (DPO);
d. pelacakan aset;
e. rekonstruksi perkara;
f. forensik digital;
g. peminjaman barang bukti dan/atau salinan dokumennya;
h. penyediaan tempat pemeriksaan;
i. penyediaan tempat penahanan;
j. penyediaan tempat penyimpanan benda sitaan dan barang rampasan; dan/atau
k. penyediaan data Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN).
SUPERVISI
Pasal 6d Supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan Pemberantasan Tindak
UU 19/ 2019 Pidana Korupsi

1. Dalam melaksanakan tugas supervisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf d, KPK
berwenang melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan terhadap instansi yang
Pasal 10 menjalankan tugas dan wewenangnya yang berkaitan dengan Pemberantasan Tindak Pidana
UU 19/ 2019 Korupsi.
2. Ketentuan mengenai pelaksanaan tugas supervisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Presiden.

Dalam melaksanakan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, KPK


Pasal 10 A berwenang mengambil alih penyidikan dan/ atau penuntutan terhadap pelaku Tindak
UU 19/ 2019 Pidana Korupsi yang sedang dilakukan oleh Kepolisian atau Kejaksaan

Pengawasan Penelitian Penelaahan


a. menelaah pelaksanaan
a. meminta kronologis penanganan a. meneliti pelaksanaan hasil pengawasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat hasil penelitian dan
perkara Tindak Pidana Korupsi;
b. meminta laporan perkembangan (5); rekomendasi; dan/atau
penanganan Tindak Pidana Korupsi, b. memberikan arahan dalam pelaksanaan hasil b. melakukan gelar perkara
Perpres RI baik secara periodik maupun sewaktu- pengawasan; terhadap hasil
c. melakukan rapat mengenai perkembangan pengawasan dan laporan
Nomor 102 waktu sesuai dengan kebutuhan;
penanganan perkara bersama perwakilan dari
dan/atau hasil penelitian di instansi
Tahun 2020 c. melakukan gelar perkara bersama Kepolisian Negara Republik Indonesia atau
yang berwenang
terkait dengan perkembangan perwakilan dari Kejaksaan Republik Indonesia
dengan hasil berupa kesimpulan dan melaksanakan
penanganan Tindak Pidana Korupsi di
rekomendasi; dan/atau Pemberantasan Tindak
tempat instansi yang menangani
perkara tersebut atau tempat lain yang d. melakukan gelar perkara bersama terkait Pidana Korupsi yang
disepakati. dengan perkembangan penanganan perkara sedang di Supervisi.
Tindak Pidana Korupsi.
SUPERVISI

Pasal 11 ayat (1) Pasal 11 ayat (2) Pasal 11 ayat (3)


UU 19/ 2019 UU 19/ 2019 UU 19/ 2019

KPK berwenang melakukan


penyelidikan, penyidikan dan penuntutan
terhadap tindak pidana korupsi yang: Dalam hal TPK tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud KPK melakukan supervisi
a. Melibatkan APH, PN, dan orang lain pada ayat (1), KPK wajib terhadap penyelidikan,
yang ada kaitannya dg TPK yang menyerahkan penyelidikan, penyidikan dan/atau
dilakukan oleh APH atau PN; penyidikan, dan penuntutan penuntutan sebagaimana
dan/atau kepada Kepolisian dan/atau dimaksud pada ayat (2)
b. Menyangkut kerugian negara paling Kejaksaan
sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah)
Kriteria Perkara Supervisi

Perpim KPK Nomor 1 Tahun 2021

1. Instansi yang berwenang dalam melakukan pemberantasan Tipikor tidak


melaporkan SPDP kepada KPK;
2. Adanya permintaan dari Instansi yang berwenang dalam melakukan
pemberantasan Tipikor;
3. Adanya Kerugian Negara yang besar;
4. Adanya pengaduan bahwa laporan Tipikor tidak ditindaklanjuti, dengan alasan:
1) Sprint Penyidikan telah diterbitkan lebih dari 1 (satu) tahun;
2) P-19 sebanyak minimal 2 (dua) kali
5. Dugaan penanganan perkara untuk melindungi pelaku sesungguhnya;
6. Dugaan penanganan perkara mengandung unsur tindak pidana korupsi
7. Adanya campur tangan eksekutif, yudikatif, atau legislative;
PELAKSANAAN SUPERVISI
BERDASARKAN PERPRES RI NOMOR 102/ 2020

KPK DAPAT membawa Pasal 2 ayat (3)


AHLI dan PERWAKILAN Dalam hal pelaksanaan supervisi membutuhkan
POLRI dan/atau PENGHITUNGAN KERUGIAN NEGARA, KPK
KEJAKSAAN AGUNG RI DAPAT mengikut sertakan instansi berwenang
dalam pelaksanaan bersama instansi terkait sesuai dengan tugas dan
supervisi fungsinya

Pasal 4 ayat (2)

Dalam pelaksanaan Supervisi, Tim KPK DAPAT


DIDAMPINGI oleh perwakilan dari BARESKRIM
POLRI dan/atau JAMPIDSUS KEJAKSAAN AGUNG
RI
PELAKSANAAN SUPERVISI
BERDASARKAN PERPRES RI NO. 102/2020

Segala biaya yang Pasal 10


ditimbulkan dalam Pendanaan Supervisi dibebankan
pelaksanaan supervisi pada Anggaran KPK
ditanggung oleh KPK

1. Penetapan Perkara Supervisi berdasarkan


Tahapan Supervisi SK Pimpinan KPK
2. Penyampaian SK Pimpinan KPK kepada
Pimpinan Polri / Kejaksaan RI (Pasal 4
ayat 2)
3. Pelaksanaan Supervisi
4. Teknis Pelaksanaan Supervisi diatur
dengan Perpim KPK Nomor 1 / 2021
Pelaksanaan Supervisi

1. PENGAWASAN
1. Meminta kronologis penanganan TPK;
2. Meminta laporan perkembangan
penangangan TPK;
3. Gelar Perkara Bersama di tempat
Instansi yang menangani perkara
tersebut atau tempat lain yang
disepakati yang dituangkan dalam
bentuk simpulan dan rekomendasi;
4. KPK harus memberikan fasilitasi sesuai
kebutuhan apabila diminta
(Pasal 6 Perpres Nomor 102 / 2020)
Pelaksanaan Supervisi

2. PENELITIAN 1. Meneliti hasil pengawasan;


2. Rapat Bersama perwakilan dari
Kepolisian atau Kejaksaan RI dengan
hasil berupa kesimpulan
rekomendasi;
3. Gelar Perkara Bersama terkait
dengan perkembangan penangangan
TPK yang dituangkan dalam bentuk
simpulan dan rekomendasi;
4. KPK harus memberikan fasilitasi
sesuai dengan kebutuhan apabila
diminta.
(Pasal 7 Perpres No.102/2020)
Pelaksanaan Supervisi

1.Menelahaan hasil Penelitian dan


3. PENELAHAAN
Rekomendasi
2.Gelar Perkara Bersama di tempat
Instansi yang menangani perkara
tersebut atau tempat lain yang
disepakati yang dituangkan
dalam bentuk simpulan dan
rekomendasi
3.KPK harus memberikan fasilitasi
sesuai kebutuhan apabila diminta
(Pasal 8 Perpres No.102/2020)
FASILITASI PENANGANAN PERKARA
YANG DITANGANI KEPOLISIAN DAN KEJAKSAAN

penyediaan bantuan menghadirkan pemeriksaan pencarian DPO pelacakan penyediaan


ahli saksi, tersangka atau lokasi atau aset data
terdakwa yg terkait objek tindak LHKPN
dengan perkara yg pidana
ditangani

forensik peminjaman penyediaan penyediaan penyediaan rekonstruksi


digital barang bukti tempat tempat tempat
perkara
dan/atau penahanan pemeriksaan penyimpanan
salinan benda sitaan
dokumennya dan barang
rampasan
Kriteria Pengambilalihan
Penanganan Perkara

Pasal 10A ayat (2) UU Nomor 19 Tahun 2019


1. Laporan masyarakat mengenai Tindak Pidana Korupsi tidak ditindaklanjuti
2. Proses penanganan Tindak Pidana Korupsi tanpa ada penyelesaian atau tertunda tanpa
alasan yang dapat dipertanggungjawabkan;
3. penanganan Tindak Pidana Korupsi ditujukan untuk melindungi pelaku Tindak Pidana
Korupsi yang sesungguhnya
4. penanganan Tindak Pidana Korupsi mengandung unsur Tindak Pidana Korupsi
5. hambatan penanganan Tindak Pidana Korupsi karena campur tangan dari pemegang
kekuasaan eksekutif, yudikatif, atau legislatif; atau
6. keadaan lain yang menurut pertimbangan kepolisian atau kejaksaan, penanganan tindak
pidana korupsi sulit dilaksanakan secara baik dan dapat dipertanggungjawabkan

 Dalam hal KPK mengambil alih penyidikan dan/atau penuntutan, kepolisian dan/atau kejaksaan
wajib menyerahkan tersangka dan seluruh berkas perkara beserta alat bukti dan dokumen lain
yang diperlukan paling lama 14 (empat belas) hari kerja, terhitung sejak tanggal permintaan KPK

 Penyerahan dilakukan dengan membuat dan menandatangani Berita Acara Penyerahan sehingga
segala tugas dan kewenangan kepolisian dan/atau kejaksaan pada saat penyerahan tersebut
beralih kepada KPK
PENGAMBILALIHAN PERKARA
PASAL 9 PERPRES 102 / 2020

01. 02. 03. 04.

KPK berwenang KPK memberitahukan Penyerahan tersangka Penyerahan dilakukan


mengambil alih perkara kepada penyidik dan/atau dan/atau terdakwa dan dengan membuat dan
TPK yang sedang Penuntut umum yang seluruh berkas perkara menandatangani berita
ditangani oleh Polri dan/ menangani perkara TPK beserta alat bukti dan acara penyerahan
atau Kejaksaan RI. dokumen lain yang
diperlukan paling lama 14
Hari, sejak permintaan.
KOORDINASI PERBANTUAN

SUPERVISI FASILITASI

KRITERIA PENGAMBILALIHAN
PERKARA TPK
Pasal 10A (UU 19/2019)

1. Laporan Masyarakat mengenai Tipikor tidak ditindaklanjuti


2. Proses penanganan Tipikor tanpa ada penyelesaian atau tertunda
• Percepatan
tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan; Penanganan PROFESIONAL
3. Penanganan Tipikor ditujukan untuk melindungi pelaku Tipikor yang Tipikor
• Tidak Ada
sesungguhnya
Intervensi BERINTEGRITAS
4. Penanganan Tipikor mengandung unsur Tipikor • Tidak ada
5. Hambatan penanganan Tindak Pidana Korupsi karena campur hambatan
tangan dari pemegang kekuasaan eksekutif, yudikatif, atau legislatif;
atau
6. keadaan lain yang menurut pertimbangan kepolisian atau kejaksaan,
penanganan tindak pidana korupsi sulit dilaksanakan secara baik
dan dapat dipertanggungjawabkan

PENYIDIK
PENUNTUT
SINERGITAS APH
DALAM RANGKA PERCEPATAN
PENANGANAN PERKARA
Dasar hukum:
1. Undang-Undang RI Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 19 tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Undang Undang Nomor 30 tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
2. Nota Kesepahaman antara KPK RI, Kejaksaan RI dan Kepolisian Negara RI Nomor: 107
Tahun 2021, Nomor: 6 tahun 2021 dan Nomor: NK/17/V/2021 tanggal 20 Mei 2021
tentang Kerja Sama dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
3. Peraturan Presiden Nomor 102 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 102 Tahun
2020 tentang Pelaksanaan Supervisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;

Tertuang di dalam Pasal 13 Nota Kesepahaman:


Nota Kesepahaman ditindaklanjuti dengan menyusun Perjanjian Kerja Sama (PKS):
 PKS antara Deputi Bidang Koordinasi dan Supervisi KPK RI dengan Jaksa Agung
Muda Bidang Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Agung RI Nomor: 56 Tahun 2023;
Nomor: B-1/F/Fjp/02/2023 tanggal 8 Februari 2023 tentang Koordinasi dan
Supervisi Penanganan Perkara Tindak Pidana Korupsi;
 PKS antara Deputi Bidang Koordinasi dan Supervisi KPK RI dengan Kepala
Badan Reserse Kriminal Mabes Polri masih dalam proses pembahasan
(harmonisasi).
SINERGITAS APH
DALAM RANGKA PERCEPATAN PENANGANAN PERKARA

Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Deputi Bidang Koordinasi dan Supervisi KPK dengan
Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Agung
yang ditandatangani pada tanggal 8 Februari 2023 di Jakarta
SINERGITAS APH
DALAM RANGKA PERCEPATAN PENANGANAN PERKARA
Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Deputi Bidang Koordinasi dan Supervisi KPK dengan
Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri
sedang dalam proses harmonisasi
PERAN KOORSUP DALAM
MENDUKUNG TUGAS APH

Peningkatan Kapasitas melalui Peningkatan Kapasitas melalui


Pelatihan APH dan APIP di Sultra Pelatihan APH dan APIP di Kaltim

Rapat Dengar Pendapat bersama


Kejaksaan Tinggi Gorontalo
PERAN KOORSUP DALAM
FASILITASI BERSAMA APH

KPK Melakukan Rakor bersama


Kejati Gorontalo
PERAN KOORSUP DALAM
FASILITASI AHLI
Giat Gelar Perkara Bersama, Polda
Sultra dan Fasilitasi Ahli Konstruksi Giat Fasilitasi Ahli dengan
Polban dengan Polda Sulsel Kejaksaan Tinggi Sulawesi
Tengah
PERAN KOORSUP
PENANGKAPAN DPO

Tim Gabungan KPK dan Kejati


Lampung utk DPO an Alay

Tim Gabungan KPK dan Kejari


Pontianak Kalbar utk DPO
PERAN KOORSUP DALAM
SPDP ONLINE

Pelatihan SPDP Online


Kejati Sulsel

Pelatihan SPDP Online


Kejati Sulbar
PERAN KOORSUP DALAM
SPDP ONLINE

Pelatihan SPDP Online


Polda Sulbar

Pelatihan SPDP Online


Polda Sulteng
AGENDA TEMATIK
NO TEMATIK INSTANSI MITRA KOORDINASI PROGRESS

1 Penyelamatan Danau - Pemda. • Dilakukan upaya tahapan penyelamatan danau


Prioritas Nasional - Kementerian PUPR
- Kementerian ATR/BPN prioritas nasional di Danau Tondano, Danau
- Kejaksaan Agung Limboto, Danau Singkarak, Danau Maninjau
- Polri (menyusul Danau Toba, Danau Rawa Pening)
- Kementerian Koord.
Kemaritiman dan Investasi • Fokus pada pencatatan, legalisasi dan
- Kementerian LHK penertiban okupasi Danau
(termasukpengawasan proses pembebasan
lahan yg rawan Tipidkor)

2 Optimalisasi Tata Niaga - Pemda • Telah dilakukan kajian awal terkait potensi dan simpul
Sarang Burung Walet - Kementerian Pertanian permasalahan tata niaga sarang burung wallet
(Pajak) - Kementerian Keuangan • Telah dilaksanakan Rapat Koordinasi dengan pemangku
- Kementerian Dalam Negeri kepentingan untuk dilanjutkan dengan pelaksanaan renaksi
- Kementerian Perdagangan

3 Pendampingan persiapan - Kementerian ATR/BPN • Fokus pada sumber material galian C yang akan digunakan
pemindahan Ibukota - Kementerian PUPR dalam pembangunan infrastruktur IKN
Negara Nusantara - Kementerian PPN/Bappenas • Identifikasi sumber galian C untuk pembangunan
- Kementerian ESDM infrastruktur IKN 90% lebih berasal dari Sulawesi
- Kementerian Keuangan • Telah dilaksanakan koordinasi dengan Kementerian PUPR,
- Polri Otorita IKN untuk dibuatkan aturan terkait legalitas galian C
- Kejaksaan Agung yang akan digunakan untuk IKN
- Kementerian Dalam Negeri
- Pemda
AGENDA TEMATIK
NO TEMATIK INSTANSI MITRA KOORDINASI PROGRESS

4 Pinjaman PEN - Kementerian Dalam Negeri Upaya Pencegahan Korupsi dalam Pengajuan PEN, sbg contoh
- Kementerian Keuangan
- PT SMI 1. Pemprov Sulsel  Membatalkan pengajuan Pinjaman utk
Pembangunan Stadion Mattoangin Kab. Kolaka Timur  Membatalkan
Pinjaman mengingat belum ada kajian urgensi kebutuhan Pemda dan
pasca OTT Bupati Kolaka Timur (2021)
2. Kab. Konawe Utara  Membatalkan Pinjaman mengingat belum ada
kajian urgensi kebutuhan Pemda
3. Kab. Poso, Kab.Banggai Laut  Pemda diminta untuk dapat
menyiapkan kajian terkait rencana pinjaman tersebut sesuai dengan
kajian litbang KPK tahun 2020

5 Upaya Pencegahan - Sekretariat Wakil Presiden - Telah dilakukan kepada Pemda dan K/L terkait (Kementerian
Korupsi pada Program - Kementerian PPN/Bappenas PPN/Bappenas, BKKBN, Kemenkes, Kemensos dan
Penurunan Stunting - BKKBN
- Kementerian Kesehatan Kemendagri) untuk detail program mendukung stunting (K/L
- Kemen PUPR dengan anggaran tertinggi Kemensos: 23 T; Kemen PUPR:
- Kementerian Sosial 1,3 T; dan Kemenkes: 8,2 T)
- Kementerian Dalam Negeri - Sudah dilaksanakan pertemuan dengan Deputi Setwapres
dan akan disampaikan hasil rekomendasi untuk perbaikan
tata kelola:
AGENDA TEMATIK

Contoh lainnya
• Praktik Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada Masa
Pandemi Covid-19 di Provinsi Jawa Barat
• Stadion Kamal Junaedi - Jepara (Jawa Tengah)
• Pasar Turi - Surabaya (Jawa Timur)
• Piutang BPHTB - Kabupaten Pulang Pisau (Kalimantan Tengah)
• Melaksanakan kegiatan penyelamatan danau prioritas nasional
• Tematik Penyelesaian Permasalahan Aset P3D (Pemekaran
Wilayah) antara Kabupaten Bima dan Kota Bima di Wilayah
Provinsi NTB
KOLABORASI

PENCEGAHAN dan PENINDAKAN

Penguatan
APIP dan APH
1 Penertiban
Aset
2 Optimalisasi
Pajak
3 Penanganan
Pengaduan 4 Peningkatan
Integritas 5
Daerah Masyarakat Nasional

• Workshop APIP Koordinasi dan sinergi Koordinasi dan sinergi • Sistem Pengaduan • Peningkatan
• Pelatihan Bersama bersama instansi bersama instansi Masyarakat Terpadu kepatuhan pelaporan
APH berwenang terkait : berwenang terkait • Penerusan gratifikasi dan
• Penertiban/ • Optimalisasi Pajak Pengaduan LHKPN
Pemulihan Aset Daerah Masyarakat ke APH • Pembentukan Unit
Bermasalah • Penagihan Piutang Pengendalian
• Penertiban Pajak Daerah Gratifikasi (UPG)
Prasarana, Sarana,
dan Utilitas (PSU)
Sinergi dan Kolaborasi Memberantas
Korupsi
KPK (KPK)
Jln. Kuningan Persada Kav-4
Jakarta 12950
Pengaduan Dugaan Tindak
Pidana Korupsi:

Direktorat Pengaduan Masyarakat


Telp: (021) 2557 8300
PO BOX 575 Jakarta 10120
Faks: (021)2557 8333
Faks: (021) 5289 2454
 
SMS: 0855 8 575 575, 0811 959 575
Call Center: 198
Email: pengaduan@kpk.go.id
www.kpk.go.id

Informasi LHKPN:
Email : elhkpn@kpk.go.id
 
Informasi Gratifikasi:
Email: pelaporan.gratifikasi@kpk.go.id
 
Hubungan Masyarakat:
Email: informasi@kpk.go.id

Anda mungkin juga menyukai