MATERI 5
WOUND BED
P R E PA R AT I O N
pendekatan sistematis untuk manajemen luka dengan
mengidentifikasi dan menghilangkan hambatan penyembuhan.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti kegiatan belajar ini peserta dapat
memahami konsep dasar persiapan dasar luka
Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan belajar ini diharapkan peserta mampu :
• Menejalaskan definisi WBP
• Menjelaskan manajemen TIME
WOUND BED
PREPARATION (WBP)
• Wound bed preparation adalah upaya kompleks mendukung
penyembuhan luka mencakup penentuan penghambat
penyembuhan yang berpusat pada pasien, dan mengkoreksi
faktor lokal/sistemik yang menghambat penyembuhan luka
• Tujuan WBP adalah untuk menciptakan lingkungan yang
optimal sehingga mendukung proses penyembuhan, dimana
kondisi luka yang stabil adalah Moist (lembab)
9 10 1
infection/abnormal persistent
inflammation, deep infection, or persistent
inflammation
12
Select a dressing to match the appropriate Evaluate expected rate of wound healing Wound Therapies
wound and individual person
1
characteristics
E
Excudative wound ( Peningkatan eksudat
luka)
R
Red and bleeding wound (Luka granulasi
berwarna merah, namun mudah berdarah)
D
Debris in the wound (Jaringan debris pada
luka merupakan sumber makanan kuman)
S
Smell from the wound (Bau pada luka
dapat berasal dari bakteri atau jaringan
nekrosis
S
Size is bigger (Ukuran luka semakin
besar)
T
Temperature increassed (Peningkatan
temperatur jaringan sekitar luka)
O
Os/probes to or exposed bone (Tampak
bone exposed)
N
New areas of breakdown (Muncul
kerusakan baru diluar luka utama/awal)
E
Excudate,erithema, edema (Excudat
bertambah, ada kemerahan, dan bengkak)
Smell (Bau)
S
• Apabila pada luka terdapat 3 tanda NERDS,
cukup berikan dressing topikal antimikrobial
• Apabila pada luka terdapat 3 tanda
STONEES, lakukan perawatan secara
sistemik
• Persistent inflammation (noninfectious):
topical and/or systemic antiinflammatories
9. LAKUKAN
PEMILIHAN BALUTAN
Lakukan pemilihan balutan sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan tiap pasien sesuai kondisi lukanya
• Healable wounds: autolytic de ´bridement: alginates,
hydrogels, hydrocolloids, acrylics
• Critical colonization: silver, iodides, PHMB
• Inflamasi memanjang: antiinflammatory dressings
• menjaga kelembaban: foams, hydrofibers, alginates,
hydrocolloids, films, acrylics
• Nonhealable, maintenance wounds: chlorhexidine, povidone-
iodine
10. EVALUASI
PERKEMBANGAN
PERAWATAN LUKA
• Healable wounds harusnya mengecil sebesar
30% setelah 4 minggu dan sembuh setelah 12
minggu perawatan
11. WOUND THERAPIES
T I M E
inflamasi yang memanjang
slough dan warna luka terlalu kering
TISSUE
MANAGEMENT
MANAJEMEN
NEKROTIK
• Pertanda yang paling sering dari luka kronik
adalah munculnya jaringan nekrotik.
• Debridement dapat dilakukan pada luka dan
menurut penelitian bahwa akan mempercepat
proses penyembuhan luka.
INDIKASI
DEBRIDEMEN
• Menurut Baharestani konsekuensi jika tidak
dilakukan debridemen antara lain :
• Meningkatkan risiko infeksi
• Inflamasi yang terus - menerus
• Terbentuknya Absess
• Odour
• Tidak dapat mengkaji kedalaman luka
• Hilangnya nutrisi melalui exudate
• Menunda penyembuhan
DEBRIDEMEN
Available methods for debridement?
1 Debridemen Surgical
2 Mekanikal Debridemen
3 Autolisis Debridemen
4 Biological Debridemen
5 Sharp Debridemen
6 Enzymatic Debridemen
SURGICAL
DEBRIDEMENT
• Debridement menggunakan instrumen bedah seperti pisau
bedah dan forsep, dilakukan di ruang operasi atau di bangsal
• Melibatkan pengangkatan semua jaringan yang non viable dan
jaringan yang rusak sampai dasar luka yang sehat hingga luka
menjadi berdarah. sehingga hal ini menyebabkan respon
inflamasi dari luka yang merangsang penyembuhan.
MECHANICAL
DEBRIDEMEN
• Metode ini tidak secara spesifik menghilangkan hanya
jaringan nekrotik karena jaringan yang sehat pun dapat
terangkat dari permukaan luka.
• Contohnya dengan penggunaan kassa wet–to–dry
sehingga saat mengganti balutan dapat menggangkat
jaringan nekrotik.
• Namun metode ini dapat merusak jaringan sehat
sehingga memperlama proses penyembuhan luka
AUTOLYTIC
DEBRIDEMENT
• Proses ini prinsip alami pada luka yang secara selektif mengalami
proses liquefaction, separation dan penghancuran jaringan
nekrotik dan eschar dari jaringan yang sehat sebagai akibat dari
aktifitas macrophage dan endogenusproteolitik
• Hal ini tercapai hanya jika lingkungan luka lembab. Penggunaan
metode balutan oklusif, semi – oklusif dan balutan lembab yakni
mendukung aktifitas fagositosis dan pembentukan jaringan
granulasi.
AUTOLYTIC
DEBRIDEMENT
• Moisture vapour transmission rate (MVTR)
BIOLOGICAL
DEBRIDEMEN
• Merupakan upaya debridement secara biologis
menggunakan larva Maggot Debridement Therapy
(MDT)
• Larvae of Calliphoid flies of the species Phanecia
sericata (formerly known as Lucilia sericata)
• Prosedur ini dapat membersihkan jaringan nekrotik dan
infeksi tanpa rasa nyeri sekaligus desinfeksi dan
stimulasi penyembuhan luka
SHARP / EXCISION
• Sharp debridemen metode konservatif
(CSWD) meninggalkan lapisan tipis jaringan
nekrotik pada luka.
• Surgical debridement lebih agresif perlu
anaesthesia
• Tujuannya adalah untuk mengubah luka
kronik menjadi luka akut dengan eksisi total.
ENZYMATIC
DEBRIDEMENT
• Menggunakan bahan enzimatik yg di oleskan
secara topical dapat merangsang terlepasnya
jaringan non-viable.
• Proses Debridement lebih cepat dibandingkan
dengan Autolitik debridement.
TISSUE VIABILITY
DIFFERENTIATION
INFECTION &
INFLAMATION
CONTROL
TINGKATAN INFEKSI
PADA LUKA
1 KONTAMINASI
2 KOLONISASI
3 KRITIKAL KOLONISASI
4 INFEKSI
FACTOR
PENGONTROL
INFEKSI
Dari semua faktor yang mengendalikan infeksi, resistensi host
mungkin merupakan penentu yang paling penting dari infeksi luka
dan dipengaruhi oleh sejumlah faktor lokal dan sistemik yang
meliputi:
• Penyakit vaskular
• edema
• Diabetes mellitus
• Konsumsi alkohol
• Status gizi buruk
• Merokok
• Imunosupresi/penggunaan obat steroid
PRINSIP
PENANGANAN
INFEKSI
1 MENCUCI LUKA
MEMBUANG JARINGAN
2 MATI
MEMILIH BALUTAN
3 ANTIMIKROBIAL
MENCUCI LUKA
Prinsip Mencuci Luka
• Meminimalkan/ Membunuh bakteri
• Mempercepat suatu proses penyembuhan
• Menghindari kemungkinan terjadinya infeksi.
• Bertujuan membuang jaringan nekrosis
• Membuang cairan luka yang berlebihan,
• Membersihkan sisa balutan
• Menggunakan cairan non toksik
• Tidak memencet/ memeras