Anda di halaman 1dari 118

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

DOSEN PENGAMPU: M. DJAELANI, SE.,MM.


PENGERTIAN PUBLIK
• Menurut George H. Frederickson dalam Spirit of Public
Administration kata publik dapat dilihat dalam lima
perspektif, yaitu:
1)Publik sebagai kelompok kepentingan;
2)Publik sebagai pemilih rasional;
3)Publik sebagai pihak yang diwakili;
4)Publik sebagai pelanggan; dan
5)Publik sebagai warga negara.
Lanjutan…….

• Dalam UU No.25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik:


 Masyarakat (publik) adalah semua pihak, baik warganegara maupun penduduk
sebagai orang perseorangan, kelompok maupun badan hukum yang berkedudukan
sebagai penerima manfaat pelayanan publik, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
• Dalam pasal 26 UUD 1945:
 Warganegara: Orang-orang bangsa indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang
disahkan dengan UU sebagai warganegara;
 Penduduk: Warganegara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di
Indonesia
PENGERTIAN SEKTOR PUBLIK
 Sektor Publik: Lembaga-lembaga yang sumber pendanaannya dari
publik, sehingga menimbulkan konsekuensi untuk dipertanggung-
jawabkan kepada publik pengelolaannya memerlukan keter-
bukaan dan akuntabilitas terhadap publik (Muindro, 2010 : 2)
 Dari sudut pandang ekonomi: Sektor publik dapat dipahami sebagai
bagian suatu entitas yang aktivitasnya berhubungan dengan usaha
untuk menghasilkan barang dan jasa dalam rangka memenuhi
pelayanan, kebutuhan dan hak publik.
Lanjutan……

 Sifat organisasi/entitas nirlaba sektor publik: Organ-


isasi/entitas nirlaba atau tidak bertujuan mencari
laba.
 Tujuan Organisasi/entitas nirlaba: Untuk memberikan
pelayanan dan memberikan/meningkatkan kese-
jahteraan kepada masyarakat.
 Perkataan public sector pertama kali digunakan pada
tahun 1952 (Oxford English Dictionary).
PENGERTIAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
 ASeP: Sistem akuntansi yang dipakai oleh lembaga-lembaga publik,
sebagai salah satu alat pertanggungjawaban kepada publik
ASeP mencakup akuntansi sektor pemerintahan dan akuntansi lem-
baga publik non pemerintah (Muindro, 2010 : 2);
 ASeP: Mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan
pada pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi ne-
gara dan departemen-departemen dibawahnya, pemerintah
daerah, BUMN, BUMD, LSM, Yayasan Sosial maupun proyek-proyek
kerjasama sektor publik dan swasta (Indra Bastian. 2001 : 6).
RUANG LINGKUP AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
1. ASeP dilingkungan Pemerintahan:
1) Di lembaga-lembaga pemerintahan (pusat dan daerah)
mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
2) Di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) mengikuti SAK/SAK ETAP
2. ASeP dilingkungan organisasi/entitas non laba non pemerintah (di
Yayasan, LSM, Ormas, Orpol dll) mengikuti SAK khususnya
PSAK No.45
RUANG LINGKUP PELAYANAN PUBLIK

• Mencakup:
1. Pelayanan Barang Publik
2. Pelayanan Jasa Publik
3. Pelayanan Administratif
1. Pelayanan Barang Publik pengadaan dan penyaluran barang
publik:
1) Yang dilakukan oleh instansi pemerintah adalah sebagian atau
seluruh dananya bersumber dari APBN dan/atau APBD;
2) Yang dilakukan oleh suatu badan usaha adalah dimana modal
pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan
negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan;
3) Yang pembiayaanya tidak bersumber dari dana tersebut dalam
1) dan 2), tetapi ketersediannya menjadi misi negara yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan
2. Pelayanan Jasa Publik pengadaan dan penyaluran jasa publik:
1) Yang dilakukan oleh instansi pemerintah adalah sebagian atau
seluruh dananya bersumber dari APBN dan/atau APBD;
2) Yang dilakukan oleh suatu badan usaha adalah dimana modal
pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan
negara dan/atau kekayaan daerah yang dipisahkan;
3) Yang pembiayaanya tidak bersumber dari dana tersebut dalam
1) dan 2), tetapi ketersediannya menjadi misi negara yang
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan
3. Pelayanan Administratif meliputi:
1) Tindakan administratif pemerintah yang diwajibkan oleh negara
dan diatur dalam peraturan perundang-undangan, dalam rangka
mewujudkan perlindungan pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat dan harta benda.
2) Tindakan administratif oleh instansi non pemerintah yang
diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan perundang-
undangan serta diterapkan berdasarkan perjanjian dengan
penerima pelayanan.
Persoalan utama AseP, seperti halnya
persoalan akuntansi pada umumnya:

a. Akuntansi Keuangan Sektor Publik;


b. Akuntansi Manajemen Sektor Publik; dan
c. Pemeriksaan/Auditing
a. Akuntansi Keuangan Sektor Publik

• Akuntansi Keuangan Sektor Publik sangat erat kaitannya


dengan fungsi akuntansi sebagai penyedia informasi
keuangan untuk pihak eksternal organisasi.
• Penyediaan informasi keuangan tersebut disajikan
dalam bentuk Laporan Keuangan yang relevan dan han-
dal. Untuk itu keberadaan Stndar Akuntansi Keuangan
(SAK) / Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dalam
sistem akuntansi sektor publik sangat diperlukan.
b. Akuntansi Manajemen Sektor Publik
• Akuntansi Manajemen: Suatu proses identifikasi, pengukuran,
akumulasi, analisa, penyiapan, interpretasi, komunikasi informasi
finansial, yang digunakam manajemen untuk perencanaan, evalu-
asi dan pengendalian organisasi, untuk menjamin bahwa semua
sumber daya digunakan secara tepat dan akuntabel.
• Perbedaan akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen:
 Akuntansi Keuangan: memberikan laporan yang berifat historis/
retrospektif atas kinerja masa lalu.
 Akuntansi Manajemen: memberikan laporan yang sifatnya
prospektif untuk perencanaan masa yang akan datang.
• Peran akuntansi manajemen dalam organisasi sektor publik:
1) Perencanaan Strategik;
2) Pemberian Informasi Biaya;
3) Penilaian Investasi;
4) Penganggaran;
5) Penentuan Biaya dan Tarif Pelayanan
6) Penilaian Kinerja
c. Pemeriksaan/Auditing ASeP di lingkungan pemerintahan
dilakukan oleh BPK:

• Dasar Hukum: UU No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelo-


laan dan Tanggungjawab Keuangan Negara;
• Pemeriksa: Orang yang melakukan tugas pemeriksaan pengelolaan
dan tanggungjawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK;
• Laporan Keuangan Pemerintah Pusat disampaikan oleh Presiden
kepada BPK selambat-lambatnya 3 bulan setelah tahun anggaran
berakhir;
• Laporan Keuangan Pemerintah Daerah disampaikan oleh Guber-
nur/Bupati/Walikota kepada BPK selambat-lambatnya 3 bulan
setelah tahun anggaran berakhir;
Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat
disampaikan oleh BPK kepada DPR dan DPD selambat-lambatnya 2 bu-
lan setelah menerima laporan keuangan dari pemerintah pusat;

Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat


disampaikan oleh BPK kepada DPRD selambat-lambatnya 2 bulan sete-
lah menerima laporan keuangan dari pemerintah pusat;

Laporan hasil pemeriksaan tersebut juga dilaporkan kepada


Presiden/Gubernur/Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.
Opini Pemeriksaan BPK
• Opini yang dimaksud adalah pernyataan profesional pemeriksa men-
genai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan
keuangan
• Kriteria: (1). Kesesuaian dengan SAP; (2). Kecukupan Pengungkapan
(adequate disclosures); (3). Kepatuhan terhadap peraturan per-UU; (4).
Efektifitas SPI.
• Empat jenis opini:
1) Wajar Tanpa Pengecualian/WTP (unqualified opinion)
2) Wajar Dengan Pengecualian/WDP (qualified opinion)
3) Tidak Wajar (adversed opinion)
4) Menolak memberikan opini (disclaimer of opinion)
Pemeriksaan/Auditing ASeP di lingkungan entitas nirlaba
non Pemerintahan:

 Auditing secara internal terhadap data dan informasi keuangan di-


lakukan oleh Satuan Pengawasan Internal (SPI).
 Auditing secara eksternal dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik.
Hasil pemeriksaan Akuntan Publik dituangkan ke dalam Manage-
ment Letter, yang berisi temuan-temuan kelemahan administrasi
atau sistem yang diperoleh selama proses audit.
 Akuntan Publik juga memberikan opini seperti halnya BPK.
 Akuntan Publik diatur dengan Undang-Undang No.5 Tahun 2011
tentang Akuntan Publik.
Sejarah Perkembangan Keuangan Negara di Indonesia:

a. Masa Pra Kemerdekaan (masa kolonial);


b. Masa Kemerdekaaan s/d masa reformasi keuangan negara
(2003/3004);
c. Masa Reformasi keuangan negara s/d saat ini.
a. Masa Pra Kemerdekaan (Masa Kolonial)

• Indonesia dijajah Belanda selama lebih kurang 3 ½ abad. Sistem pengelo-


laan keuangan Negara RI sangat dipengaruhi oleh sistem pengelolaan
keuangan Pemerintah Kolonial Belanda.
• Peraturan-peraturan keuangan produk pemerintah kolonial Belanda adalah:
1) Indische Comptabiliteitswet (ICW) Stbl. 1925 No.448, yang terakhir di-
ubah dengan UU No.9 Tahun 1968 (ICW ditetapka pertama kali tahun
1864 dan mulai berlaku tahun 1867);
2) Indische Bedrijvenwet (IBW) Stbl. 1927 No.419 jo Stbl. 1936 No.445;”)
3) Reglement voor het Administratief Beheer (RAB) Stbl.1933 No.381;”)
4) Intructie en verdere bepalingen voor de Algemene Rekenkamer (IAR)
Stbl.1933 No.320.
Lanjutan
• Materi pokok ICW, antar lain:
 Tentang APBN;
 Tentang Tahun Dinas (berlaku dari 1 April s/d 31 Maret tahun
berikutnya);
 Tentang Pertanggungjawaban keuangan.
• IBW: merupakan dasar hukum pembentukkan perusahaan ne-
gara/perusahaan jawatan. Contoh: PJKA (yang kemudian
berubah menjadi Perum KA dan sekarang PT. KAI).
• RAB: mengukur pengurusan administratif/urusan umum (urusan
khusus/kebendaharawanan diatur dalam ICW).
• IAR: mengatur tugas-tugas Badan Pemeriksa Keuangan.
b. Masa Kemerdekaan s/d Masa Reformasi
Keuangan Negara:
• Setelah Indonesia merdeka, peraturan-peraturan pengelolaan keuangan
jaman kolonial Belanda masih dipergunakan. Hal ini mengacu pada keten-
tuan UUD 1945 (Aturan Peralihan Pasa II - segala badan negara dan perat-
uran yang ada masih langsung berlaku, selama belum diadakan yang baru
menurut UUD ini);
• Pengelolaan keuangan negara menggunakan:
 Administrasi Keuangan Negara untuk pengelolaan APBN;
 Administrasi Keuangan Daerah untuk pengelolaan APBD.
c. Masa Reformasi Keuangan Negara s/d saat ini:

a. UUD 1945 (Bab VIII Hal Keuangan Pasal 23, 23A,23B, 23C, dan 23D)
b. UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
c. UU No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
d. UU No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab
Keuangan Negara
e. UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
f. UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintahan Daerah
g. PP No.24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (telah diganti
dengan PP No.71 Tahun 2010)
h. PP No.58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
i. PP No.39 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah
j. Aturan-aturan lain yang lebih teknis (Permendagri, Permenkeu, Perda, dll)
UUD 1945 (Bab VIII Hal Keuangan)

• Pasal 23:
1) APBN sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetap-
kan setiap tahun dengan UU dan dilaksanakan secara terbuka
dan bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.***).
2) RUU APBN diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama DPR
dengan memperhatikan pertimbangan DPD.***)
3) Apabila DPR tidak menyetujui RAPBN yang diusulkan oleh Presi-
den, Pemerintah menjalankan APBN tahun yang lalu.***).
Lanjutan……

• Pasal 23A: Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk
keperluan negara diatur dengan UU.***)
• Pasal 23B: Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan UU.****)
• Pasal 23 C: Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan
UU.***)
• Pasal 23D: Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, ke-
dudukan, kewenangan, tanggungjawab, dan independensinya
diatur dengan UU.****)
Materi Pokok UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara
a. Kekuasaan atas pengelolaaan keuangan negara;
b. Penyusunan dan penetapan APBN;
c. Penyusunan dan penetapan APBD;
d. Hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan bank sentral, pe-
merintah daerah, serta pemerintah/lembaga asing;
e. Hubungan keuangan antara pemerintah dan perusahaan negara, pe-
rusahaan daerah, perusahaan swasta, serta badan pengelola dana
masyarakat;
f. Pelaksanaan APBN dan APBD;
g. Pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan APBD;
h. Ketentuan pidana, sanksi administratif, dan ganti rugi.
Materi Pokok UU No.1 Tahun 2004 tentang Perbenda-
haraan Negara
a. Pejabat perbendaharaan negara;
b. Pelaksanaan Pendapatan dan belanja negara/daerah;
c. Pengelolaan uang;
d. Pengelolaan piutang dan utang;
e. Pengelolaan investasi;
f. Pengelolaan barang milik negara/daerah;
g. Larangan penyitaan uang dan barang milik negara/daerah dan/atau yang
dikuasai negara/daerah;
h. Penatausahaan dan pertanggungjawaban APBN/APBD;
i. Pengendalian interen pemerintah;
j. Penyelesaian kerugian negara/daerah
k. Pengelolaan keuangan badan layanan umum.
Materi Pokok UU No.15 Tahun 2003 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara

a. Lingkup pemeriksaan;
b. Pelaksanaan pemeriksaan;
c. Hasil pemeriksaan dan tindak lanjut;
d. Pengenaan ganti kerugian negara;
e. Ketentuan pidana.
Materi Pokok UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

a. Prinsip kebijakan perimbangan keuangan;


b. Dasar pendanaan pemerintah daerah;
c. Sumber penerimaan daerah;
d. Pendapatan asli daerah (PAD);
e. Dana perimbangan;
f. Lain-lain pendapatan;
g. Pinjaman daerah;
h. Pengelolaan keuangan dalam rangka desentralisasi;
i. Dana dekonsentrasi;
j. Dana tugas pembantuan;
k. Sistem informasi keuangan daerah.
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
 Disusun dan dikembangkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
(KSAP) pembentukannya berdasarkan UU No.17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara dan UU No.1 tentang Perbendaharaan Negara.
 Ditetapkan dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP) PP No.24 Tahun
2005 yang telah diganti dengan PP No.71 Tahun 2010 tentang SAP.
 Materinya terdiri: Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan dan
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP).
 PSAP selanjutnya dapat dijelaskan dalam bentuk Interpretasi Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan (IPSAP) dan Buletin Teknis SAP yang
disusun oleh KSAP dan diberitahukan kepada Pemerintah dan Badan Pe-
meriksa Keuangan.
Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
 Diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) dan Komite Akuntansi
Syariah Ikatan Akuntan Indonesia (IAI);
 Diterbitkan Sejak tahun 1964 hingga SAK per 1 Juli 2012 telah dilakukan delapan kali
penyesuaian (mulai dari SAK per 1 Oktober 1994, 1 Oktober 1995, 1 Juni 1996, 1
Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, 1 September 2007, 1 Juli 2009, s/d 1 Juli
2012);
 Sebelum SAK, prinsip-prinsip dan standar-standar akuntansi dikodifikasikan dalam
Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI): PAI 1974 dan PAI 1984;
 Terus dilakukan penyesuaian/konvergensi dengan Internaional Financial Reporting
Standard (IFRS) sebagai konsekuensi keanggotaan indonesia dalam G-20 (penyesuaian
ditargetkan oleh IAI selesai pada tahun 2012);
 Materi SAK terdiri: Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
(KDPPLK), Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), dan Interpretasi
Standar Akuntansi Keuangan (ISAK).
 Institusi – Institusi pengguna SAK:
 Perusahaan-perusahaan swasta, baik yang berbasis konvensional maupun
berbasis syariah;
 Badan Usaha Milik Negara (BUMN), baik berbentuk persero maupun perum.
 Badan Usaha Milik Daerah;
 Lembaga-lembaga swasta nirlaba non pemerintah. Contonya: Yayasan,
LSM, Orpol, Ormas, dll. Khususnya menggunakan PSAK No. 45
 Lembaga-lembaga koperasi. Sebelumnya menggunakan PSAK No.
27, yang telat dicabut dengan PSAK No.8 per April 2011;
 Bagi perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki akntabilitas publik
(belum go public) dapat menggunakan SAK ETAP.
ANGGARAN SEKTOR PUBLIK
Pengertian Anggaran:
 A budget, in the general sense of term, is a financial plan for a specific period
of time. A government budget therefore, is a statement of proposed expendi-
tures and expected revenues for coming period, together with data of actual
expenditures and revenues for curent and past period (John F. Due)
 A budget is a plan of financial operation embodying an estimated of proposed
expenditures for a given period of time and the proposed means of financing
them (National Committee On Governmental Accounting/NCGA)
 APBN: Rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh DPR
(UU No.17 Tahun 2003)
 APBD: Rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh
DPRD (UU No.17 Tahun 2003)
Lanjutan………..
Anggaran negara dapat dibedakan:
 Dalam arti sempit: Meliputi rencana pengeluaran dan penerimaan
dalam satu tahun anggaran.
 Dalam arti luas: Meliputi jangka waktu (proses) anggaran: sejak di-
rencakan, dilaksanakan, dan akhirnya dipertanggungjawabkan.

(Sugijanto dalam Muindro, 2010)


JENIS ANGGARAN SEKTOR PUBLIK
Dua jenis anggaran sektor publik:
1. Anggaran Tradisional atau Anggaran Konvensional;
2. Anggaran dengan pendekatan New Public Management:
a. Performance Budgetting
b. Zero Base Budgetting (ZBB)
c. Planning, Programming, and Budgetting System (PBBS)
Anggaran Tradisional

Ciri Anggaran Tradisional:


a. Penyusunan anggaran dengan menggunakan pendekatan incre-
mental;
b. Struktur dan susunan anggaran bersifat line-item;
c. Cenderung sentralistik;
d. Bersifat spesifik;
e. Disusun secara tahun;
f. Menggunakan prinsip anggaran bruto.
Lanjutan………..
Kelemahan Anggaran Tradisional:
a. Hubungan antara anggaran tahun dengan RPJP terputus;
b. Sejumlah besar pengeluaran tidak pernah diteliti efektifitasnya (karena pen-
dekatan incremental);
c. Lebih berorientasi pada input daripada output;
d. Sekat-sekat yang kaku antar lembaga berakibat tujuan nasional secara keselu-
ruhan sulit dicapai;
e. Antara pengeluaran rutin dan pengeluaran modal/investasi terpisah;
f. Bersifat Tahunan: terlalu pendek untuk pengeluaran modal, yang dapat
berdampak pada KKN;
g. Sentralisasi penyiapan anggaran;
h. Persetujuan anggaran yang terlambat: gagal memberi mekanisme pengendalian
untuk pengeluaran yang sesuai.
Performance Budgetting (Anggaran Kinerja)
 Pendekatan anggaran berdasarkan kinerja dimaksudkan untuk
mengatasi berbagai kelemahan dalam anggaran tradisional;
 Menekankan pada konsep value for money dan pengawasan atas
kinerja output;
 Didasarkan pada tujuan dan sasaran kinerja: Anggaran digunakan
sebagai alat untuk mencapai tujuan;
 Merupakan sistem yang mencakup kegiatan penyusunan program
dan tolak ukur kinerja: Sebagai instrumen untuk mencapai tujuan
dan sasaran program.
Zero Base Budgetting (ZBB)
 Dapat menghilangkan incremental dan line-item yang digunakan
dalam anggaran tradisional: Anggaran diasumsikan mulai dari nol
(zero based);
 Penyusunan anggaran tahun ini tidak berpatokan pada anggaran
tahun lalu: Berdasarkan kebutuhan saat ini (proses anggaran dimu-
lai betul-betul dari hal-hal yang baru);
 Proses Implementasi:
a. Identifikasi unit-unit keputusan;
b. Penentuan paket-paket keputusan;
c. Merangking dan mengevaluasi keputusan.
Lanjutan
Keunggulan ZBB, antara lain:
a. Dapat mengalokasikan sumber daya secara efisien;
b. Berfokus pada value for money;
c. Memudahkan untuk mengidentifikasi inefisensi dan inefekfitas bi-
aya;
d. Meningkatkan pengetahuan dan motivasi manajer dan staf;
e. Meningkatkan partisipasi manajemen level bawah dalam proses
penyusunan anggaran.
Lanjutan
Kelemahan ZBB, antara lain:
a. Prosesnya memakan waktu lama;
b. Terlalu teoritis dan tidak praktis;
c. Membutuhkan biaya besar;
d. Menghasilkan kertas kerja yang menumpuk akibat pembuatan
paket keputusan;
e. Cenderung menekankan manfaat jangka pendek;
f. Implementasinya membutuhkan teknologi maju;
g. Dibutuhkan staf yang memiliki keahlian yang mungkin tidak dimi-
liki organisasi.
Planning, Programming and Budgetting System (PPBS)

Proses Implementasi PPBS:


a. Menentukan tujuan umum organisasi dan tujuan unit organisasi
dengan jelas;
b. Mengidentifikasi program-program dan kegiatan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan;
c. Mengevaluasi berbagai alternatif program dengan menghitung
cost and benefit dari masing-masing program;
d. Pemilihan program yang memiliki manfaat besar dengan biaya ke-
cil;
e. Alokasi sumber daya ke masing-masing program yang disetujui.
Lanjutan….
Karakteristik PPBS:
 Fokus pada tujuan dan program untuk mencapai tujuan;
 Berorientasi pada masa yang akan datang;
 Mempertimbangkan semua biaya yang terjadi;
 Dilakukan analisis secara sistematik terhadp berbagai alternatif program,
yang meliputi:
a. Identifikasi tujuan;
b. Identifikasi secara sistematis alternatif program untuk mencapai tu-
juan;
c. Estimasi biaya total masing-masing alternatif program;
d. Estimasi manfaat (hasil) yang ingin diperoleh dari masing-masing al-
ternatif program.
Lanjutan….
Kelebihan PPBS:
 Memudahkan pendelegasian tanggungjawab dari manajemen puncak ke
manajemen menengah;
 Dalam jangka panjang dapat mengurangi beban kerja;
 Memperbaiki kualitas pelayanan melalui pendekatan sadar biaya (cost
conscousness/cost awareness) dalam perencanaan program;
 Lintas departemen sehingga dapat meningkatkan komunikasi, koordinasi,
dan kerjasama antar departemen;
 Menghilangkan program yang overlapping atau bertentangan dengan pen-
capaian tujuan organisasi;
 Menggunakan teori marginal utility, sehingga mendorong alokasi sumber
daya secara optimal.
Lanjutan….
Kelebihan PPBS:
 Membutuhkan sistem informasi yang canggih, ketersediaan data, adanya
sistem pengukuran, dan staf yang memiliki kapabilitas tinggi;
 Membutuhkan biaya yang tinggi karena penggunaan teknologi canggih;
 Bagus secara teoritis, namun sulit untuk diimplementasikan;
 Mengabaikan realitas politik dan realitas organisai sebagai kumpulan
manusia yang kompleks;
 Teknik anggaran yang statiscally oriented;
 Pengaplikasiannya menghadapi kendala teknis, hal ini terkait dengan sifat
program atau kegiatan yang lintas departemen, sehingga menyulitkan
dalam melakukan alokasi biaya.
Laporan Keuangan
Entitas Nirlaba
Berdasarkan PSAK No.45
(revisi 2011)
Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia
Karakteristik Entitas Nirlaba
 Perbedaan utama entitas nirlaba dengan entitas bisnis adalah pada
cara entitas nirlaba dalam memperoleh sumber daya untuk membi-
ayai aktivitas operasinya.
 Entitas nirlaba memperoleh sumber daya dari pemberi sumber daya
yang:
 tidak mengharapkan pembayaran kembali; atau
 tidak mengharapkan manfaat ekonomi yang sebanding dengan
sumber daya yang diberikan.
 Dalam entitas nirlaba timbul transaksi tertentu yang jarang/bahkan
tidak pernah terjadi dalam entitas bisnis, yaitu sumbangan.
 Dalam praktik, entitas nirlaba sering tampil dalam berbagai bentuk,
sehingga sulit dibedakan dengan entitas bisnis.
 Pada beberpa bentuk entitas nirlaba, meskipun tidak ada kepemi-
likan, entitas tersebut mendanai kebutuhan modalnya dari utang.
Demikian pula mendanai pada kebutuhan operasinya dari pendap-
atan atas jasa yang diberikan kepada publik.
 Akibatnya pengukuran jumlah, saat, dan kepastian pemasukan ali-
ran kas menjadi ukuran penting bagi para pengguna laporan keuan-
gan entitas tersebut, seperti kreditur dan pemasok dan lainnya.
 Kepentingan para pengguna laporan keuangan entitas nirlaba (seperti hal-
nya entitas bisnis) untuk menilai:
• Jasa yang diberikan oleh entitas nirlaba dan kemampuannya untuk terus
memberikan jasa tsb;
• Cara manajer melaksanakan tanggungjawab dan aspek kinerjanya.
 Kemampuan entitas untuk terus memberikan jasa dikomunikasikan melalui
laporan posisi keuangan (yang menyediakan informasi mengenai):
 Aset, liabilitas, aset neto, dan
 Informasi mengenai hubungan diantara unsur-unsur tsb.
 Pertanggungjawaban manajer mengenai kemampuannya mengelola sumber
daya entitas yang diterima yang disajikan melalui laporan aktivitas dan la-
poran arus kas.
PSAK No.45 diberlakukan untuk laporan entitas
nirlaba yang memenuhi karakteristik, sbb:
 Sumber daya entitas berasal dari pemberi sumber
daya yang:
 tidak mengharapkan pembayaran kembali; atau
 tidak mengharapkan manfaat ekonomi yang se-
banding dengan sumber daya yang diberikan.
 Menghasilkan brang dan/atau jasa tanpa bertujuan
memupuk laba.
 Jika entitas menghasilkan laba, laba tsb tidak
dibagikan kepad pendiri atau pemilik entitas tsb.
 Tidak ada kepemilikan seperti umum-
nya pada entitas bisnis, artinya:
 Kepemilikan dalam entitas nirlaba
tidak dapat dijual, dialihkan, atau
ditebus kembali, atau
 Tidak mencerminkan proporsi pem-
bagian sumber daya pada saat
likuiditas atau pembubaran entitas.
 PSAK No.45 dapat diterapkan oleh lembaga
pemerintah dan unit sejenis lain sepanjang
tidak bertentangan dengan peraturan perun-
dang-undangan yang berlaku (paragraf 02).
 Laporan keuangan untuk entitas nirlaba
teridiri dari: 1). Laporan Posisi Keuangan,
2). Laporan Aktivitas, 3). Laporan Arus
Kas, dan 4). Catatan Atas Laporan Keuan-
gan,
Yang berbeda dengan laporan keuangan entitas
bisnis pada umumnya (paragraf 03).
 Pengaturan yang tidak diatur dalam
PSAK No.45 mengacu pada:
 SAK (Standar Akuntansi Keuangan);
atau
 SAK ETAP: Untuk entitas yang tidak
memiliki akuntabilitas publik sig-
nifikan (paragraf 06).
Pengertian istilah-istilah yang digunakan dalam
PSAK No.45:
 Pembatasan Permanen: Pembatasan penggunaan
sumber daya yang ditetapkan oleh pemberi sumber
daya agar sumber daya tsb dipertahankan secara per-
manen, tetapi entitas diizinkan untuk menggunakan
sebagian atau semua penghasilan atau manfaat
ekonomi lainnya dari sumber daya tsb.
 Pembatasan Temporer: Pembatasan penggunaan sum-
ber daya oleh pemberi sumber daya yang menetapkan
agar sumber daya tsb dipertahankan sampai dengan
periode tertentu atau sampai terpenuhinya keadaan
tertentu.
 Sumber Daya Terikat: Sumber daya
yang penggunaannya dibatasi untuk tu-
juan tertentu oleh pemberi sumber
daya. Pembatasan tersebut dapat
bersifat permanen atau temporer.
 Sumber Daya Tidak Terikat: Sumber
yang penggunaannya tidak dibatasi un-
tuk tujuan tertentu oleh pemberi sum-
ber daya.
Tujuan Laporan Keuangan Entitas Nirlaba:

 Tujuan Utama: Menyediakan informasi yang


relevan untuk memenuhi kepentingan:
 Pemberi sumber daya;
 Anggota;
 Kreditur, dan;
 Pihak Lain yang menyediakan sumber daya
bagi entitas.
 Tujuan secara rinci, menyajikan informasi mengenai:
a) Jumlah dan sifat aset, liabilitas, dan aset neto
entitas;
b) Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang men-
gubah nilai dan sifat aset neto;
c) Jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar
sumber daya dalam satu periode dan hubungan
antar keduanya;
d) Cara entitas mendapatkan dan membelanjakan
kas, memperoleh dan melunasi pinjaman, dan
faktor lain yang berpengaruh terhadap likuiditas;
e) Usaha jasa entitas nirlaba.
LAPORAN POSISI KEUANGAN ENTI-
TAS NIRLABA
 Tujuan Laporan Posisi Keuangan: Menyediakan informasi mengenai
aset, liabilitas, dan aset neto serta informasi mengenai hubungan
diantara unsur-unsur tsb pada waktu tertentu.
 Informasi tersebut dapat membantubagi pemberi sumber daya,
anggota, kreditur, dan pihak lain untuk menilai:
a) Kemampuan entitas nirlaba untuk memberikan jasa secara
berkelanjutan;
b) Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi
kewajibannya, dan kebutuhan pendanaan operasional.
 Informasi likuiditas diberikan dengan dengan cara sebagai berikut:
a) Menyajikan aset berdasarkan urutan likuiditas, dan liabilitas
berdasarkan tanggal jatuh tempo;
b) Mengelompokkan aset ke dalam aset lancar dan tidak lancar,
dan liabilitas ke dalam jangka pendek dan jangka panjang;
c) Mengungkapkan informasi mengenai likuiditas aset atau saat
jatuh tempo liabilitas, termasuk pembatasan penggunaan aset,
dalam catatan atas laporan keuangan.
 Klasifikasi Aset Neto Terikat dan Tidak Terikat:
 Laporan posisi keuangan: Menyajikan jumlah masing-masing
kelompok aset neto berdasarkan pada ada atau tidaknya pem-
batasan oleh pemberi sumber daya, yaitu:
 Terikat secara permanen;
 Terikat secara Temporer, dan;
 Tidak Terikat.
 Informasi mengenai sifat dan jumlah dari pemmbatasan perma-
nen atau temporer diungkapkann dengan cara menyajikan jumlah
tersebut dalam catatan laporan keuangan atau laporan keuan-
gan.
 Pembatasan Permanen terhadap:
1) Aset yang diberikan untuk tujuan tertentu, untuk dirawat dan
tidak untuk dijual (misalnya tanah dan karya seni);
2) Aset yang diberikan untuk investasi yang mendatangkan pen-
dapatan secara permanen yang dapat disajikan sebagai unsur
terpisah dalam kelompok aset neto yang penggunaanya di-
batasi secara permanen atau disajikan dalam catatan atas
laporan keuangan.
Pembatasan kelompok tsb berasal dari hibah atau wakaf dan
warisan yang menjadi dana abadi.
 Pembatasan Temporer terhadap:
1) Sumber daya berupa aktivitas operasi tertentu;
2) Investasi untuk jangka waktu tertentu;
3) Penggunaan selama periode tertentu dimasa depan;
4) Memperoleh aset tetap.
 Dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aset neto
yang penggunaannya dibatasi secara temporer atau disajikan
dalam catatan atas laporan keuangan.
 Pembatasan temporer oleh pemberi sumber daya dapat berupa
pembatasan waktu atau pembatasan penggunaan atau keduanya.
 Aset Neto Tidak Terikat: Umumnya meliputi pendap-
atan dari jasa, penjualan barang, sumbangan, dan div-
iden atau hasil investasi, dikurangi beban untuk mem-
peroleh pendapatan tsb.
Batasan terhadap penggunaan aset neto tidak terikat
dapat berasal dari sifat entitas nirlaba.
Informasi mengenai batasan tsb umumnya disajikan
dalam catatan atas laporan keuangan.
CONTOH LAPORAN POSISI KEUANGAN
ENTITAS NIRLABA

Laporan Posisi Keuangan


Per 31 Desember 20X2 dan 20X1
(dalam Rp juta)
20X2 20X1

ASET

Aset Lancar

Kas dan Setara Kas 188 1.150


Piutang Bunga 5.325 4.175
Persediaan dan Biaya dibayar dimuka
1.525 2.500

Piutang Lain-lain 7.562 6.750


Investasi Jangka Pendek 3.500 2.500
Aset Tidak Lancar

Properti Investasi 13.025 11.400


Aset Tetap 154.250 158.975
Investasi Jangka Panjang 545.175 508.750
Jumlah Aset 730.550 696.200
20X2 20X1

LIABILITAS

Liabilitas Jangka Pendek

Hutang Dagang 6.425 2.625


Pendapatan Diterima Di Muka yang dapat
- 1.625
Dikembalikan
Hutang Lain-lain 2.187 3.250
Hutang Wesel - 2.850
Liabilitas Jangka Panjang

Aset Tidak Lancar

Kewajiban Tahunan 4.213 4.250


Hutang Jangka Panjang 13.750 16.250
Jumlah Liabilitas 26.575 30.850
20X2 20X1

ASET NETO

Tidak Terikat 288.070 259.175

Terikat Temporer 60.855 63.675


Terikat Permanen 355.055 342.500
Jumlah Aset Neto 703.975 665.350
Jumlah Liabilitas dan Aset Neto
730.550 696.200
Laporan Aktivitas Entitas Nirlaba
Tujuan Utama laporan aktivitas adalah menyediakan in-
formasi mengenai:

a) Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah


jumlah dan sifat aset neto;
b) Hubungan antar transaksi dan peristiwa lalu;
c) Bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan
berbagai program atau jasa.
Informasi dalam laporan aktivitas, yang digunakan bersama
dengan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan
lainnya, dapat membantu para pemberi sumber daya,
anggota, kreditur dan pihak lain untuk:
a) Mengevaluasi kinerja dalam suatu periode;
b) Menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan entitas
dalam memberikan jas;
c) Menilai pelaksanaan tanggungjawab dan kinerja mana-
jer.
Perubahan kelompok aset neto
 Laporan aktivitas menyajikan jumlah aset neto terikat permanen,
terikat temporer, dan tidak terikat dalam suatu periode.
 Pendapatan dan keuntungan yang menambah aset neto, serta beban
dan kerugian yang mengurangi aset neto dikelompokkan sbb:
 Sumber daya yang disajikan sebagai penambah aset neto tidak
terikat, terikat permanen atau terikat temporer, bergantung pada
ada tidaknya pembatasan. Dalam hal sumber daya terikat yang
pembatasannya tidak berlaku lagi dalam periode yang sama, dapat
disajikan sebagai sumber daya tidak terikat sepanjang secara kon-
sisten dan diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi.
 Laporan aktivitas menyajikan keuntungan dan kerugian yang diakui
dari investasi dan aset lain (atau liabilitas) sebagai penambah atau
pengurang aset neto tidak terikat kecuali jika penggunaannya di-
batasi.
 Klasifikasi pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian dalam
kelompok aset neto tidak menutup peluang adanya klasifikasi tam-
bahan dalam laporan aktivitas. Misalnya, dalam suatu kelompok
atau beberapa kelompok perubahan dalam aset neto, entitas nir-
laba dapat mengklasifikasikan unsur-unsurnya menurut kelompok
operasi atau non operasi, dapat dibelanjakan atau tidak dapat di-
belanjakan, telah direalisir ataua belum direalisir, berulang atau
tidak berulang, atau dengan cara lain.
 Laporan aktivitas menyajikan jumlah pendapatan dan
beban secara bruto, kecuali diatur berbeda oleh SAK lain
atau SAK ETAP.
 Laporan aktivitas menyajikan jumlah neto keuntungan
dan kerugian yang berasal dari transaksi insidental atau
peristiwa lain yang berada di luar pengendalian entitas
nirlaba dan manajemen. Misalnya, keuntungan atau
kerugian penjualan tanah dan gedung yang tidak digu-
nakan lagi.
INFORMASI PEMBERIAN JASA
 Laporan aktivitas atau catatan atas laporan keuangan menyajikan
informasi mengenai beban menurut klasifikasi fungsional, seperti
menurut kelompok program jasa utama dan aktivitas pendukung.
 Klasifikasi secara fungsional bermanfaat untuk membantu pemberi
sumber daya, anggota, kreditur, dan pihak lain dalam menilai pem-
berian jasa dan pengguanaan sumber daya. Disamping penyajian
klasifikasi beban secara fungsional, entitas dianjurkan untuk
menyajikan informasi tambahan mengenai beban menurut sifatnya.
Misalnya: Gaji, Sewa, Listrik, Bungan, dan Penyusutan.
 Program pemberian jasa merupakan aktivitas
untuk menyediakan barang dan jasa kepada
penerima manfaat, pelanggan, atau anggota
dalam rangka mencapai tujuan atau misi enitas
nirlaba. Pemberian jasa tersebut merupakan tu-
juan dan hasil utama yang dilaksanakan melalui
berbagai profgram utama.
Aktivitas pendukung meliputi semua aktivitas selain pro-
gram pemberian jasa. Umumnya, aktivitas pendukung
meliputi aktivitas manajemen dan umum, pencarian dana,
dan pengembangan anggota.
 Aktivitas manajemen dan umum meliputi pengawasan,
manajemen bisnis, pembukuan, penganggaran, pen-
danaan, dan aktivitas administrasi lain, serta semua ak-
tivitas manajemen dan administrasi kecuali program
pemberian jasa atau pencairan dana.
 Aktivitas pencarian dana meliputi publikasi dan kampa-
nye pemberian dana; pengadaan daftar alamat pemberi
sumber daya; pelakasanaan secara khusus pencarian
dana; pembuatan dan penyebaran manual, petunjuk,
dan bahan lain; dan pelaksanaan aktivitas lain dalam
rangka pencarian dana dari individu, yayasan, pemerin-
tah, dan lain-lain.
 Aktivitas pengembangan anggota meliputi pencarian
anggota baru dan pengumpulan iuran anggota, hubungan
dan aktivitas sejenis.
CONTOH LAPORAN AKTIVITAS ENTI-
TAS NIRLABA

Laporan Aktivitas
Untuk tahun yang berakhir pada 31
Desember 20X2
(dalam Rp juta)
PERUBAHAN ASET NETO TIDAK TERIKAT

Pendapatan
Sumbangan 21.600
Jasa layanan 23.500
Penghasilan investasi jangka panjang 24.000
Penghasilan investasi lain-lain 2.125
Penghasilan neto investasi jangka panjang belum direalisasi
20.570

Lain-lain 375
Jumlah 72.170
Aset Neto Yang Berakhir Pembatasannya

Pemenuhan program pembatasan 29.975

Pemenuhan pembatasan pemerolehan peralatan


3.750

Berakhirnya pembatasan waktu 3.125


Jumlah 36.850
Jumlah Pendapatan 109.020
Beban

Program A 32.750
Program B 21.350
Program C 14.400
Manajemen dan Umum 6.050
Pencariann Dana 5.375
Jumlah Beban 79.925

Kerugian akibat kebakaran 200

Jumlah 80.125

Kenaikan Aset Neto Tidak Terikat 28.895

PERUBAHAN ASET NETO TERIKAT TEMPORER

Sumbangan 20.275
Penghasilan investasi jangka panjang 6.450
Penghasilan neto terealisasikan dan belum terealisasikan dari
7.380
investasi jangka panjang
Kerugian akturial untuk kewajiban tahunan (75)
Aset neto terbebaskan dari pembatasan (36.850)
Penurunan aset neto terikat temporer (2.820)
PERUBAHAN ASET NETO TERIKAT TEMPORER

Sumbangan 700
Penghasilan investasi jangka panjang 300
Penghasilan neto terealisasikan dan belum terealisasikan dari
11.550
investasi jangka panjang

Kenaikan aset neto terikat permanen 12.550

KENAIKAN ASET NETO 38.625


ASET NETO AWAL TAHUN 665.350
ASET NETO AKHIR TAHUN 703.975
Laporan Arus Kas
• Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan
dan pengeluaran kas dalam satu periode.
• Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK 2 (revisi 2009): Laporan Arus Kas, atau SAK
ETAP Bab 7 dengan tambahan berikut ini:
a. Aktivitas Pendanaan:
1) Penerimaan kas dari pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pem-
bayaran kembali yang penggunannya dibatasi dalam jangka panjang.
2) Penerimaan kas dari pemberi sumber daya dan penghasilan investasi yang
penggunaannya dibatasi untuk pemerolehan, pembangunan dan pemeli-
haraan aset tetap, atau peningkatan dana abadi.
3) Bunga dan Dividen yang dibatasi penggunaannya dalam jangka panjang
b. Pengungkapan informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan non kas,
misalnya sumbangan berupa bangunan atau aset investasi.
CONTOH LAPORAN ARUS KAS ENTI-
TAS NIRLABA

Laporan Arus Kas


Untuk tahun yang berakhir pada 31
Desember 20X2
(dalam Rp juta)
AKTIVITAS OPERASI

Kas dari pendapatan jasa


Kas dari pemberi sumber daya

Kas dari piutang lain-lain


Bunga dan dividen yang diterima
Penerimaan lain-lain

Bunga yang dibayarkan

Kas yang dibayarkan kepada karyawan dan supplier

Utang lain-lain yang dilunasi

Kas neto yang diterima (digunakan) untuk aktivitas operasi


AKTIVITAS INVESTASI

Ganti rugi dari asuransi kebakaran


Pembelian peralatan

Penerimaan dari pemjualan investasi


Pembelian investasi
Kas neto yang (digunakan) untuk aktivitas investasi

AKTIVITAS PENDANAAN

Penerimaan dari kontribusi:

Investasi dalam endowment

Investasi dalam endowment berjangka

Investasi bangunan

Investasi perjanjian tahunan


Aktivitas pendanaan lain:
Bunga dan dividen berbatas untuk reinvestasi

Pembayaran kewajiban tahunan


Pembayaran utang wesel
Pembayaran liabilitas jangka panjang

Kas neto yang (digunakan) untuk aktivitas investasi

KENAIKAN (PENURUNAN) NETO DALAM KAS DAN SETARA KAS

KAS DAN SETARA KAS PADA AWAL TAHUN

KAS DAN SETARA KAS PADA AKHIR TAHUN


Rekonsiliasi perubahan dalam aset neto menjadi kas neto yang digunakan untuk
aktivitas operasi:
Perubahan dalam aset neto

Penyesuaian untuk rekonsiliasi perubahan dalam aset neto


menjadi kas neto yang digunakan untuk aktivitas operasi:

Depresiasi
Kerugian akibat kebakaran

Kerugian akturial pada kewajiban tahunan

Kenaikan piutang bunga

Penurunan dalam persediaan dan biaya dibayar di muka

Kenaikan dalam piutang lain-lain


Kenaikan dalam hutang dagang
Penurunan dalam penerimaan di muka yang dapat
dikembalikan
Penurunan dalam hutang lain-lain
Sumbangan terikat untuk investasi jangka panjang

Bunga dan dividen terikat untuk investasi jangka panjang

Penghasilan neto terealisasikan dan belum terealisasikan dari


investasi jangka panjang
Kas neto diterima (digunakan) untuk aktivitas operasi

Data tambahan untuk aktivitas investasi dan pendanaan non


kas:
Peralatan yang diterima sebagai hibah

Pembebasan premi asuransi kematian, nilai kas yang


diserahkan
AKUNTANSI DANA
(FUND ACCOUNTING)
DEFINISI

• Sistem akuntansi dan pelaporan keuangan yang lazim


diterapkan di lingkungan pemerintahan;
• Yang memisahkan kelompok dana menurut tujuan-
nya, sehingga masing-masing merupakan entitas
akuntansi;
• Yang mampu menunjukkan keseimbangan antara be-
lanja dan pendapatan atau transfer yang diterima.
• Sistem Akuntansi Pemerintahan: rangkaian
sistematis dari prosedur, penyelenggara,
peralatan, dan elemen lain untuk mewujud-
kan fungsi sejak analisis transaksi sampai
dengan pelaporan keuangan di lingkungan or-
ganisasi pemerintah;
Pemerintah menyusun Sistem Akuntansi Pemerin-
tahan yang mengacu pada SAP:

• Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusat diatur


dengan Peraturan Menteri Keuangan yang mengacu pada Pedo-
man Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan;
• Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Daerah diatur
dengan Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota yang mengacu
pada Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan;
• Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan setelah berkoordinasi dengan
Menteri Dalam Negeri.
LANJUTAN….

Berdasarkan Par.15 Lamp.II PP No.71 Tahun 2010 tentang SAP:


 Akuntansi dana dapat diterapkan untuk tujuan pengendalian
masing-masing kelompok dana selain kelompok dana umum
(the general fund), sehingga perlu dipertimbangkan dalam
pengembangan pelaporan keuangan pemerintah;
Sistem akuntansi ini lazim berlaku di lingkungan pemerintah negara
bagian dan pemerintah daerah di Amerika Serikat.
Pengertian fund menurut
Governmental Accounting Standard Board (GASB)

• Fund (Dana): Suatu entitas fiskal dan akuntansi yang berdiri


sendiri, dimana terdapat seperangkat rekening/perkiraan yang
saling berimbang (self balancing), untuk membukukan kas atau
sumber dana lainnya bersama-sama dengan utang, kewajiban-
kewajiban, cadangan-cadangan dan hak milik yang dipisahkan/
disisihkan dengan maksud untuk menyelenggarakan kegiatan-
kegiatan khusus atau untuk mencapai tujuan tertentu, sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dan pembatasan-pem-
batasan (restriksi dan limitasi) tertentu.
Dua (2) macam entitas akuntansi dana:

• Expendable Fund (Dana Belanja): Perkiraan-perkiraan/rekening-


rekening dana yang digunakan untuk mencatat penerimaan-
penerimaan , pengeluaran-pengeluaran, dan saldo dana (fund
balance) yang bersifat lancar. Basis Akuntansinya: Modified Ac-
crual Basis;
• Non Expendable Fund (Dana Bukan Belanja): Perkiraan-perki-
raan/rekening-rekening dana yang digunakan untuk mencatat
kegiatan-kegiatan yang bersifat mandiri/self supporting (sama
dengan entitas-entitas yang profit oriented). Basis Akun-
tansinya: Accrual Basis.
a. EXPENDABLE FUND

 Berlaku di entitas pemerintahan dan non profit;


 Persamaan Akuntansinya: AKTIVA = UTANG + SALDO DANA;
 Saldo awal aktiva dan utang yang dicatat hanya lancarnya;
 Basis akuntansi: Modified Accrual Basis semua pengelu-
aran, kecuali accrued interest atas utang jangka panjang di-
akui pada saat kewajiban timbul, dan penghasilan/pendap-
atan diakui pada saat diterima melalui kas;
 Digunakan istilah pengeluaran (expenditure) bukan biaya
(expense).
LANJUTAN….

• EXPENDABLE FUND (lanjutan)…………….


 Namun demikian hasil penjualan maupun pembayaran utang
jangka panjang merupakan penerimaan dan pengeluaran, se-
hingga menambah dan mengurangi saldo dana.
 Laba atau rugi penjualan aktiva tetap dan pelunasan utang
jangka panjang tidak boleh diakui, karena aktiva tetap di-
catat dalam General Fixed Asset Groups of Account (GFAGA)
dan utang jangka panjang masuk ke General Long Term Debt
Groups of Account (GLTDGA).
b. NON EXPENDABLE FUND

 Kegiatan yang sifatnya mandiri (self supporting activities)


mirip entitas bisnis;
 Semua aktiva dan utang, baik yang lancar maupun yang tidak
lancar dicatat;
 Digunakan istilah biaya, bukan pengeluaran (expenditure);
 Basis Akuntansi: Accrual Basis
 Persamaan Akuntansi: AKTIVA = UTANG + MODAL
Types of Funds (Jenis Dana):

a. Governmental Funds (Dana Pemerintahan): Basis akun-


tansinya menggunakan modified accrual basis;
b. Proprietary Funds (Dana Kepemilikan): Basis akuntansinya
menggunakan accrual basis;
c. Fiduciary Funds (Dana Perwalian/Gadai): Basis akuntansinya
menggunakan:
 Modified accrual basis (untuk Expendable Trust Fund);
 Accrual Basis (untuk Non Expendable Trust Funds).
a. Jenis Dana Pemerintahan (Governmental Funds):

1) General Funds (GF)/Dana Umum: Untuk membukukan semua sumber daya


keuangan/sumber dana, yang tidak dialokasikan tujuan-tujuan khusus;
2) Special Revenue Funds (SRF)/Dana penerimaan Khusus: Untuk membukukan
semua sumber dana, yang dialokasikan tujuan khusus;
3) Capital Project Funds (CPF)/Dana Pemupukan Modal: Membukukan sumber
daya keuangan untuk memperoleh atau membangun barang modal (capital
facilities), kecuali yang dibukukan dalam Proprietary Funds dan Trust
Funds;
4) Debt Service Funds (DSF)/Dana Penyelesaian Hutang: Membukukan
penghimpunan sumber keuangan untuk membayar pokok dan bunga utang
jangka panjang.
b. Jenis Dana Kepemilikan (Proprietary Funds):

1) Enterprise Funds (Dana Perusahaan): Untuk mencatat/mem-


pertanggungjawabkan pembangunan dan operasional selan-
jutnya fasilitas-fasilitas pelayanan umum (biasanya sifatnya
self supporting dengan pengenaan charges/retribusi)
2) Internal Service Funds (Dana Pelayanan Internal): Untuk
membukukan pembiayaan kegiatan penyediaan barang/
pelayanan jasa suatu instansi pemerintah, untuk keperluan
instansi pemerintah lainnya.
Budgetary Accounting System

 Anggaran untuk Governmental Accounting (GF, SRF, CPF, dan


DSF) fixed budget (estimasi dengan jumlah yang tetap
bagi pendapatan dan belanja);
 Anggaran untuk Proprietary Funds flexible budget
(berubah sesuai aktivitas);
 Fiduciary Funds, Agency Funds tidak ada anggaran,
karena hanya perwakilan;
 Expendable Trust Funds dan Pension Fund flexible bud-
get.
Categories and Types of Funds

GOVERNMENTAL FUNDS PROPRIETARY FUNDS FIDUCIARY FUNDS


General Funds Enterprise Funds Pension Trust Funds
Special Revenue Funds Internal Service Funds Investment Trust Funds
Capital Project Funds - Agency Funds
Debt Service Funds - Private Purpose Trust Funds
Permanent Funds - -
Types of Proprietary Funds

• Enterprise Funds – customers are usually the gen-


eral public (as well as bussinesses andother entities
besides the government’s own departments or
agencies (Chapter 10)
• Internal Service Funds – customers are predomi-
nantly other departments or agencies of the gov-
ernment (Chapter 11)
Types of Governmental Funds

• General Funds – used to accounts for all financial


resources except those required to be accounted
for in another fund (Chapters 3 – 6)
• Special Revenue Funds - used to account for the
proceeds of specific revenue sourcs that are legally
restricted to expenditure for specified purposes
(Chapters 3 – 6)
Types of Governmental Funds
(continued)

• Capital Projects Funds – used to account for finan-


cial resources that are used to acquire or construct
major general capital assets or facilities (Chapter
7)
• Debt Service Funds – used to account for the accu-
mulation or resources for, and the payment of,
general long-term debt principal and interest
(Chapter 8)
Types of Governmental Funds
(continued)

• Permanent Funds – used to account for resources


that are legally restricted to the extent that only
earnings, and not principal, may be used for pur-
poses that support the reporting government’s pro-
grams
Types of Fiduciary Funds

• Pension (and other employee benefit) Trust Funds –


established to account for resources that are re-
quired to be held in trust for the members and
beneficiaries of defined benefit pension plans, de-
fined contribution plans, other post employment
benefit plans, and other employee benefit plans.
Types of Fiduciary Funds
(continued)

• Investment Trust Funds – used to account for the


external portion of investment pools hels by the
sponsoring governmnet.
• Private-Purpose Trust Funds – used to account for
all other trust arrangements under which principal
and/or income benefit individuals or group outside
the government.
Types of Fiduciary Funds
(continued)

• Investment Trust Funds – used to account for the


external portion of investment pools hels by the
sponsoring governmnet.
• Private-Purpose Trust Funds – used to account for
all other trust arrangements under which principal
and/or income benefit individuals or group outside
the government.
Types of Fiduciary Funds
(continued)

• Agency Funds – estabilished to account for re-


sources held in a purely custodial capacity for oth-
ers.

All Fiduciary Funds are discussed in Chapter 12


Interfund Transactions

• Interfund loans
• Interfund services provided and used
• Interfund reimbursements
• Interfund transfers

Of particular interest here are loans and transfers


Comparative Operating Statements

PROPRIETARY FUNDS GOVERNMENTAL FUNDS


Accrual Based Modified Accrual Based
Must distinguish bwtween operating and Report revenues by source and
non-operating revenues and expenses expenditures by character
Other Financing Sources and Uses
Separate reporting for capital contributions
for other resource flows, including
special & extraordinary items and transfers
transfer
Special & extraordinary items
Change in Net Assets
reported separately
- Change in Fund Balance
Comparative Balance Sheets

PROPRIETARY FUNDS GOVERNMENTAL FUNDS


Current and Noncurrent Assets Financial Assets
Current and Noncurrent Liabilities Related Liablities
Net Assets Fund Balance

Anda mungkin juga menyukai