i: Ahli Endokrin
ii : Internis
Iii : Dokter layanan primer
5.628 pasien
5
hasil
hasil
8
9
Diskusi
• 1.524 (27,1%) dengan HbA1c <7%
• ¾ pasien dengan diabetes tipe 2 tidak terkontrol dengan baik walaupun diobati dengan
Met+SU.
• Usia muda dan komplikasi diabetes (retinopati, nefropati dan durasi diabetes) berkaitan dengan
penurunan kesempatan mencapai target HbA1c.
• Diabetes tipe 2 menjadi epidemik di Asia, ditandai dengan peningkatan cepat dalam periode
singkat, onset pada usia muda dan BMI yang lebih rendah.
Lee KU et al.(1995)
Penelitian cross-sectional di Korea mengenai prevalensi yang tinggi dari pasien di
RS dengan;
CVD (7,8%)
Stroke (8,4%)
Retinopati (35,2%)
Rhee SY, Chon S, Kwon MK et al.
(2011)
Prevalensi yang tinggi dari;
Hipertensi (43,2%)
Dislipidemia (34,8%)
Penyakit makrovaskular (10,8%)
Penyakit mikrovaskular (16,7%)
Lim S, Kim DJ, Jeong IK
et al (2009)
Prevalensi yang tinggi dari komplikasi;
Mikroalbuminuria (30,3%)
Retinopati (38,3%)
Nefropati (44,6%)
CAD (8,7%)
CVD (6,7%)
PAD (3%)
Diskusi
Prevalensi komplikasi dan komorbid diabetes sejalan dengan penelitian-penelitian
sebelumnya.
Komplikasi :
Neuropati (22,5%), Retinopati (18,3%), Mikroalbuminuria (16,1%), Nefropati (44,6%), CVD
(11,5%) dan PAD (3%).
Komorbid :
Hipertensi (59,2%), TG tinggi (36,4%), LDL tinggi (33,2%), HDL rendah (33,2%).
Diskusi
• 72,9% pasien dengan Met+SU tidak mencapai target HbA1c ≤7 → regimen pengobatan saat ini
insufisien untuk mencapai target glikemik.
• Rata-rata HbA1c ; Ahli endokrin (7,6) , Internis (7,8), Pelayanan primer (8,1%).
• Studi sebelumnya : penurunan HbA1c → ahli endokrin (8,3%) vs Pelayanan Primer (8,7%).
Kurangnya intensifikasi obat pada pelayanan primer. Sehingga, resep yang sama antara pelayanan spesialis
dan pelayanan primer dibutuhkan dalam perbandingan ini.
Arai K et.al (2009) ;
Pelayanan primer → HbA1c <6,5% (43,1%) dan <7% (62,7%)
Spesialis → HbA1c <6,5% (36,2%) dan <7% (56,4%)
Keterbatasan Penelitian
Bias di pemilihan rumah sakit.
Desain cross-sectional; tidak memungkinkan follow up jangka panjang terkait
intensifikasi lanjut dari terapi antidiabetes.
Pengukuran profil lipid dan pengukuran klinis lainnya dilakukan di lab/RS berbeda
sehingga ada variasi dalam pengukurannya.
Tidak ada data mengenai pengukuran glukosa darah mandiri oleh pasien.
Tidak ada data mengenai dosis masing-masing obat.
Tidak ada data mengenai kepatuhan minum obat Met+SU dalam mengontrol glikemia.
Kesimpulan
Mayoritas pasien dengan diabetes tipe 2 di Korea memiliki kontrol glikemik yang tidak
adekuat, walaupun menerima terapi Met+SU. Intensifikasi dari antihiperglikemik dibutuhkan
untuk memastikan kontrol glikemik yang optimal dari pasien dengan diabetes tipe 2 di Korea.
Sehingga, penelitian longitudinal di masa mendatang dibutuhkan untuk menilai kontrol
glikemik di Korea pada berbagai durasi waktu setelah memulai/perawatan intensif.
Thank
you