Anda di halaman 1dari 30

CRSS ORAL SURGERY AND

EMERGENCY
EKSTRAKSI DENGAN
ANASTESI BLOK
Preceptor: drg. Edwyn Saleh, Sp. BMM

Retnaningtyas Pinastika
20194020062
PENDAHULUAN
• Pencabutan gigi merupakan suatu prosedur pengangkatan gigi beserta akarnya dari
dalam soket tulang alveolaris menggunakan tang, elevator atau dengan pendekatan
transalveolar (pembedahan). Terdapat dua teknik pencabutan gigi yaitu teknik
sederhana dan teknik pembedahan.

• Teknik sederhana dilakukan dengan menggunakan elevator atau tang ekstraksi


untuk memegang gigi yang melekat pada jaringan lunak, kemudian gigi
digoyangkan dan dikeluarkan dari dalam soket tulang alveolaris, sedangkan pada
teknik pembedahan terlebbih dahulu dilakukan pembuatan open flap, dilanjutkan
dengan pembuangan tulang sekitar gigi, kemudian gigi digoyangkan dan
dikeluarkan dari soket tulang alveolaris inferior dan dilakukan penjahitan.
Identitas pasien
Identitas
Nama : Tn. AS
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 24 tahun
Pekerjaan : Guru
Alamat : Pakem

Data Medik Umum


NO RM: 83890 Penyakit jantung : tidak ada
Diabetes : tidak ada
Hemophilia : tidak ada
Hepatitis : tidak ada
Penyakit lainnya : tidak ada
Alergi obat : tidak ada
Alergi makanan : tidak ada
Kunjungan i
15/10/2021

PEMERIKSAAN SUBJEKTIF

Seorang pasien laki-laki datang mengeluhkan gigi kanan bawah bagian


belakangnya yang berlubang besar dan tidak nyaman saat mengunyah karena
makanan sering terselip. Pasien mengatakan sekitar 2 tahun yang lalu gigi tersebut
pernah terasa sakit dan gusi di area tersebut bengkak, saat itu pasien
mengkonsumsi obat pereda nyeri. Saat ini, pasien tidak memiliki keluhan rasa sakit
lagi. Pasien menggosok gigi 2x sehari pada saat mandi pagi dan sore. Pasien tidak
dicurigai memiliki riwayat penyakit sistemik, tidak memiliki alergi obat dan
makanan. Pasien merupakan seorang perokok aktif dengan frekuensi konsumsi 3-4
batang/hari.
PEMERIKSAAN OBJEKTIF

47: Terdapat kavitas pada bagian oklusal hingga


menghabiskan 2/3 bagian mahkota dengan
kedalaman pulpa
Sondasi : -
Perkusi : -
Palpasi : -
CE : -
VITAL SIGN

Tekanan darah: 122/82 mmHg


Nadi : 84x / menit
Respirasi : 17x / menit
Suhu : afebris
INTERPRETASI RADIOGRAF

• Mahkota
terdapat area radiolusen pada bagian mahkota hingga pulpa
• Akar dan furkasi
terdapat 2 akar di mesial dan distal, bengkok, terdapat
area radiolusen pada tulang alveolar di sekitar furkasi
• Periapikal
DBN
• Lig. Periodontal
melebar pada1/3 apical
• Lamina dura
terputus pada bagian 1/3 apikal
• Alv. Crest
DBN
ASSESSMENT
Dx : nekrosis pulpa
Prognosis: baik, karena pasien kooperatif

PLANNING

1. KIE
2. Ekstraksi dengan anastesi blok
3. Kontrol dan evaluasi
PENATALAKSANAAN

Persiapan Operator
 Cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir dengan 6
langkah WHO
 Memakai APD

Persiapan Pasien
 Pasien diedukasi tentang perawatan yang akan dilakukan dan
meminta pasien untuk mengisi informed consent
 Memakai APD
ALAT

1. Dx set
2. Bein sedang dan besar BAHAN
3. Forceps mahkota molar
bawah
4. Kuret
5. Bone file 1. Povidone iodine
6. Spuit irigasi 2. Benzocaine
3. Pehacaine (lidokain HCL
2% dengan adrenaline
1:100.000)
4. Spuit injeksi
5. Tampon/kapas
6. Saline
TAHAPAN
• Mempersiapkan alat dan bahan

• Meminta pasien untuk berkumur dengan larutan antiseptik

• Tentukan line mark titik anastesi dengan cara menelusuri linea oblique eksterna
menggunakan ibu jari kemudian geser ke dataran oklusal ke arah linea oblique interna.
Pastikan sudah sesuai pada titik yang dituju dan bukan mengarah pada bagian otot
dengan cara menginstruksikan pasien untuk membuka dan menutup mulutnya

• Aplikasikan asepsis dengan povidone iodine didaerah yang akan dianastesi

• Cek daerah yang akan dianastesi lalu dikeringkan dengan kapas, aplikasikan
benzocaine dengan kapas
TAHAPAN
• Insersi jarum dengan bevel menghadap tulang. Posisi sejajar dataran oklusal dari arah
kontra lateral inter c-p hingga bevel mengenai tulang kemudian geser ke sejajar
dataran oklusal menelusuri tulang hingga tidak terasa atau tersisa 1/3 jarum, lalu geser
ke inter i lalu lakukan aspirasi

• Deponir anastesi sebanyak 1 cc untuk nervus alveolaris inferior kemudian tarik sedikit
lalu deponir kembali untuk nervus lingualis sebanyak 0,5 cc

• Test anastesi dengan pinset dan ekskavator.

• Anastesi infiltrasi pada nervus bucalis pada mucobucal fold sebanyak 0,5 cc

• Separasi gingiva dari gigi menggunakan ekskavator pada bagian mesial dan distal

• Insersikan bein ke dalam interproksimal gigi, paralel dengan permukaan akar gigi
dengan fixasi gigi sebelahnya. Gerakkan bein dengan gerakan mengungkit hingga gigi
terasa goyang.
TAHAPAN
• Gunakan forcep, insersikan paruh tang pada sisi bukal dan lingual gigi masuk
mencengkram furkasi gigi. Goyangkan ke bukal dan lingual hingga gigi terlepas.

• Pada saat dilakukan pencengkraman furkasi, gigi terbelah menjadi 2.

• Dilakukan pengambilan akar distal terlebih dahulu karena akar mesial bengkok

• Setelah keduanya terambil, cek permukaan gigi apakah utuh atau tidak. Irigasi
menggunakan saline, kuretase jaringan granulasi menggunakan kuret.

• Dep kemudian cek kembali apakah terdapat tulang yang tajam atau sisa gigi yang
tertinggal dalam soket. Haluskkan dengan bone file pada daerah yang tajam.

• Irigasi kembali menggunakan saline + povidone iodine

• Massage bagian bukal dan lingual gigi yang diekstraksi

• Dep dengan menggunakan kapas yg sudah diberi povidone iodine


PERESEPAN OBAT
R/ Amoxicilin tab 500mg No.XV
S.3dd.tab I. pc

R/ Asam Mefenamat tab 500mg No. IX


S.prn.3dd.tab I. pc

• Jangan memainkan lidah pada area bekas pencabutan


• Jangan menghisap/menyedot bekas pencabutan
• Tidak boleh merokok
• Tidak makan/minum panas terlebih dahulu
• Makan sementara pada sisi yang tidak dicabut
EDUKASI PASCA • Meminum obat sesuai dengan anjuran yang diberikan
PENCABUTAN • Mengganti kapas kurang lebih 30 menit jika masih
terdapat pendarahan
• Apabila ada keluhan atau pendarahan yang tidak kunjung
berhenti segera lapor pada operator
Kunjungan ii
14/11/2021

PEMERIKSAAN SUBJEKTIF

Pasien datang untuk melakukan kontrol pasca dilakukan pencabutan gigi pada
tanggal 15 Oktober 2021. Pencabutan dilakukan dengan cukup lancar dan tanpa
komplikasi apapun. Pasca pencabutan pasien tidak mengeluhkan kondisi apapun.
Pasien mengkonsumsi obat pereda nyeri 2x sehari selama 3 hari setelah pencabutan
dan antibiotik 3x sehari setelah pencabutan dan sudah dihabiskan.
PEMERIKSAAN OBJEKTIF

Terdapat daerah bekas pencabutan gigi 47 yang sudah mulai


tertutup, terlihat gingiva berwarwa pink coral

Palpasi: -

ASSESSMENT
Penyembuhan luka pasca ekstraksi dalam keadaan baik. VITAL SIGN

Tekanan darah :
PLANNING Nadi :
Respirasi :
1. KIE Suhu :
2. Evaluasi
Analisa jurnal
INTRODUCTION
Normal healing process
penyembuhan luka membutuhkan beberapa proses spesifik yang berurutan. mekanisme
hemostasis dan inflamatory yang utuh dibutuhkan, dan sel mesenkim harus bermigrasi ke area
luka dan berproliferasi di tempat luka. Untuk menjaga penyusunan dan pembentukan jaringan
yang baru, angiogenesis dan epitelisasi, dibutuhkan sintesis serta pengikatan kolagen sehingga
luka yang terbuka kontraksi.
Penyembuhan luka melibatkan 3 tipe sel
• epitel: beregenerasi terus menerus
• fibroblast dan vascular endotelial sel: diperlukan pada stage 2, dimana dapat bereplikasi dan
memulihkan jaringan asli
• sel dari sistem syaraf periperal dan odontoblas
WOUND HEALING
PROCESS SEQUENCE
Timing of wound healing
phases
• migrasi epitel : 24 hours
• fase inflamatory (hemostasis dan inflamasi): 4-6 hari
• Proliferasi : epitelisasi, angiogenesis, granulasi formasi, deposisi kolagen: 4-14 hari
• maturasi dan remodelling : 8 - 1 tahun
SPECIFIC
CHARACTERISTICS OF THE
ORAL CAVITY WOUND
• palatal: lebih susah karena tidak adanya underlying bone.
• periodontal: InsisiHEALING PROCESS
spesifik dan flap sangat penting
• dental implant: remodeling tulang pada dental implant minimal berlangsung selama 1 tahun
• facial burn: kerusakan bergantung pada temperatur, lama kontak, ketebalan mukosa dan
derajat vaskularisasi pada area yang luka
• bone healing: fraktur tulang rahang dapat pulih secara primer atau sekonder.
SPECIFIC
CHARACTERISTICS OF THE
ORAL CAVITY WOUND
-primer: erjadi tanpa formasi callus, adanya supplu darah yg baik, fiksasi yang stabil tanpa mobilitas tulang,

HEALING PROCESS
yang harus berkontak secara langsung dengan frakyur gap maks 1 mm.
Pada kondisi ini, ostebolas aktif 1-2 hari, dan osteoid terbentuk dalam1 minggu. Tersatunya kembali gap
dengan primary bone bisa memakan waktu 4-6 minggu bergantung pada jarak gap. Tulang tergantinkan oleh
tulang sekunder yang matang yg dikarakterisasikan dengan penyusunan kolagen fiber paralel.
-sekunder bone healing: formasi kalus. Indirect urutan bone healing: 1.) inflamasi dan hematoma formation, 2.)
stabilisais fragmen dari periosteal dan endosteal kalus, 3.) restorasi terus menerus oleh membranous dan
tulang endochondral formasi, 4.) formasi osteon dan haversian canal, dan adaptasi fungsional.
CLINICAL
MANIFESTATIONS OF
manifesi klinis dari gangguan penyembuhan luka dapat

DISTURBED WOUND
berupa perdarahan yang berlebihan, tidak adanya formasi
blood blot, formasi granuloma, sinus polip, fistula, luka
terbuka kembali, ulser, luka nekrosis, flap nekrosis, pus,

HEALING IN THE
infeksi kronis dengan atau tanpa granulasi jaringan, formasi
keloid, fibrosis, trismus

MOUTH
Hom et al, menunjukkan tanda klinis indikasi buruknya
penyembuhan luka berupa: inflamasis persisten lebih dari 7
hari, luka yang berbau busuk, eksudat meningkat, epitelisasi
yang terlambat, luka yng terbuka kembali, nekrosis, jaringan
CLINICAL
MANIFESTATIONS OF
DISTURBED WOUND
HEALING IN THE
MOUTH
CLINICAL
MANIFESTATIONS OF
DISTURBED WOUND
HEALING IN THE
MOUTH
LOCAL FACTORS
INFLUENCING WOUND
• HEALING IN THE
Perdarahan pasca operasi • Mobilitas patologi
• Hypoxia dan tekanan oksigen • Teknik penjahitan
• Iskemia MOUTH • Traumatik oklusi
• Edema • Kerusakan akibat thermal
• Infeksi lokal • Desain flap yang sembarangan
• Perforasi antrum
• Benda asing
GENERAL FACTORS
INFLUENCING THE
• Usia WOUND HEALING IN
• Nutrisi
• Faktor herediter • Kebiasaan merokok
• Vitamin A THE MOUTH
• Obat-obatan
• Kortikosteroid • HIV
• Obesitas • Kemoterapi
• Alkohol • Hyperbaric Oksigen
• Diabetes Mellitus • Anemia
• Radioterapi
CONCLUSION
Diskusi kasus
STOMATITIS APHTHOUS
RECCURENT
Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) merupakan suatu kondisi radang ulseratif yang umum
terjadi pada rongga mulut dengan penampakan ulkus dangkal berbentuk bulat dan tepi
eritematosa yang jelas dgn dasar ulkus berwarna kekuningan.
Etiologi
Etiologi SAR tidak diketahui secara pasti, namun berhubungan dgn berbagai faktor predisposisi:
Alergi
Genetik
Trauma lokal
Stress
Perubahan hormonal
Merokok
Trauma mekanik
Infeksi bakteri dan virus
Obat-obatan
Pada kasus ini, dicurigai penyebab dari SAR pada pasien adalah stress dan perubahan hormonal
DISKUSI KASUS

BENTUK SAR

Anda mungkin juga menyukai