EMERGENCY
EKSTRAKSI DENGAN
ANASTESI BLOK
Preceptor: drg. Edwyn Saleh, Sp. BMM
Retnaningtyas Pinastika
20194020062
PENDAHULUAN
• Pencabutan gigi merupakan suatu prosedur pengangkatan gigi beserta akarnya dari
dalam soket tulang alveolaris menggunakan tang, elevator atau dengan pendekatan
transalveolar (pembedahan). Terdapat dua teknik pencabutan gigi yaitu teknik
sederhana dan teknik pembedahan.
PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
• Mahkota
terdapat area radiolusen pada bagian mahkota hingga pulpa
• Akar dan furkasi
terdapat 2 akar di mesial dan distal, bengkok, terdapat
area radiolusen pada tulang alveolar di sekitar furkasi
• Periapikal
DBN
• Lig. Periodontal
melebar pada1/3 apical
• Lamina dura
terputus pada bagian 1/3 apikal
• Alv. Crest
DBN
ASSESSMENT
Dx : nekrosis pulpa
Prognosis: baik, karena pasien kooperatif
PLANNING
1. KIE
2. Ekstraksi dengan anastesi blok
3. Kontrol dan evaluasi
PENATALAKSANAAN
Persiapan Operator
Cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir dengan 6
langkah WHO
Memakai APD
Persiapan Pasien
Pasien diedukasi tentang perawatan yang akan dilakukan dan
meminta pasien untuk mengisi informed consent
Memakai APD
ALAT
1. Dx set
2. Bein sedang dan besar BAHAN
3. Forceps mahkota molar
bawah
4. Kuret
5. Bone file 1. Povidone iodine
6. Spuit irigasi 2. Benzocaine
3. Pehacaine (lidokain HCL
2% dengan adrenaline
1:100.000)
4. Spuit injeksi
5. Tampon/kapas
6. Saline
TAHAPAN
• Mempersiapkan alat dan bahan
• Tentukan line mark titik anastesi dengan cara menelusuri linea oblique eksterna
menggunakan ibu jari kemudian geser ke dataran oklusal ke arah linea oblique interna.
Pastikan sudah sesuai pada titik yang dituju dan bukan mengarah pada bagian otot
dengan cara menginstruksikan pasien untuk membuka dan menutup mulutnya
• Cek daerah yang akan dianastesi lalu dikeringkan dengan kapas, aplikasikan
benzocaine dengan kapas
TAHAPAN
• Insersi jarum dengan bevel menghadap tulang. Posisi sejajar dataran oklusal dari arah
kontra lateral inter c-p hingga bevel mengenai tulang kemudian geser ke sejajar
dataran oklusal menelusuri tulang hingga tidak terasa atau tersisa 1/3 jarum, lalu geser
ke inter i lalu lakukan aspirasi
• Deponir anastesi sebanyak 1 cc untuk nervus alveolaris inferior kemudian tarik sedikit
lalu deponir kembali untuk nervus lingualis sebanyak 0,5 cc
• Anastesi infiltrasi pada nervus bucalis pada mucobucal fold sebanyak 0,5 cc
• Separasi gingiva dari gigi menggunakan ekskavator pada bagian mesial dan distal
• Insersikan bein ke dalam interproksimal gigi, paralel dengan permukaan akar gigi
dengan fixasi gigi sebelahnya. Gerakkan bein dengan gerakan mengungkit hingga gigi
terasa goyang.
TAHAPAN
• Gunakan forcep, insersikan paruh tang pada sisi bukal dan lingual gigi masuk
mencengkram furkasi gigi. Goyangkan ke bukal dan lingual hingga gigi terlepas.
• Dilakukan pengambilan akar distal terlebih dahulu karena akar mesial bengkok
• Setelah keduanya terambil, cek permukaan gigi apakah utuh atau tidak. Irigasi
menggunakan saline, kuretase jaringan granulasi menggunakan kuret.
• Dep kemudian cek kembali apakah terdapat tulang yang tajam atau sisa gigi yang
tertinggal dalam soket. Haluskkan dengan bone file pada daerah yang tajam.
PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
Pasien datang untuk melakukan kontrol pasca dilakukan pencabutan gigi pada
tanggal 15 Oktober 2021. Pencabutan dilakukan dengan cukup lancar dan tanpa
komplikasi apapun. Pasca pencabutan pasien tidak mengeluhkan kondisi apapun.
Pasien mengkonsumsi obat pereda nyeri 2x sehari selama 3 hari setelah pencabutan
dan antibiotik 3x sehari setelah pencabutan dan sudah dihabiskan.
PEMERIKSAAN OBJEKTIF
Palpasi: -
ASSESSMENT
Penyembuhan luka pasca ekstraksi dalam keadaan baik. VITAL SIGN
Tekanan darah :
PLANNING Nadi :
Respirasi :
1. KIE Suhu :
2. Evaluasi
Analisa jurnal
INTRODUCTION
Normal healing process
penyembuhan luka membutuhkan beberapa proses spesifik yang berurutan. mekanisme
hemostasis dan inflamatory yang utuh dibutuhkan, dan sel mesenkim harus bermigrasi ke area
luka dan berproliferasi di tempat luka. Untuk menjaga penyusunan dan pembentukan jaringan
yang baru, angiogenesis dan epitelisasi, dibutuhkan sintesis serta pengikatan kolagen sehingga
luka yang terbuka kontraksi.
Penyembuhan luka melibatkan 3 tipe sel
• epitel: beregenerasi terus menerus
• fibroblast dan vascular endotelial sel: diperlukan pada stage 2, dimana dapat bereplikasi dan
memulihkan jaringan asli
• sel dari sistem syaraf periperal dan odontoblas
WOUND HEALING
PROCESS SEQUENCE
Timing of wound healing
phases
• migrasi epitel : 24 hours
• fase inflamatory (hemostasis dan inflamasi): 4-6 hari
• Proliferasi : epitelisasi, angiogenesis, granulasi formasi, deposisi kolagen: 4-14 hari
• maturasi dan remodelling : 8 - 1 tahun
SPECIFIC
CHARACTERISTICS OF THE
ORAL CAVITY WOUND
• palatal: lebih susah karena tidak adanya underlying bone.
• periodontal: InsisiHEALING PROCESS
spesifik dan flap sangat penting
• dental implant: remodeling tulang pada dental implant minimal berlangsung selama 1 tahun
• facial burn: kerusakan bergantung pada temperatur, lama kontak, ketebalan mukosa dan
derajat vaskularisasi pada area yang luka
• bone healing: fraktur tulang rahang dapat pulih secara primer atau sekonder.
SPECIFIC
CHARACTERISTICS OF THE
ORAL CAVITY WOUND
-primer: erjadi tanpa formasi callus, adanya supplu darah yg baik, fiksasi yang stabil tanpa mobilitas tulang,
HEALING PROCESS
yang harus berkontak secara langsung dengan frakyur gap maks 1 mm.
Pada kondisi ini, ostebolas aktif 1-2 hari, dan osteoid terbentuk dalam1 minggu. Tersatunya kembali gap
dengan primary bone bisa memakan waktu 4-6 minggu bergantung pada jarak gap. Tulang tergantinkan oleh
tulang sekunder yang matang yg dikarakterisasikan dengan penyusunan kolagen fiber paralel.
-sekunder bone healing: formasi kalus. Indirect urutan bone healing: 1.) inflamasi dan hematoma formation, 2.)
stabilisais fragmen dari periosteal dan endosteal kalus, 3.) restorasi terus menerus oleh membranous dan
tulang endochondral formasi, 4.) formasi osteon dan haversian canal, dan adaptasi fungsional.
CLINICAL
MANIFESTATIONS OF
manifesi klinis dari gangguan penyembuhan luka dapat
DISTURBED WOUND
berupa perdarahan yang berlebihan, tidak adanya formasi
blood blot, formasi granuloma, sinus polip, fistula, luka
terbuka kembali, ulser, luka nekrosis, flap nekrosis, pus,
HEALING IN THE
infeksi kronis dengan atau tanpa granulasi jaringan, formasi
keloid, fibrosis, trismus
MOUTH
Hom et al, menunjukkan tanda klinis indikasi buruknya
penyembuhan luka berupa: inflamasis persisten lebih dari 7
hari, luka yang berbau busuk, eksudat meningkat, epitelisasi
yang terlambat, luka yng terbuka kembali, nekrosis, jaringan
CLINICAL
MANIFESTATIONS OF
DISTURBED WOUND
HEALING IN THE
MOUTH
CLINICAL
MANIFESTATIONS OF
DISTURBED WOUND
HEALING IN THE
MOUTH
LOCAL FACTORS
INFLUENCING WOUND
• HEALING IN THE
Perdarahan pasca operasi • Mobilitas patologi
• Hypoxia dan tekanan oksigen • Teknik penjahitan
• Iskemia MOUTH • Traumatik oklusi
• Edema • Kerusakan akibat thermal
• Infeksi lokal • Desain flap yang sembarangan
• Perforasi antrum
• Benda asing
GENERAL FACTORS
INFLUENCING THE
• Usia WOUND HEALING IN
• Nutrisi
• Faktor herediter • Kebiasaan merokok
• Vitamin A THE MOUTH
• Obat-obatan
• Kortikosteroid • HIV
• Obesitas • Kemoterapi
• Alkohol • Hyperbaric Oksigen
• Diabetes Mellitus • Anemia
• Radioterapi
CONCLUSION
Diskusi kasus
STOMATITIS APHTHOUS
RECCURENT
Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) merupakan suatu kondisi radang ulseratif yang umum
terjadi pada rongga mulut dengan penampakan ulkus dangkal berbentuk bulat dan tepi
eritematosa yang jelas dgn dasar ulkus berwarna kekuningan.
Etiologi
Etiologi SAR tidak diketahui secara pasti, namun berhubungan dgn berbagai faktor predisposisi:
Alergi
Genetik
Trauma lokal
Stress
Perubahan hormonal
Merokok
Trauma mekanik
Infeksi bakteri dan virus
Obat-obatan
Pada kasus ini, dicurigai penyebab dari SAR pada pasien adalah stress dan perubahan hormonal
DISKUSI KASUS
BENTUK SAR