Anda di halaman 1dari 15

NABILA DANETA PUTRI – 1706983212 – IKGK 8 – SK 4

NABILA DANETA Kasus :


 Ibu Rini 40 tahun mengeluh gusi sering

PUTRI berdarah di rahang atas dan bawah saat


menyikat gigi
 Pasien menyikat gigi 2x sehari saat mandi pagi
1706983212 dan sebelum tidur
 Pemeriksaan klinis ditemukan :
STUDENT o PI : 1,53 ; KI : 0,69 ; PBI : 0,53 ; OHIS :
0,22
LOGBOOK o Poket absolut pada gigi 11,12,13, 21,
35,36,37 = 3-5mm

FKG UI o Poket absolut 16,17,25,26,27 = 6-7mm

IKGK 8 SKENARIO 4
Learning Issue :
1. Etiopatogenesis gusi berdarah
2. Cara menyikat gigi yg benar
3. Pemeriksaan lengkap sesuai kasus
4. Diagnosis, DD, Prognosis kasus
5. Rencana perawatan
6. Tatalaksana Kuretase
7. Tatalaksana Flap Surgery
8. Evaluasi Hasil Perawatan
9.

1
NABILA DANETA PUTRI – 1706983212 – IKGK 8 – SK 4

1. ETIOLOGI DAN PATHOGENESIS GINGIVITIS

Jaringan gingiva sehat  Jaringan gingiva yang sehat biasanya dapat diamati secara klinis misalnya kebersihan mulut yang sangat
baik, tidak ada endapan plak yang terlihat, berwarna merah muda, tidak bengkak tidak meradang, dan melekat kuat pada gigi atau
tulang yang mendasarinya

1.Stage 1: Initial Lesion (Clinically Healthy Gingival • Infiltrasi sel-sel inflamasi yang sangat banyak
Tissues) (i.e., sel-sel plasma, limfosit, neutrophil)
• Sedikit peningkatan permeabilitas vascular • Akumulasi sel-sel inflamasi pada jaringan ikat
dan vasodilatasi • Peningkatan pelepasan matrix
• GCF mengalir ke sulkus metalloproteinases dan konten lysosomal dari
• Migrasi leukosit, terutama neutrophil dalam neutrophil
jumlah relative sedikit melalui jaringan ikat • Deplesi kolagen dan proliferasi epithelium
gingiva, melewati junctional epithelium, dan • Pembentukan poket epithelium yang
menuju ke sulkus mengandung neutrophil dalam jumlah banyak
2. Stage 2: Early Lesion (Early Gingivitis, Evident 4. Stage 4: Advanced Lesion (Transition From
Clinically) Gingivitis to Periodontitis)
• Peningkatan permeabilitas vascular, • Neutrofil mendominasi epithelium dan poket
vasodilatasi, dan aliran GCF • Sel-sel inflamasi menginfiltrasi jaringan ikat
• Infiltrasi leukosit dalam jumlah banyak dalam jumlah banyak
(terutama neturofil dan limfosit) • Migrasi junctional epithelium kea rah apical
• Degenerasi fibroblast untuk mempertahankan apical barrier yang
• Destruksi kolagen  terdapat collagen- utuh
depleted area pada jaringan ikat • Penghancuran kolagen yang berlanjut
• Proliferasi epithelium sulcular dan juntional sehingga menghasilkan area luas collagen-
menuju collagen-depleted areas depleted pada jaringan ikat
3. Stage 3: Established Lesion (Established Chronic • Resorpsi tulang alveolar oleh osteoklas
Gingivitis)
2. CARA MENYIKAT GIGI YANG BENAR
1. Pada permukaan luar gigi, tempatkan ujung sikat pada tepi gusi membentuk sudut 45 derajat.
Ujung sikat menyentuh gigi dan gusi bersamaan. Posisi ini memungkinkan pembersihan pada celah
antara gigi dan gusi (sulcus gingiva)
2. Gerakkan sikat gigi secara memutar, berulang-ulang, mencakup permukaan 2-3 gigi, ulangi
gerakan pada 2-3 gigi yang lain.
3. Pada permukaan dalam gigi belakang atas dan bawah lakukan seperti poin 1 dan 2.
4. Pada permukaan dalam gigi depan atas dan bawah, gerakkan sikat dari arah gusi ke gigi.
5. Pada permukaan kunyah seluruh gigi, lakukan gerakan maju-mundur

3. PEMERIKSAAN LENGKAP
Sumber:
• Newman, MG. Takei, HH. Klokkevold, PR. Carranza, FA. Clinical Periodontology. 13th ed. Elsevier; 2019.
• White, SC. Pharoah, MJ. Oral Radiology: Principles and Interpretation. 7th ed. Elsevier; 2014.
• Panduan Pengisian Rekam Medis Periodonsia

PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
2
NABILA DANETA PUTRI – 1706983212 – IKGK 8 – SK 4

 Penilaian Pasien
o Pertimbangan status mental dan emosional pasien, temperamen, sikap, dan usia fisiologis
 Riwayat Kesehatan
o Tanggal pemeriksaan fisik sebelumnya dan seberapa sering melakukan pemeriksaan. Nama, alamat, dan nomor
telepon harus dicatat melalui komunikasi langsung.
o Rincian mengenai rawat inap dan operasi, termasuk diagnosis, jenis operasi, dan kejadian yang tidak diinginkan (ex :
anestesi, hemoragik, komplikasi infeksi)
o Semua masalah medis (ex : kardiovaskular, hematologi, endokrin), termasuk penyakit menular.
o Pendarahan abnormal seperti mimisan, pendarahan berkepanjangan dari luka ringan, ecchymosis spontan. Gejala-
gejala ini harus dihubungkan dengan obat yang diminum pasien.
o Informasi pada pasien wanita mengenai pemulaan pubertas, menopause, kelainan menstruasi, kehamilan dan
keguguran.
o Daftar semua obat yang sedang diminum pasien.
o Riwayat alergi, termasuk yang terkait dengan demam, asma, sensitivitas terhadap makanan, sensitivitas terhadap
obat-obatan (aspirin, kodein, antibiotic), dan sensitivitas terhadap dental material (latex, eugenol, resin akrilik).
o Riwayat keluarga, termasuk gangguan pendarahan, penyakit kardiovaskular, diabetes, atau penyakit periodontal.
o Informasi tentang alcohol, narkoba, dan tembakau, dan keinginan untuk berhenti.

 Riwayat Dental
o Kunjungan ke dokter gigi, termasuk frekuensi, tanggal kunjungan terakhir, perawatannya.
o Kebersihan mulut pasien, termasuk frekuensi menyikat gigi, waktu, metode, dan jenis sikat gigi dan pasta gigi, dan
berapa lama sikat diganti. Metode lain seperti obat kumur, sikat interdental.
o Perawatan ortodontik, termasuk durasi dan perkiraan tanggalnya
o Catat adanya pendarahan gingiva, termasuk saat pendarahan pertama, apakah itu terjadi secara spontan, saat
menyikat gigi atau makan, pada malam hari, apakah terkait dengan periode menstruasi atau faktor spesifik lainnya,
dan lama pendarahan serta cara untuk menghentikannya.
o Rasa tidak enak di mulut dan daerah impaksi makanan
o Apakah gigi pasein terasa “longgar” atau tidak aman, apakah mengalami kesulitan menguyah, dan apakah ada
mobilitas gigi
o Kebiasaan umum pasien, seperti grinding atau clenching pada siang hari atau malam hari. Adakah kebiasaan lain untuk
diatasi seperti merokok atau menguyah tembakau, menggigit kuku atau benda asing?
o Riwayat pasien dari masalah periodontal sebelumnya.
o Apakah pasien menggunakan gigi tiruan yang bisa dilepas. Apakah protesis meningkatkan atau merusak gigi serta
jariangan lunak di sekitarnya?
o Apakah pasien memiliki implant untuk mengganti gigi yang hilang ?
PENGISIAN REKAM MEDIS PERIODONSIA: PENGISIAN DATA UMUM
• Data umum seperti:
• Umur
• Jenis Kelamin
• Tinggi
• Berat Badan
• Tekanan darah
• Tahun nomor daftar
• wajib untuk diisi
• Tuliskan juga keluhan utama pasien, asal konsul pasien, nama operator dan pemeriksa yang mengerjakan
• Anamnesadituliskan riwayat penyakit pasien, kebiasaan menjaga kebersihan mulut, riwayat perawatan

PEMERIKSAAN OBJEKTIF
PEMERIKSAAN EO
• TMJ : diperiksa bila ada nyeri, crepitus, clicking, dan rentang pergerakkan. Otot pengunyahan harus dipalpasi untuk memeriksa
adanya nyeri dan tenderness.
• Lymph Node : periksa lymph node pada kepala dan leher. Lymph node dapat membesar atau indurasi akibat adanya infeksi.
• Kesimetrisan wajah
• Circum oris

PEMERIKSAAN IO
• Dasar mulut
• Lidah
• Palatum
• Regio orofaringeal
• Kualitas dan kuantitas saliva
• Oral mucosa  oral mucosa pada lateral dan apical gigi dapat dipalpasi untuk memeriksa adanya nyeri tekan untuk mendeteksi
abses periodontal dan periapical.
OHIS
Plak dan Kalkulus
• Keberadaan plak dan kalkulus dapat diobservasi dan jumlahnya dapat diukur menggunakan probe.
• Untuk mendeteksi kalkulus, tiap permukaan gigi diperiksa hingga ada batas gingival attachment
dengan explorer no. 13 dan 17.
Simplified Oral Hygiene Index (OHI-S)
• Oral Hygiene Index terdiri dari gabungan Indeks Debris dan Indeks Kalkulus. 6 permukaan yang
diperiksa untuk menentukan OHIS adalah 4 gigi posterior dan 2 gigi anterior.
• OHI-S = debris index + calculus index
Indeks Debris  Debris Index = (buccal scores) + (lingual scores)/(jumlah permukaan bukal dan lingual yang
diperiksa)
• 0 : tidak ada debri atau stain
• 1 : debri tidak menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi
3
NABILA DANETA PUTRI – 1706983212 – IKGK 8 – SK 4

• 2 : debri menutupi >1/3 permukaan gigi namun <2/3 permukaan


• 3 : debri menutupi >2/3 permukaan gigi
Indeks Kalkulus  Calculus Index = (buccal scores) + (lingual scores)/(jumlah permukaan bukal dan lingual yang diperiksa)
• 0 : tidak ada kalkulus
• 1 : kalkulus supragingival menutupi <1/3 permukaan gigi
• 2 : kalkulus supragingival menutupi >1/3 permukaan gigi namun <2/3 permukaan atau terdapat flek kalkulus subgingiva di
servikal gigi atau terdapat keduanya
• 3 : kalkulus supragingival menutupi >2/3 permukaan gigi atau terdapat continuous heavy band subgingival calculus disekitar
servikal gigi atau terdapat keduanya
Silness-Löe Index
• Pengukuran status kebersihan mulut dengan indeks plak Silness-Löe didasarkan pada pencatatan debris lunak dan deposit
mineral pada gigi
• Indeks Plak
• 0 : tidak ada plak
• 1 : Terdapat plak pada probe (tidak terlihat mata)
• 2 : Plak terlihat mata
• 3 : Jumlah plak banyak

PEMERIKSAAN PERIODONTIUM
Gingiva
• Gingiva harus dikeringkan sebelum dilakukan pemeriksaan karena bayangan cahaya dari gingiva yang lembab dapat
mengaburkan detail.
• Selain pemeriksaan secara visual dan menggunakan instrument, lakukan juga palpasi untuk mendeteksi perubahan patologis
serta menentukan daerah exudate.
• Hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan gingiva antara lain warna, ukuran, kontur, konsistensi, tekstur permukaan,
posisi, perdarahan, dan nyeri.

Indeks gingiva memberikan penilaian status inflamasi gingiva yang dapat digunakan dalam praktik untuk membandingkan kesehatan
gingiva sebelum dan sesudah terapi fase 1 atau sebelum dan sesudah terapi bedah.

Periodontal Pocket
• Cara yang akurat untuk mendeteksi keberadaan poket adalah dengan pemeriksaan menggunakan
periodontal probe.
• Probe harus dimasukkan secara parallel terhadap sumbu vertical gigi dan dijalankan secara
circumferential ke sekeliling permukaan gigi untuk mendeteksi area dengan penetrasi terdalam.
• Kedalaman poket merupakan jarak antara dasar poket dengan margin gingiva.
Level of Attachment
• Level of attachment merupakan jarak antara dasar poket dengan CEJ
• Saat gingival margin berhimpit dengan CEJ, kehilangan perlekatan sama dengan kedalaman poket.
• Saat gingival margin berada lebih apical dari CEJ, kehilangan perlekatan lebih besar dibanding
kedalaman poket. Oleh karena itu, jarak antara CEJ dan margin gingiva harus ditambahkan ke kedalaman poket.
Bleeding on Probing
• Penyisipan probe ke dalam poket dapat menimbulkan perdarahan bila gingiva mengalami peradangan dan epitel atrofi atau
mengalami ulserasi.
• Untuk memeriksa perdarahan karena probing, probe secara hati-hati dimasukan ke dasar poket dan digerakkan secara lateral
sepanjang dinding poket.
• Perdarahan diperiksa kembali 30-60 detik setelah dilakukan probing.
Papillary Bleeding Index
• Indeks ini memungkinkan evaluasi segera dari kondisi gingiva pasien, berdasarkan
kecenderungan perdarahan dari papilla gingiva.
• Periodontal probe dimasukan kedalam sulkus gingiva hingga ke dasar papilla pada aspek mesial
gigi lalu digerakkan ke koronal pada ujung papilla. Hal ini diulangi pada aspek distal gigi.
• 0 : tidak ada perdarahan
• 1 : perdarahan berbentuk titik
• 2 : perdarahan berbentuk garis
• 3 : perdarahan berbentuk segitiga di daerah papilla interdental
• 4 : perdarahan menyebar.
Status Lokalis RA RB
Status lokalis merupakan keadaan klinis masing-masing gigi geligi yang dapat menunjang penegakkan diagnosis kelainan periodonsia
• Trauma
Dituliskan dengan tanda plus (+) jika terdapat trauma oklusi
• Titik kontak

4
NABILA DANETA PUTRI – 1706983212 – IKGK 8 – SK 4

Dituliskan jika terdapat titik kontak namun tidak normal (+/TN) ataupun tidak ada titik kontak (-). Titik kontak dilihat dari mesial
gigi paling terminal misalnya dari gigi 18 ke 28.
• Mobilitas Gigi
Mobilitas dinilai secara klinis dengan memegang gigi dengan kuat di antara gagang dua instrumen logam atau dengan satu
instrumen logam dan satu jari.
Mobilitas dinilai berdasarkan tingkat pergerakan gigi sebagai berikut:
• Derajat 0 : kegoyahan fisiologis
• Derajat 1 : kegoyahan gigi ringan dalam arah horizontal kira-kira 0,2-1 mm.
• Derajat 2 : kegoyahan gigi dalam arah horizontal mencapai 1 mm, tetapi tanpa kegoyahan gigi dalam arah vertical
• Derajat 3 : kegoyahan gigi dengan bebas, baik dalam arah fasiolingual maupun mesiodistal.
• Vitalitas
Dituliskan dengan menunjukkan letak adanya karies dan juga status vitalitas gigi apakah vital (V) atau non vital (NV).
• Poket
• Dituliskan kedalaman poket yang diukur dari margin gingiva ke dasar poket ada tiap gigi geligi (dalam satuan milimeter).
• Jika poket relative maka diberi tanda R.
• Poket absolut kemudian digambarkan dengan tinta warna biru pada odontogram sesuai dengan kedalamannya.
• Gingival margin
Dituliskan jarak antara cementoenamel junction (CEJ) ke margin gingiva tiap gigi geligi. Gingival margin kemudian digambarkan
dengan tinta warna merah pada odontogram sesuai dengan ajrak ketinggiannya.
• Level of Attachment
• Level of attachment merupakan jarak antara dasar poket dengan CEJ (dalam satuan millimeter).
• Saat gingival margin berhimpit dengan CEJ, kehilangan perlekatan sama dengan kedalaman poket.
• Saat gingival margin berada lebih apical dari CEJ, kehilangan perlekatan lebih besar dibanding kedalaman poket. Oleh
karena itu, jarak antara CEJ dan margin gingiva harus ditambahkan ke kedalaman poket.
• Keterlibatan Furkasi
• Kehilangan perlekatan dapat menyebabkan keterlibatan furkasi, yaitu resorpsi patologis tulang interradicular dalam furkasi
pada dengan akar lebih dari satu karena penyakit periodontal.
• Keterlibatan furkasi dapat dideteksi dengan melakukan probing pada
permukaan akar yaitu di pada furkasi akar.
• Probe khusus seperti probe Nabers dapat mendeteksi furkasi mesial dan
distal gigi molar rahang atas dimana aksesnya terbatas.
• Klasifikasi Glickman merupakan klasifikasi yang paling sering digunakan
untuk menentukan keterlibatan furkasi
• Grade I : terbentuknya poket namun tulang interradicular
masih utuh
• Grade II : kehilangan tulang interradicular dan terbentuknya
poket hingga ke furkasi namun belum menembus sisi
berlawanan gigi (cul-de-sac)
• Grade III : through-and-through lesion
• Grade IV : sama dengan grade III namun disertasi resesi
gingiva sehingga furkasi secara klinis terlihat

Pemeriksaan Radiografi Periodontal


Pemeriksaan Penyakit Periodontal : Kontribusi dari Foto diagnostic
• Foto diagnostik membantu klinisi mengidentifikasi perluasan kerusakan tulang
alveolar, faktor local, dan ciri-ciri dari jaringan periodonsium yang mempengaruhi prognosis.
• Gambaran ini juga membantu menilai rasio mahkota-akar, yang menjadi factor penting dalam menggambarkan kehilangan
tulang dan menentukan prognosis dari gigi.
• Hal-hal yang penting berkaitan dengan interpretasi status periodontal terdapat di box 19-1

10 Clues Periodontal Conditions


1. Jumlah tulang yang tersisa
2. Kondisi alveolar crest
3. Kehilangan tulang pada furkasi
4. Lebar Periodontal Ligament Space
5. Faktor local yang menyebabkan penyakit periodontal : calculus, restorasi yang overcontoured atau undercountored.
6. Panjang akar, morfologi akar, dan rasio mahkota-akar
7. Kontak interproksimal : jadi tempat food impaction
8. Struktur anatomis :
- Posisi dari sinus maksila dan hubungannya terhadap
- Missing, supernumerary, impaksi, gigi tipping
9. Konsiderasi patologis :
- Karies
- Lesi periapical
- Resorpsi akar
10. Hubungan garis oklusi

Limitasi teknik intraoral (bitewing dan periapical)


1. Menyediakan gambaran 2D pada struktur 3D.
• Karena foto kemungkinan gagal memperlihatkan, bony defects over- lapped by higher bony walls may be hidden.
• Karena struktur yang overlap, hanya tulang interproksimal yang dapat dilihat secara jelas. Tetapi penurunan densitas pada akar
mengindikasikan kehilangan tualng pada aspek lingual atau bukal. Penggunaan foto multipel dengan angulasi yang berbeda
pada ( as in a full-mouth set), menjadikan operator menggunakan buccal object rule untuk mendapatkan informasi 3D seperti
saat terjadi kehilangan tulang kortikal pada aspek lingual atau bukal
2. Gambaran ini memperlihatkan destruksi tulang yang lebih minimal dibandingkan yang sebenarnya secara klinis terlihat.
• The earliest (incipient) mild destructive lesions in bone do not cause a sufficient change in density to be detectable.
3. Tidak memperlihatkan gambaran jaringan lunak, dan hubungannya dengan jaringan keras : tidak memperlihatkan kedalaman poket.
5
NABILA DANETA PUTRI – 1706983212 – IKGK 8 – SK 4

4. Level tulang biasanya diukur dari CEJ, tetapi titik acuan ini biasanya tidak valid pada
situasi dimana terdapat over-erupsi atau saat erupsi pasif pada pasien dengan atrisi

Prosedur Teknis
• Penggunaan teknik intraoral pada evaluasi penyakit periodontal dapat
dikembangkan dengan membuat foto dengan kualitas yang tinggi.
• Pada pemeriksaan periodontal, interproximal (bitewing) dan periapical
digunakan untuk evaluasi jaringan periodonsium.
• Bitewing lebih akurat dalam memperlihatkan gambaran jarak antara CEJ
dengan alveolar crest karena beam diarahkan pada 90 derajat terhadap sumbu gigi à menyediakan gambaran akurat hubungan
dari tinggi tulang terhadap akar.
• Pada periapical, terutama pada bagian posterior maksila dapat terjadi tampilan distorsi pada hubungan antara gigi dan tinggi
tulang alveolar karena adanya palatum durum, mengakibatkan tabung xray harus di arahkan sedikit ke bawah menuju gigi
posterior untuk melihat apical dari gigi pada foto.
• Pada keadaan ini, tinggi tulang alveolar di bukal dapat terproyeksikan dekat
atau di atas dari lingual CEJ, menyebabkan tinggi tulang terlihat lebih tinggi
dari yang sebenarnya.
• Gigi digambarkan pada posisi yang benar terhadap tulang alveolar saat :
1. Tidak ada gambaran overlapping pada kontak proksimal di antara mahkota
2. Tidak ada overlapping akar dengan gigi yang bersebelahan
3. Overlapping cusp bukal dan lingual molar

Early lesion
• Dokter gigi harus menentukan frekuensi optimal pengambilan foto radiograf
dengan penyakit periodontal.
• Radiograf dari seluruh area harus ada pada awal dari terapi periodontal. Perluasan dari aktiv
• Periodontitis dini = erosi lokal pada alveolar crest.
• Regio anterior memperlihatkan penumpulan di alveolar crest dan sedikit kehilangan tinggi
tulang.
• Regio anterior memperlihatkan hilangnya sharp angle antara lamina dura dan alveolar crest.
Pada early periodontitis, sudut ini normal, dan muncul seperti membulat (rounded), memiliki
batas yang ireguler dan difus

Bone loss
• Lesi mild tidak selalu berkembang menjadi severe, tetapi jika lesinya berlanjut kerusakan
tulang alveolar akan dapat menyebabkan kerusakan bervariasi pada morfologi dari alveolar
crest.
• Pola dari kerusakan tulang ini telah dibagi menjadi
1. horizontal dan vertical bone loss
2. interdental craters
3. buccal atau lingual cortical plate loss
4. furcation involvement of multirooted teeth.

Alveolar crest normal :


• 0,5 – 2 mm dibawah CEJ
• Membentuk sudut yang tajam antara lamina dura dan gigi yang ada di sebelahnya
• Puncak tulang tidak selalu terlihat well-defined
• Pada regio anterior berbentuk pointed (runcing) dan well corticated

1. Horizontal bone loss


• Dideskripsikan menjadi tampilan kehilangan tinggi tulang pada tulang alveolar dimana
crest masih berbentuk horizontal (paralel terhadap garis imanjiner yang menyatukan
CEJ gigi yang bersebelaha) tetapi posisi lebih apikal beberapa milimeter dari CEJ.
1. Mild bone loss dapat didefinisikan menjadi kehilangan tulang <20 persen atau 1-2 mm
dari tinggi tulang normal.
2. Moderate bone loss = bone loss 2 mm atau 20-50 persen dari tinggi tulang alveolar.
3. Severe bone loss = lebih dari 50 persen.

2. Vertical bone loss


• Bone Loss vertical (atau angular) = lokal pada satu gigi atau multiple pada beberapa
gigi.
• Outline dari tulang alveolar memperlihatkan angulasi oblique outline terhadap garis
imajiner yang menyambungkan dengan CEJ gigi yang bersebelahan.
• Pada bentuk kehilangan tulang dini, defek vertical terlihat seperti pelebaran
abnormal dari ruang PDL

3. Interdental craters
• Lesi two-walled, depresi mirip palung atau kawah (throughlike) yang terbentuk di
puncak tulang interdental antara gigi yang berdekatan.
• Pada foto ini terlihat seperti gambaran daerah tulang atau band yang tidak
beraturan dengan kepadatan lebih sedikit di puncak, berbatasan langsung dengan
apikal tulang normal yang lebih padat ke dasar kawah.
• Lesi ini lebih sering terjadi pada regio posterior, kemungkinan sebagai akibat dari
dimensi bukal lingual yang lebih luas dari puncak alveolar di daerah ini.

4. Buccal/lingual cortical plate loss

6
NABILA DANETA PUTRI – 1706983212 – IKGK 8 – SK 4

• Dapat mencul sebagai lesi yang independent atau dapat muncul disertai tipe lain dari kehilangan tulang seperti horizontal
bone loss.
• Tipe ini diindikasikan dengan peningkatan radiolusensi pada akar dari gigi yang dekat dengan alveolat crest.
• Bentuknya terlihat semisirkuler dengan radiolusensi di apeks dalam arah apical gigi

5. Osseous Deformities in the Furcations of Multirooted Teeth


• Gambaran = Pelebaran ruang PDL pada apeks dari tulang inter-radicular dari furkasi
• Jika kehilangan tulang sudah cukup pada lingual dan bukal dari furkasi, gambaran radiolusen pada lesi menjadi prominen

Other pattern of bone loss


Periodontal abscess
• Lesi destruktif yang berkembang cepat
• Secara klinis, terdapat rasa sakit, bengkak, dan kadang draining sinus
• Jika lesi akut tidak ada perubahan tapi jika lesi berlanjut terdapat
daerah radiolusen diatas akar gigi
• Radiolucency mungkin merupakan daerah bundar dari rarefaction,
dan jembatan tulang mungkin ada di atas aspek koronal lesi,
memisahkannya dari puncak alveolar ridge (Gbr. 19-15). Setelah
perawatan, beberapa tulang yang hilang dapat beregenerasi

Aggressive periodontitis
• Mengacu pada penyakit periodontal yang agresif biasanya muncul
pada pasien lebih muda dari 30 tahun
• Localized aggressive periodontitis melibatkan hilangnya perlekatan
insisor dan molar pertama
• Generalized aggressive periodontitis melibatkan beberapa gigi (setidaknya tiga) kecuali molar pertama dan insisor
• Gambaran radiografis localized meliputi defek vertikal yang dalam (fig.19-16), lebih sering pada RA daripada RB
• Gambaran radiografis generelized meliputi beberapa gigi atau seluruh dentition, dan rapid bone loss dapat berupa vertikal atau
horizontal

5. RENCANA PERAWATAN

MENJELASKAN RENCANA PERAWATAN KEPADA PASIEN :


1. Jelaskan kepada pasien mengenai kondisinya secara spesifik dan Hindari
pernyataan yang tidak jelas  Beritahu diagnosa kondisi pasien secara
spesifik dan jelskan mengenai penyakit tersebut
2. Mulai diskusi mengenai keadaan pasien dengan hal positif
 Diskusikan gigi yang dapat dipertahankan dan hasil jangka pajang
yang mungkin didapatkan.
 Pastikan pasien mengetahui bahwa rencana perawatan yang
dibuat oleh dokter gigi bertujuan untuk mempertahankan
sebanyak mungkin gigi dan unrtuk mencegah gigi lain memiliki
kondisi yang sama dengan gigi yang akan di rawat.
3. Rencana perawatan dijelaskan sebagai kesatuan
 Hindari kesan rencana perawatan yang dibuat oleh dokter gigi
dapat dipilih mana yang akan dilakukan oleh pasien
 Pastikan pasien mengerti bahwa protesa dan restorasi memiliki kontribusi untuk menjadi kesehatan gingiva
jika pasien tidak ingin melakukan perawatan, pasien harus mengetahui resiko tidak dilakukannya perawatan dan apa yang didapatkan
jika perawatan dilakukan:
1. penyakit periodontal adakal infeksi mikroba dan penelitian telah menunjukan bahwa penyakit periodontal adalah factor resiko
dari penyakit yang dapat membhawayakan nyawa seperti strok, penyakit jantung, penyakit paru, diabetes dan bayi premature
pada wanita usia produktif.
2. Tidak mungkin untuk mengaplikasikan restorasi atau protesa cekat jembatan pada gigi dengan penyakit periodontal karena
kegunaan dari restorasi dibatasi oleh kondisi buruk dari struktur penyokong gigi.
3. Ketidakberhasilan untuk mengeliminasi penyakit periodontal tidak hanya menyebabkan kehilangan gigi pada bagian yang
terdapak tetapi juga mempersingkat waktu kegunaan dari gigi lain disekitarnya, dengan perawatan gigi pada bagian terdampak
dapat berfungsi kembali secara sehat dan normal.

7
NABILA DANETA PUTRI – 1706983212 – IKGK 8 – SK 4

6. KURETASE
Definisi, Tujuan, Indikasi, dan Kontraindikasi Kuret
Sumber:
1. Color atlas of periodontology , rateitschak et al.
2. Atlas of Cosmetic and Reconstructive Periodontal Surgery 3th ed
3. Essentials of Clinical Periodontology

 Definisi Kuretase:
o Termasuk “closed surgical procedure” yang dilaksanakan di bawah protocol anastesi local.
o Closed surgical procedure --> terapi definitive untuk kasus yang uncomplicated, sebagai terapi
inisial untuk kasus yang kompleks dan lanjut.
o Adalah Pengangkatan lapisan epitel dalam, epithelial attachment, dan jaringan ikat yang
meradang pada bagian dalam pocket
o Men-scrape dinding gingiva dari poket periodontal untuk memisahkan jaringan lunak yang
meradang
• Perbedaan kuretase dengan scalling dan root planning :
o Scalling --> lebih mengarah untuk menghilangkan deposit (plak, kalkulus, dan stain) dari mahkota
dan akar.
o Root Planning
• Penghalusan akar untuk menghilangkan jaringan nekrotik atau yang terinfeksi dari permukaan gigi
• Atau menghilangkan sementum/dentin dari permukaan akar supaya
menghaluskan permukaan kasar dan menghilangkan kalkulus (kalo halus
biar ga ada akumulusi plak dan perlekatan kalkulus yang retensi lagi)
o Prosedur kuretase hampir selalu dibarengi bersamaan dengan root instrumentation
o Tanpa akar yang bersih dan halus, hasil kuret akan biasa saja.
o Namun, penting utk mengetahui walaupun scalling, root planning, dan kuretase
terkadang sulit untuk dilakukan, memakan banyak waktu, dan prosedur yang
membosankan --> tapi ini adalah basic dari terapi periodontal dan harus dikuasai
oleh seluruh clinicians. (Atlas of Cosmetic and Reconstructive Periodontology)
o Terdapat laporan bahwa belum ada studies yang dapat mencari tahu
perbedaan yang signifikan antara scalling dan root planning dengan atau
tanpa kuretase. (Atlas of Cosmetic and Reconstructive
Periodontology)
o Kuretase sebagai bagian dari presurgical phase ketika terdapat inflamasi
gingiva setelah pelaksanaan scalling dan penghalusan akar. (Essentials
of Clinical Periodontology)
• Tujuan: (Menurut buku Essentials of Clinical Periodontology)
o Menghilangkan jaringan granulasi terinflamasi kronis pada
dinding lateral poket (tujuan utama)
o Karena jaringan ini terdiri dari proliferasi jaringan fibroblast dan
angioblas, daerah inflamasi kronis, dan residu kalkulus serta bakteri yang
tersisa.
o Jaringan granulasi juga dilapisi epitel yang menghalangi perlekatan
kembali serat PDL dengan permukaan akar
o Teknis mengangkat bleeding tissue yang menghalangi visualisasi
• Tujuan : (Menurut buku Atlas of Cosmetic and Reconstructive Periodontal)
o Mereduksi poket, mengeliminasi dan reattachment, or perlekatan baru
o Menghilangkan sulcular epithelium dan epithelial attachment
o Menghilangkan the inflamed connective tissue dari dinding poket

• Indikasi dan Kontraindikasi (Menurut buku Atlas of Cosmetic and Reconstructive


Periodontal)
Indikasi Kontraindikasi
(Menurut buku Atlas of Cosmetic and - Jaringan fibrotic
Reconstructive Periodontal) - Poket yang dalam
- Large subgingival calculus deposits - Keterlibatan furkasi
- Suprabony poket yang edema
- Poket yang dangkal
- Suprabony poket
- Bagian dari preparasi insisial utama
untuk melakukan open surgical
procedure untuk mencapai kualitas
jaringan yang mudah untuk di-handle
dan pengurangan inflamasi
- Progressive attachment loss
- Progressive alveolar bone loss
- Peningkatan level dari
mikroorganisme pathogen
(Menurut buku Essentials of Clinical
Periodontology)
8
NABILA DANETA PUTRI – 1706983212 – IKGK 8 – SK 4

- Moderately deep infrabony pockets yang


terletak di daerah yang mudah di akses
sehingga closed surgery di sarankan
- Dapat di jadikan sebagai prosedur untuk
mengurangi inflamasi utama sebelum flap
surgeries
- Kuretase dapat dijadikan sebagai recall visits
metode maintenance untuk daerah yang
memiliki rekurensi inflamasi dan rekurensi poket
yang dalam, dan setelah dilakukan operasi
pengurangan kedalaman poket.

Instrumentasi Kuretase
Hand Instruments untuk Scaling dan Root Planing – Curettes
Kuret
 Universal Kuret : ZI 15 ; Yellow : untuk debridement awal
 Anterior Kuret : GX 4 ; Orange : untuk gigi anterior dan kaninus, dan
kadang premolar
 Posterior Kuret : M 23 A: Merah ; untuk premolar dan molar
 Paling kanan : working end dari kuret posterior M23A

Minimum Gracey Set :


Pada kasus klinis, satu set yang tediri dari empat instrument gracey dengan
double-ended sudah cukup.
- Gracey 5/6 : kuning
- Gracey 7/8 : abu-abu
- Gracey 11/12 : merah
- Gracey 13/14 : biru
- Paling kanan : working end gracey curettes 13/14

Powered Instrument untuk Debridemen


- Ultrasonic device (20.000 – 50.000 Hz)
- Sonic device (up tp 60.000 Hz)
- Motor-driven instrument

Gracey Curettes – Area Penggunaan


Gigi anterior sampai premolar
- Gracey 1/2 – insisif dan kaninus  untuk permukaan akar bagian facial pada gigi I dan C

9
NABILA DANETA PUTRI – 1706983212 – IKGK 8 – SK 4

- Gracey 3/4 – insisi dan kaninus  sama dengan GRA 1/2, namun karena angulasinya berbeda, GRA 3/4 digunakan pada sisi
palatal atau lingual

- Gracey 5/6 – gigi anterior dan premolar  Area penggunaan sebagian besar sesuai dengan kuret universal anterior. Kuret ini
dengan shank yang lurus dna panjang dapat digunakan hampir diseluruh gigi dengan poket yang dalam

- Complete Gracey Curette Set

Area Posterior
- Gracey 13/14 – Distal Molar dan Premolar

- Gracey 11/12 – Mesial Molar dan Premolar

- Gracey 7/8 dan 9/10 Fasial dan Lingual gigi Molar Premolar
Dapat juga digunakan pada furkasi yang dalam

10
NABILA DANETA PUTRI – 1706983212 – IKGK 8 – SK 4

Prosedur Kuretase dan Wound Healing


Jenis Kuretase
1. Gingival curettage: penghilangan jaringan gingiva yang
mengalami inflamasi
a. Subgingival curettage: dilakukan dari apical
hingga epithelial attachment
b. Inadvertent curettage: dilakukan secara tidak
sengaja ketika scaling dan root planing.
2. Surgical curettage
3. Chemical curettage
4. Ultrasonic curettage

Prosedur Kuretase
• Basic Technique
1. Melakukan anastesi local
2. Memilih jenis kuret yang tepat dan bagian cutting edge dihadapkan ke jaringan
3. Instrumen kuret dimasukkan untuk mengambil poket dengan gerakan horizontal
4. Area yang telah dikuretase harus dibilas dengan air untuk membuang debris
5. Jika diperlukan, dapat dilakukan suturing

• Other Technique
• Excisional New Attachment Procedure (ENAP)
1. Melakukan anastesi local
2. Melakukan insisi bevel internal dari margin gingiva ke dasar poket
3. Jaringan yang tereksisi diambil menggunakan kuret dan permukaan akar dihaluskan
4. Rapikan tepi luka, jika diperlukan dapat dilakukan suturing dan periodontal dressin
• Ultrasonic Curettage
1. Direkomendasikan untuk gingival curettage
2. Dapat menghancurkan jaringan, mengangkat epitelium, memisahkan ikatan kolagen, dan
mengubah bentuk nucleus fibroblast
3. Sama efektifnya dengan instrument manual, dan dapat menghasilkan inflamasi yang lebih minimal
4. Dapat digunakan larutan anastesi untuk membuat gingiva lebih keras ketika akan dilakukan kuretase ultrasonic.
• Caustic Drugs
1. Penggunaan obat seperti natrium sulfide, natrium hipoklorit (antiformin), dan fenol
2. Kerusakan jaringan yang meluas akibat penggunaan obat ini tidak dapat dikontrol

Healing Pasca Kuretase


• Setelah prosedur kuretasi dilakukan, akan terbentuk blood clot.
• Perdarahan juga akan terjadi pada jaringan yang mengalami
vasodilatasi dan terjadi peningkatan jumlah PMN pada
permukaan luka.
• Proliferasi jaringan granulasi akan terjadi segera setelah
perdarahan berhenti.
• Penyembuhan dan epitelisasi sulkus akan terjadi dalam 2
sampai 7 hari.
• Serat kolagen akan terbentuk dalam 21 hari.
• Setelah kuretase, pada gingiva akan terjadi perdarahan dan
tampak merah terang.
• Setelah 1 minggu, akan terjadi penurunan tinggi gingiva sebagai hasil dari perubahan posisi margin gingiva.
• Setelah 2 minggu, warna, konsistensi, permukaan, dan kontur gingiva akan kembali normal.

7. FLAP SURGERY
A. 8. DEFINISI, INDIKASI & KONTRAINDIKASI PERIODONTAL FLAP
Sumber: Color Atlas of Dental Medicine Periodontology 3rd Ed - Wolf, Rateitschak, Hassell
 Definisi  Bagian pemisahan dari pembedahan mukosa gingiva dengan jaringan dibawahnya untuk memberikan penglihatan
dan akses ke tulang dan permukaan akar
 Tujuan periodontal flap  menghilangkan plak dari permukaan akar, menghilangkan bakteri patologis, menghilangkan kalkulus
agar permukaan akarnya ‘bioacceptable’ dan proses penyembuhannya sempurna
 Fungsi periodontal flap  agar area jaringan periodontal yang akan dirawat dapat dilihat secara langsung. Seperti jaringan
tulang (alveolar ridge) dan pocket morphology.
 Soft tissue flap dapat direposisi ke apikal, coronal, maupun lateral
 Indikasi umum:
11
NABILA DANETA PUTRI – 1706983212 – IKGK 8 – SK 4

o Kasus periodontitis aktif (inflamasi) dengan pocket >5mm yang tidak bisa berhasil dengan perawatan closed therapy
 Indikasi khusus:
o Pocket infrabony
o Implant dan osseous transplant yang menyebabkan pocket infrabony
o Guided tissue regeneration (GTR)
o Penebalan marginal bone
o Hemiseksi gigi dan reseksi akar
o Ekstrasi gigi yang diikuti perawatan periodontal langsung untuk mempertahankan jaringan periodontal yang tersisa
o Prosedur crown lengthening untuk rekonstruksi prostetik
 Kontraindikasi:
o Gingival enlargement (cukup dengan gingivectomy/gingivoplasty)
o Membuka area untuk preparasi dan restorasi marginal gigi
 Keuntungan:
o Epitel pocket dapat terangkat dengan insisi inverse bevel yang dapat menghilangkan mikroorganisme patologis
o Subgingival scaling dan root planing yang optimal karena pocket dapat terlihat secara langsung
o Flap bisa dikembalikan pada posisi semula maupun direposisi ke apikal, koronal, dan lateral
o Kerusakan tulang interdental dan infrabony dapat ditutupi dengan jaringan lunak
o Tidak ada luka terbuka setelah prosedur flap
E,F INSTRUMEN DAN PROSEDUR
INSTRUMEN
SURGICAL BLADES Memiliki berbagai ukuran, yang
paling umum adalah #12D, #15,
dan #15C (Gbr. 59.7).
 Blade #12D : berbentuk
paruh dengan tepi tajam pada
kedua sisi yang
memungkinkan operator
untuk menyusuri area sempit
dan terbatas dengan gerakan
mendorong maupun menarik.
 Blade # 15 digunakan untuk
menipiskan flaps dan untuk
general purpose.
 Blade # 15C lebih sempit dari
blade # 15, untuk membuat
sayatan awal, tipe scalloping.
Desain blade yang ramping
memungkinkan untuk insisi ke
dalam bagian interdental
sempit.
 Merupakan instrumen sekali
pakai
Tissue Forceps Tissue forceps digunakan untuk
menahan flap selama penjahitan,
memposisikan dan memindahkan
flap setelah flap terhubung
kembali. Tang DeBakey adalah
instrumen yang efisien untuk
tujuan ini (Gbr. 59.12).

Scissors and Nippers (gunting Untuk menghilangkan tab jaringan


dan penjepit) selama gingivektomi, untuk
memotong margin flap, untuk
memperbesar insisi pada abses
periodontal, dan untuk
menghilangkan perlekatan otot
pada operasi mukogingiva.

Needleholders Needleholders digunakan untuk


menjahit flap pada posisi yang
diinginkan setelah prosedur bedah
selesai. Sebagai tambahan untuk
tipe biasa dari needleholders (Gbr.
59.14A), needleholder Castroviejo
digunakan untuk teknik yang
halus dan presisi yang
membutuhkan genggaman dan
pelepasan jahitan yang cepat dan
mudah (Gbr. 59.14B).

12
NABILA DANETA PUTRI – 1706983212 – IKGK 8 – SK 4

Periosteal elevator Periosteal elevator dibutuhkan


untuk membalikkan dan
memindahkan flap setelah insisi
dibuat. Woodson dan Pichard
elevator adalah yang instrument
periosteal yang biasa digunakan

Flap Operation
• Utk gingiva yg firm dan fibrotic
• (+) chance bleeding rendah, tidak sacrifice keratinized tissue, (-) more demanding
• Cth kasus dgn flap operation: gingival enlargement dgn area yg besar (lebih dari
6 gigi), ada attachment loss dan osseous defect

1. Setelah area dianastesi, lakukan probing menggunakan periodontal probe untuk


menentukan keberadaan dan luasnya defek tulang.
2. Pada aspek bukal dan lingual, dengan blade no.15 buat insisi awal scalloped
internal bevel 3 mm koronal dari mucogingival junction, mencakup pembuatan
surgical interdental papilla disetiap ruang interproksimal.

- Insisi pertama (A) parallel dengan sumbu gigi,insisi scalloped internal bevel
dari alveolar crest 0.5 hingga 1 mm dari margin gingiva.
- Papila dibedah dan ditipiskan sehingga ketebalannya sama dengan flap yang
tersisa.

3. Blade yg sama digunakan untuk thin the gingival tissues dalam arah
buccolingual hingga mucogingival junction. Blade berkontak dengan tulang
alveolar dan fullthickness atau split-thickness flap diangkat.
a. Full thickness flap (mukoperiosteal): including the periosteum, is reflected
to expose the underlying bone. Also called mucoperiosteal flap. Elevation of a
full-thickness flap requires the internal bevel incision to penetrate the
periosteum, the last tissue overlying the bone. Indicated when resective or
regenerative osseous surgery is contemplated.
b. Partial-thickness flap/split-thickness flap (mukosa): includes only the
epithelium and a layer of the underlying connective tissue. The bone remains
covered by a layer of connective tissue that includes the periosteum. Indicated
when the flap is to be positiones apically or when exposure of bone is not
desired.
c. When the tissue is thin, a flap may be elevated at full thickness slightly past
the mucogingival junction and at partial thickness apical to the mucogingival
junction. The combination of full-thickness and partialthickness flaps reduces
the risk of lap perforation at the mucogingival junction, where the tissue is
often the thinnest. This also allows for access to bone around the teeth and
preserves tissue over the bone apical to the mucogingival junction, which can be used to help stabilize the lap should it be apically
displaced.

13
NABILA DANETA PUTRI – 1706983212 – IKGK 8 – SK 4

4. Pada aspek palatal, insisi scalloped internal bevel dibuat pada batas margin gingiva pasca operasi, biasanya pada sementoenamel
atau lebih apikal dalam kasus periodontitis kombinasi dengan pembesaran gingiva. palatal flap ditipiskan sesuai kebutuhan ke arah
apikal. Bagian dasar flap kemudian diangkat (the base of the flap is then scored to bone and elevated).

5. Dengan menggunakan pisau orban, base dari setiap papila yang menghubungkan insisi fasial dan lingual dilepaskan.
6. Insisi intrasulcular dibuat pada daerah bukal,lingual, dan palatal untuk melepaskan tissue collar.
7. Margin dan jaringan interdental dihilangkan dengan kuret
8. Setelah semua jaringan dihilangkan, akar discal dan dihaluskan, tulang dikontur.
9. Flap dipindahkan atau diletakkan secara apikal dan, jika perlu, dipasang kembali untuk mencapai bone-tooth junction secara
tepat (palatal flap). Flap dijahit dengan teknik interrupted atau kontinu, dan cover area tersebut dengan periodontal dressing.
Dressing meminimalisasi infeksi postoperative, memicu healing dengan melindungi pasien dari rasa sakit yang timbul akibat
kontak luka dengan makanan atau dengan lidah selama mastikasi.

Postoperative
- Sutures dan periodontal dressing diambil setelah 1-2 minggu, berdasarakan luas surgery
Pasien diinstruksikan mengontrol biofilm  chx 1-2 kali sehari selama 2-4 minggu

G. HEALING PASKA BEDAH FLAP


Healing Setelah Bedah Flap
1. Segera setelah penjahitan ( < 24 jam):
- Hubungan antara flap dengan gigi atau permukaan tulang terbentuk oleh bekuan darah yang terdiri dari fibrin reticulum
dengan PMN, eritrosit, debris dari sel yang mengalami injury dan kapiler pada tepi luka
2. 1 – 3 hari:
- Rongga antara flap dengan gigi atau permukaan tulang menipis
- Sel epitel migrasi ke melewati batas flap dan berkontak dengan permukaan gigi. Ketika flap telah beradaptasi dengan baik
dengan prosesus alveolar, respons inflamasi berkurang
3. 1 minggu:
- Perlekatan epitel ke akar gigi terbentuk oleh hemidesmosome dan lamina basal
- Bekuan darah digantikan oleh jaringan granulasi (dari jaringan ikat), rongga tulang dan periodontal ligament
4. 2 minggu:
- Serat kolagen mulai muncul sejajar dengan permukaan gigi
- Hubungan gigi dengan flap masih lemah akibat serat kolagen immature, namun pada aspek klinis terlihat normal
5. 1 bulan: fully epithelialized gingival crevice dengan perlekatan epitel yang jelas terlihat dan mulai penyusunan serat
suprakrestal fungsional
Full-thickness flaps
- Mengekspos tulang  menyebabkan nekrosis tulang superfisial selama 1 – 3 hari  resorpsi osteoklas memuncak pada 4 – 6
hari dan menurun setelahnya  kehilangan tulang 1 mm
Osteoplasty
- Bone repair memuncak setelah 3 – 4 minggu
- Kehilangan tulang terjadi pada tahap inisial healing di tulang radicular dan interdental
- Tulang interdental  ada tulang kanselus  pemulihan total tanpa kehilangan tulang
- Tulang radicular (jika tipis dan tidak didukung oleh tulang kanselus)  bone repair menyebabkan kehilangan tulang pada
margin

8. EVALUASI PERAWATAN
Sumber: White & Pharoah - Oral Radiology Principles and Interpretation 5th ed
Carranza’s and Newman Clinical Periodontology 13th-Saunders (2018)

14
NABILA DANETA PUTRI – 1706983212 – IKGK 8 – SK 4

• Pemeriksaan yang dilakukan sama dengan evaluasi awal, 1. Pasien diminta mempraktekan instruksi control plak
hanya saja pada evaluasi pasca perawatan adalah yang sebelumnya telah dilakukan.
perkembangan dari evaluasi sebelumnya. 2. Kemudian saat pasien mengingat, kita koreksi hingga
• Hal-hal yang yang penting saat evaluasi kembali: pasien memdemonstrasikan dengan kemampuannya.
1. Karies Terkadang sesi intruksi tambahan diperlukan
2. Protesa Ciri klinis keberhasilan perawatan:
3. Oklusi 1. Plak dan kalkulus tidak bertambah (controlled oral
4. Mobilitas gigi hygiene)
5. Status gingival 2. Pembengkakan gingiva menghilang
6. Kedalaman probing periodontal dan 3. Kemerahan menghilang (tidak erythematous)
implant 4. Bleeding gingiva berkurang atau hilang
• Mukosa oral di periksa secara menyeluruh untuk kondisi 5. Attachment gingiva ke tulang dan gigi baik  pocket
pathologis patologis menghilang
• Prosedur menilai efektivitas control plak: 6. Mobilitas gigi berkurang (tidak lagi goyang)
7. Rasa sakit pasien berkurang (keluhan hilang)

Evaluasi Radiografis
10 CLUES
1. Jumlah tulang yang tersisa
2. Kondisi alveolar crest
3. Kehilangan tulang pada furkasi
4. Lebar Periodontal Ligament Space
5. Faktor local yang menyebabkan penyakit periodontal : calculus, restorasi yang
overcontoured atau undercountored.
6. Panjang akar, morfologi akar, dan rasio mahkota-akar
7. Kontak interproksimal : jadi tempat food impaction
8. Struktur anatomis :
- Posisi dari sinus maksila dan hubungannya terhadap
- Missing, supernumerary, impaksi, gigi tipping
9. Konsiderasi patologis :
- Karies
- Lesi periapical
- Resorpsi akar
10. Hubungan garis oklusi.
• Pemeriksaan radiograf harus dilakukan secara terpisah, bergantung dari keparahan kasus
dan saat ditemukan.
• Pada radiograf dilihat perbandingan dari radiograf pertemuan sebelumnya.
• Lihat:
1. Ketinggian tulang dan kondisi penyembuhan tulang
2. Tanda TFO
3. Perubahan patologis periapical
4. karies
• Evaluasi radiografis setelah perawatan pada jaringan
periodontal perlu memperhatikan beberapa poin penting,
antara lain:
1. Radiograf berupa 2D, sehingga kadang banyak
gambaran superimposed
2. Keadaan tulang yang terlihat dalam radiograf akan
lebih parah jika dilihat secara klinis
3. Hubungan antara jaringan keras dan lunak tidak dapat dilihat dari radiograf
4. Biasanya yang dijadikan patokan penurunan tulang adalah CEJ, tetapi reference pointnya harus tepat (misalkan giginya
fully erupted,
tidak ada atrisi parah, dsb)

15

Anda mungkin juga menyukai