Anda di halaman 1dari 39

Ketahanan Pangan

Kuliah Ekologi Pangan dan Gizi


materi
1 Konsep ketahanan pangan

2 sejarah ketahanan pangan

3 kebijakan ketahanan pangan

4 Ukuran dan indikator ketahanan pangan


QS Al Baqarah 168
‫َيَٰٓأُّيَها ٱلَّناُس ُك ُلو۟ا ِمَّم ا ِفى ٱَأْلْر ِض َح َٰل اًل َطِّيًبا َو اَل َتَّتِبُعو۟ا ُخ ُطَٰو ِت‬
‫ٱلَّش ْيَٰط ِن ۚ ِإَّن ۥُه َلُك ْم َع ُد ٌّو ُّم ِبيٌن‬

“Wahai manusia, makanlah dari (makanan) yang


halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah
kamu mengikuti langkah-langkah setan.
Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata
bagimu.”

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-NC-ND

3 presentation title 20XX


Do’a dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam untuk mereka yang memegang
perkara ummatnya dan memberatkan
perkara mereka:
‫ َو َم ْن‬،‫ َفاْشُقْق َع َلْيِه‬، ‫ َم ْن َو ِلَي ِم ْن َأْم ِر ُأَّمِتي َشْيًئا َفَشَّق َع َلْيِهْم‬، ‫اللُهَّم‬
‫ َفاْر ُفْق ِبِه‬، ‫َو ِلَي ِم ْن َأْم ِر ُأَّمِتي َشْيًئا َفَر َفَق ِبِهْم‬
“Ya Allah barangsiapa yang menjadi
pengatur apapun dari perkara umatku,
lalu ia menyulitkan mereka, maka
sulitkanlah ia dan barangsiapa yang
menjadi pengatur apapun dari perkara
umatku, lalu ia bersikap lemah lembut
dengan mereka maka kasihanilah
ia.” (HR. Muslim)

4 presentation title 20XX


Konsep ketahanan
pangan
Ketahanan pangan
Undang-Undang Pangan No.18
tahun 2012
ketahanan pangan adalah “kondisi terpenuhinya
pangan bagi negara sampai dengan
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya
pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan
terjangkau serta tidak bertentangan dengan
agama, keyakinan dan budaya masyarakat untuk
dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara
berkelanjutan.

Mengapa penting?
 Ketahanan pangan nasional masih menjadi isu
yang penting bagi Indonesia mengingat
kecukupan produksi, distribusi, dan konsumsi
pangan memiliki dimensi yang terkait dengan
This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-SA
dimensi sosial, ekonomi, dan politik.

6 presentation title 20XX


definisi
 Dari berbagai macam definisi yang berkembang,
definisi ketahanan pangan dari Badan Pangan
Dunia tahun 1996 menjadi definisi yang paling
sering dikutip. FAO mendefinisikan ketahanan
pangan sebagai “keadaan ketika semua orang,
kapan saja, memiliki akses fisik, sosial, dan
ekonomi terhadap pangan yang cukup, aman, dan
bergizi sesuai kebutuhan mereka demi kehidupan
yang aktif dan sehat.”

7 presentation title 20XX


Definisi di atas mempengaruhi ukuran dalam
melihat ketahanan pangan. Dari dokumen FAO di
atas, ketahanan pangan memiliki empat dimensi,
yakni ketersediaan yang cukup (availability), akses
terhadap pangan (access), pemanfaatan pangan
yang tepat (utilization), serta stabilitas stok dan
harga pangan (stability). Dengan keempat dimensi
tersebut, dibuat ukuran untuk melihat ketahanan
pangan.

Di Indonesia, dengan konsep ketahanan


pangan yang didefinisikan dalam UU
18/2012, ukuran ketahanan pangan
menggunakan tiga dimensi, yakni
ketersediaan pangan, keterjangkauan/akses
pangan, serta pemanfaatan pangan.

8 presentation title 20XX


Sejarah Ketahanan pangan

Mengapa penting?
 Ketahanan pangan nasional masih menjadi isu
yang penting bagi Indonesia mengingat
kecukupan produksi, distribusi, dan konsumsi
pangan memiliki dimensi yang terkait dengan
dimensi sosial, ekonomi, dan politik.

This Photo by Unknown Author is licensed under CC BY-SA

9 presentation title 20XX


Ketahanan pangan mulai menjadi perhatian dunia setelah
sebuah hasil survei tingkat dunia dilaporkan pada
tahun 1935. Hasil survei yang dikemas dalam laporan
berjudul “Nutrition and Public Health” tersebut
memperlihatkan terjadinya kekurangan pangan di
negara-negara miskin.
Liga Bangsa-Bangsa mengadakan pertemuan untuk
membahas kebijakan gizi bagi berbagai negara.
Keterlibatan Divisi Kesehatan dan para ahli gizi terhadap
situasi kelaparan dan kekurangan gizi dunia
menghasilkan penjelasan hubungan antara gizi dan
ketahanan pangan. Dalam perkembangannya, Liga
Bangsa-Bangsa sepakat bahwa peningkatan produksi
pangan untuk memenuhi kebutuhan manusia akan
membawa kemakmuran bagi pertanian yang juga
berdampak pada industri.
Pertama kurun waktu 1930–1945 (Pasca
Perang Dunia I)

10 presentation title 20XX


Badan Pangan Dunia (FAO) yang baru didirikan mengadakan
Survei Pangan Dunia pada tahun 1946 dengan tujuan
mengetahui kecukupan pangan, terutama energi bagi setiap
orang di dunia. Hasilnya, sepertiga populasi dunia pada tahun
1945 tidak mendapatkan energi (kalori) yang cukup.
Oleh karena itu, dirancang program peningkatan produksi
pertanian dunia hingga kemudian terjadi surplus hasil
pertanian yang mencapai lebih dari 50 persen dalam kurun
waktu 1950–1960 di beberapa negara. Situasi tersebut telah
mulai disadari oleh FAO sehingga pada tahun 1952 didirikan
Komite Persoalan Komoditas (CCP) untuk mengelola surplus
pertanian yang dihasilkan dari peningkatan produksi pertanian.
Langkah tersebut diikuti oleh Sidang Umum PBB tahun 1960
dengan mengeluarkan resolusi tentang ketentuan penyaluran
surplus pangan kepada mereka yang kekurangan pangan
melalui sistem yang dibangun PBB, yakni Program Pangan Dunia
(WFP).
Kedua periode tahun 1945–1970 yang
ditandai kemunculan FAO, situasi surplus
pangan, dan bantuan pangan

11 presentation title 20XX


Pada awal tahun 1970-an, terjadi perubahan besar karena iklim
yang memburuk di beberapa wilayah dunia sehingga beberapa
negara perlu mengimpor pangan.
Dalam Konferensi Pangan Dunia (WFC) di Roma tahun 1974,
kesadaran akan ketahanan pangan (food security) terbentuk
dengan munculnya beberapa rekomendasi.
FAO mendirikan Skema Pendampingan Ketahanan Pangan
pada tahun 1976 bagi negara berkembang untuk mencapai
ketahanan pangan. Skema tersebut dijalankan dengan dukungan
pangan dalam jangka waktu terbatas sambil menggenjot produksi
pangan. Skema tersebut dilanjutkan dengan persetujuan Program
Aksi Ketahanan Pangan pada tahun 1979.
Pada awal tahun 1980-an, muncul pemahaman baru dalam diskusi
tentang kelaparan dan ketahanan pangan hasil dari pendapat
Amartya Sen. Argumen yang muncul adalah persoalan dalam
hal kelaparan selama ini tak semata diakibatkan oleh
kurangnya makanan, tetapi lebih karena tiadanya akses
Ketiga, periode tahun 1970–1990 orang miskin atas pangan.
kesadaran pentingnya ketahanan pangan
dunia

12 presentation title 20XX


Tahun 1970-an lebih banyak memberikan perhatian Pada tahun 1986, dengan dipengaruhi oleh hasil laporan
terhadap ketersediaan pangan tingkat dunia dan nasional, Bank Dunia “Poverty and Hunger”, muncul kesadaran
Tahun 1980-an berkembang menjadi perhatian terhadap akan distingsi / perbedaan antara ketidaktahanan pangan
ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dan individu. kronis dan sementara.

Tahun 1983, FAO mengadopsi hasil konferensi Ketidaktahanan pangan kronis dihubungkan dengan
Ketahanan Pangan Dunia yang menyatakan bahwa persoalan kemiskinan struktural dan pendapatan rendah.
tujuan utama ketahanan pangan dunia adalah Ketidaktahanan pangan sementara dihubungkan dengan
memastikan bahwa semua orang kapan pun tekanan sementara karena bencana, kejatuhan ekonomi,
memiliki akses baik fisik maupun ekonomi terhadap maupun konflik.
pangan yang mereka butuhkan.
Kesadaran ini memunculkan tambahan definisi bagi
Hal itu diikuti dengan Konferensi FAO 1984 yang ketahanan pangan, yakni akses kepada setiap orang
mencetuskan dasar ketahanan pangan, yakni menjamin sepanjang waktu terhadap pangan yang mencukupi bagi
kecukupan ketersediaan pangan bagi umat manusia dan hidup yang aktif dan sehat.
terjaminnya setiap individu untuk memperoleh pangan.

13 presentation title 20XX


Ketahanan pangan dipahami dengan spektrum yang luas, mulai
dari tingkat individu hingga global. Definisi ketahanan pangan
juga semakin luas dengan memasukkan unsur keseimbangan
gizi dalam ketahanan pangan.
Periode ini awali dengan kekeringan yang memicu krisis pangan
di Afrika tahun 1992.
Pada tahun yang sama, diadakan Konferensi Internasional tentang
Gizi di Roma.
Deklarasi konferensi tersebut menyetujui penghapusan kelaparan
dan mengurangi segala bentuk kekurangan gizi. Akses terhadap
gizi dan pangan yang cukup dan aman dianggap sebagai hak
setiap manusia.
Pangan dunia dianggap cukup untuk semua orang, akan tetapi
kesenjangan akses terhadap pangan menjadi persoalan.

Keempat, periode tahun 1990-saat ini


situasi masa keemasan ketahanan pangan
dunia.

14 presentation title 20XX


Konferensi ini menampakkan kehendak kuat semua
Konferensi FAO Roma 1992 menyempurnakan definisi negara untuk
ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, yakni • menghapuskan kelaparan dan
“kemampuan rumah tangga untuk memenuhi
kecukupan pangan anggotanya dari waktu ke waktu • menyetujui hak setiap orang terhadap akses pangan
agar dapat hidup sehat dan mampu melakukan yang bergizi dan aman.
kegiatan sehari-hari”. Hal ini memunculkan perhatian besar dunia terhadap
Di sini, mulai menguat konsep kedaulatan pangan (food pentingnya kedaulatan pangan (food soverignity) dalam
soverignity) di tingkat rumah tangga dalam mencapai mencapai ketahanan pangan.
ketahanan pangan.
Langkah lain tampak dalam Millennium Development
Perkembangan penting kesadaran ketahanan pangan Goals (MDGs) yang dicanangkan PBB pada tahun 2000.
terjadi pada tahun 1996 dalam KTT Pangan Dunia yang Dalam MDGs disebutkan, tujuan pertama yang hendak
diadakan oleh FAO di Roma. Ketahanan pangan dicapai adalah penghapusan kemiskinan dan kelaparan.
dipahami sebagai situasi “ketika semua orang, kapan Dengan adanya krisis pangan 2005 di Nigeria serta krisis
pun, memiliki akses fisik, sosial, dan ekonomi harga pangan dunia tahun 2008, muncul kesadaran
terhadap pangan yang cukup, aman, dan bergizi tentang aspek ekonomi (akses) dari ketahanan pangan.
sesuai kebutuhan mereka demi kehidupan yang aktif
dan sehat.” Pangan tersedia, panenan melimpah, tetapi harga
pangan terlalu tinggi untuk dapat diperoleh bagi
kebanyakan populasi.

15 presentation title 20XX


Kedaulatan pangan
Kedaulatan Pangan adalah hak negara,
bangsa, dan individu untuk menentukan
kebijakan dan sistem pangan yang sesuai
dengan kebutuhan, potensi, dan budaya
mereka123. Kedaulatan Pangan menjamin
hak atas pangan yang berkualitas,
berkelanjutan, dan ramah lingkungan

16 presentation title 20XX


Kebijakan di indonesia
strategi pencapaian ketahanan pangan di Indonesia
sering disamakan dengan ketersediaan pangan,
terutama ketersediaan beras dan swasembada
beras, lebih daripada kepemilikan pangan.

Pada masa Orde Lama, kebijakan pangan di


Indonesia difokuskan pada swasembada beras.
Terdapat dua kebijakan besar untuk mendukung
fokus tersebut, yakni Program Kesejahteraan
Kasimo dan Program Sentra Padi.

17 presentation title 20XX


• Program Kesejahteraan Kasimo turut didukung oleh
Selama Orde Baru, ketahanan pangan dipahami dengan
pembentukan dan peran Yayasan Bahan Makanan
menggunakan tiga asumsi
(Bama) pada tahun 1950–1952 serta Yayasan Urusan
Bahan Makanan (YUBM) tahun 1953–1956. 1. Pertama, kelangkaan pangan secara cepat direfleksikan oleh
• Program Sentra Padi, antara lain didukung oleh peran meningkatnya harga pangan.
Yayasan Badan Pembelian Padi (YBPP) tahun 1956, 2. Kedua, harga (pangan) yang terjangkau cukup dapat
Program Substitusi Jagung tahun 1963, serta menjamin akses semua orang untuk memperoleh pangan
pembentukan Bimas dan Panca Usaha Tani. yang memadai.
3. Ketiga, produksi pangan domestik yang cukup (swasembada)
Pada masa peralihan Orde Lama ke Orde Baru, selama menjadi cara yang paling efektif untuk mencapai stabilitas
tahun 1965–1967, beberapa kebijakan pangan harga pangan dalam negeri (dan pada gilirannya mencapai
pemerintah meliputi, antara lain pembentukan Komando ketahanan pangan).
Logistik Nasional (Kolognas) tahun 1966 serta pendirian
Badan Urusan Logistik (Bulog) yang menggantikan
Kolognas tahun 1967. Kebijakan pangan selama Orde Baru dapat dikelompokkan
menjadi tiga periode sesuai perhatian rencana pembangunan
Bulog kemudian menjadi satu-satunya pembeli beras
lima tahun (repelita):
tunggal di Tanah Air.
1. swasembada beras (1969–1979),
2. swasembada pangan (1979–1989), dan
3. kembali lagi swasembada beras (1989–1998).

18 presentation title 20XX


1. swasembada beras tahun 1969–1979 2. swasembada pangan (1979–1989),
• menambah tugas Bulog sebagai manajemen stok terdapat beberapa program, antara lain mengembalikan
penyangga pangan nasional (1969), pengimpor gula tugas Bulog sebagai pengontrol harga gabah, beras,
dan gandum (1971), pengadaan daging untuk DKI tepung, gandum, dan lain-lain dengan Keppres 39/1978.
Jakarta (1974), hingga mengontrol impor kacang
kedelai (1977).
• Selain itu, muncul Serikat Tani Indonesia (1971),
• penetapan Revolusi Hijau untuk mencapai
Pada tahun 1984, Indonesia mendapatkan
swasembada beras (1974), medali dari FAO karena keberhasilan
• serta penetapan harga dasar jagung, kedelai, kacang swasembada beras.
tanah, dan kacang hijau (1978).

3. Swasembada beras (1989–1998),


Pada periode ini, Bulog diubah fungsinya menjadi hanya
mengontrol harga beras dan gula pasir (1997). Bahkan,
pada 1998 Bulog hanya mengontrol harga beras saja.

19 presentation title 20XX


Kebijakan swasembada beras kembali dilanjutkan selama pemerintah Presiden BJ Habibie,
Abdurrahman Wahid, dan Megawati Soekarnoputri. Presiden Abdurrahman Wahid
menegaskan tugas Bulog sebagai manajemen logistik beras, mulai dari penyediaan,
distribusi, dan mengontrol harga.
Pada masa Presiden Megawati, Bulog diprivatisasi (2003) serta swasembada beras
ditegaskan sebagai strategi tunggal di bidang pangan (2004).
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menempuh kebijakan revitalisasi pertanian dan
swasembada lima komoditas pangan, yakni beras, jagung, gula, kedelai, dan daging sapi.

reformasi

20 presentation title 20XX


Kebijakan SBY ini disertai dengan komitmen untuk
• meningkatkan pendapatan petani demi menggenjot PDB,
• pembangunan agribisnis yang mampu menyerap tenaga kerja,
• serta swasembada beras, jagung, serta palawija.

21 presentation title 20XX


Dalam pemerintahan Presiden Joko Widodo, kebijakan pangan juga diarahkan untuk swasembada pangan.
Beberapa program yang muncul, antara lain Program Cetak Sawah, Korporasi Usaha Tani, dan Program
Lumbung Pangan Masyarakat. Selain itu, konsep ketahanan pangan didukung dengan kebijakan
kedaulatan pangan.
Di tingkat kebijakan, konsep kedaulatan pangan di Indonesia mulai muncul pada akhir pemerintahan SBY
dalam UU 18/2012 tentang Pangan. Konsep tersebut dipertegas dan diperjelas oleh pemerintahan Presiden
Joko Widodo sesuai dengan pemikiran yang berkembang di tingkat global, yakni sebagai suatu kebijakan
pangan yang lebih mendasar.
Selama pemerintahan Presiden Joko Widodo, konsep kedaulatan pangan muncul beberapa kali dalam
dokumen pemerintah, antara lain dalam Nawacita, RPJM, Rencana Induk Pembangunan Pertanian,
Rencanan Kerja Kementerian Pertanian

22 presentation title 20XX


Ukuran ketahanan pangan
Global sd individu
 ukuran ketahanan pangan meliputi berbagai
tingkatan, mulai dari cakupan global, nasional,
regional, komunitas, rumah tangga hingga
individu.

indikator
 1) tingkat produksi, ketersediaan, konsumsi dan
perdagangan pangan,
 2) rasio stok pangan dan konsumsi,
 3) skor tingkat ketersediaan dan konsumsi,
 4) kondisi keamanan pangan,
 5) keadaan kelembagaan cadangan pangan
masyarakat, hingga
 6) kemampuan untuk melakukan stok pangan.

23 presentation title 20XX


Di tingkat rumah tangga dan individu, ketahanan pangan dapat dilihat dari sisi akses baik fisik maupun
ekonomi terhadap pangan.
Akses fisik ditentukan oleh ketersediaan dan distribusi pangan.
Sedangkan akses ekonomi dipengaruhi oleh daya beli dan pendapatan.

Pada tahun 1994, FAO mengembangkan ukuran ketahanan pangan rumah tangga dengan menggunakan
indeks ketahanan pangan rumah tangga atau average household food security index (AHFSI) untuk
beberapa negara berkembang.

24 presentation title 20XX


Dikembangkan pula indeks ketahanan pangan global (GFSI) oleh The Economist Intelligence Unit (EIU).
GFSI menggunakan dimensi ketersediaan, keterjangkauan, serta kualitas dan keamanan pangan. Pada
tahun 2012, Indonesia mendapatkan skor 46,8 dan menempati urutan 64 dalam Indeks GFSI. Nilai dan
peringkat tersebut kemudian naik menjadi 62,8 dan peringkat ke-62 pada tahun 2019.
Pada tahun 2022, indeks ketahanan pangan Indonesia berada di level 60,2 atau meningkat 1,7%
dibandingkan tahun 2021. Meski demikian, ketahanan pangan Indonesia pada 2022 masih lebih rendah
dibanding rata-rata global yang indeksnya 62,2, serta di bawah rata-rata Asia Pasifik yang indeksnya 63,4
Ukuran lain dibuat oleh International Food Policy Research Institute (IFPRI) dengan Indeks Kelaparan
Global (GHI) yang menggunakan empat aspek, yakni kekurangan gizi, wasting anak, stunting anak, dan
kematian anak. Pada tahun 2019, Indonesia menempati urutan ke-70 dengan skor GHI 20.1.

25 presentation title 20XX


26 presentation title 20XX
27 presentation title 20XX
Di Indonesia, BPS mengembangkan Indeks Ketahanan Pangan (IKP) yang menjelaskan ketahanan pangan
di suatu daerah. IKP disusun dengan tiga dimensi, yakni ketersediaan pangan, keterjangkauan/akses
pangan, serta pemanfaatan pangan. Sekarang dikerjakan oleh Badan Pangan nasional

Dimensi ketersediaan pangan diwakili dari sisi kecukupan pangan. Dimensi keterjangkauan/akses pangan
diwakili dari keterjangkauan fisik, ekonomi, dan sosial. Sedangkan, dimensi pemanfaatan pangan diwakili
oleh aspek kecukupan asupan serta aspek kualitas air. IKP menggambarkan rata-rata persentase dari ketiga
dimensi di atas. Hasilnya, dibuat tiga kategori, daerah kurang tahan pangan, cukup tahan pangan, dan
tahan pangan tinggi hingga level provinsi. Di level Kabupaten, Badan Ketahanan Pangan (BKP)
memperluas cakupan IKP hingga tingkat kabupaten/kota.
Indonesia juga mengadopsi IKP di tingkat rumah tangga menjadi Indeks Ketahanan Pangan Rumah
Tangga (IKPRT) berdasarkan konsumsi energi dan proteni.

28 presentation title 20XX


https://badanpangan.go.id/storage/app/media/2023/Buku%20Digital/Buku%20Indeks
%20Ketahanan%20Pangan%202022%20Signed.pdf
Selain berbagai ukuran yang menyatukan beberapa indikator dalam bentuk indeks di
atas, ketahanan pangan juga dapat dilihat dari beberapa indikator terpisah, antara lain
ketersediaan pangan, keterjangkauan pangan, hingga pemanfaatan pangan. Di
dalamnya terdapat indikator, seperti stabilitas harga pangan pokok, produksi pangan
pokok, luas panen pangan pokok, akses distribusi pangan, peningkatan jumlah
penduduk, hingga impor komoditas pangan pokok.

29 presentation title 20XX


Menurut Bapanas

30 presentation title 20XX


Selama pandemi Covid-19, kestabilan ketahanan pangan
Situasi pangan Indonesia di seluruh dunia dan Indonesia mengalami gejolak. Di
Indonesia, kementerian pertanian mengembangkan
Di Indonesia, salah satu indikator pangan adalah beras. kebijakan yang disebut “4 Cara Bertindak” yang meliputi
Data beras dapat dilihat salah satunya dari produksi, luas peningkatan kapasitas produksi, diversifikasi pangan
panen, dan produktivitas padi. lokal, penguatan cadangan pangan dan sistem logistik,
Dari luas panen padi, selama 2014–2018 terdapat serta pengembangan pertanian modern.
peningkatan yakni dari 13,8 juta hektare pada tahun
2014 menjadi 15,9 juta hektare pada tahun 2018. Selain itu, pemerintah juga menjamin ketersediaan dan
Dalam kurun waktu yang sama, produksi padi juga kemudahan akses pangan bagi masyarakat selama
mengalami kenaikan, dari 70,9 juta ton pada tahun 2014 pandemi dengan menggelontorkan dana sebesar Rp 25
menjadi 83 juta ton pada tahun 2018. Sedangkan triliun.
produktivitas padi juga meningkat, dari 51,4 kuintal per
hektare pada tahun 2014 menjadi 51,9 kuintal per
hektare pada tahun 2018.

31 presentation title 20XX


IKP Nasional indonesia
IKP Nasional memiliki peran yang sangat
strategis dalam mengukur
• capaian pembangunan ketahanan pangan
di suatu wilayah,
• mengukur kinerja daerah dalam memenuhi
urusan wajib pemerintah, dan
• merupakan salah satu alat dalam
menentukan prioritas pembangunan daerah
dan prioritas intervensi program.
Secara khusus, penyusunan IKP Nasional
dilakukan dengan tujuan mengevaluasi
capaian ketahanan pangan dan gizi wilayah
kabupaten/kota dan provinsi

32 presentation title 20XX


Menurut Bapanas

33 presentation title 20XX


Indikator yang
dipergunakan
1. Rasio konsumsi normatif per kapita
terhadap produksi bersih
2. Persentase penduduk yang hidup di
bawah garis kemiskinan

Produksi bersih didekati dari angka produksi 3. Persentase rumah tangga dengan
setelah dikurangi susut, tercecer, penggunaan proporsi pengeluaran untuk pangan lebih
untuk benih, pakan dan industri non pangan. dari 65 persen terhadap total pengeluaran
Sedangkan konsumsi normatif ditentukan 4. Persentase rumah tangga tanpa akses
sebesar 300 gram/kapita/hari. Data produksi listrik
padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan sagu,
serta stok beras pemerintah daerah 5. Rata-rata lama sekolah perempuan di
menggunakan angka tetap 2021 dari BPS dan atas 15 tahun
Kementerian Pertanian.

34 presentation title 20XX


Indikator yang
dipergunakan
6. Persentase rumah tangga tanpa akses ke
air bersih
7. Rasio jumlah penduduk per tenaga
kesehatan terhadap tingkat kepadatan
penduduk
8. Persentase balita dengan tinggi badan di
bawah standar (stunting).
9. Angka harapan hidup pada saat lahir

35 presentation title 20XX


lima kabupaten
dengan urutan skor
terbaik adalah Tabanan
(92,20), Badung (91,29)
dan Gianyar (91,07) di
Provinsi Bali; Sukoharjo
(89,11) dan Wonogiri
(88,15) di Provinsi Jawa
Tengah.

36 presentation title 20XX


Berdasarkan
peringkat IKP
Provinsi, lima
provinsi dengan
urutan skor terbaik
adalah Bali (85,19),
Jawa Tengah (82,95),
Sulawesi Selatan
(81,38), Kalimantan
Selatan (81,05) dan
DI Yogyakarta
(80,88). Sedangkan
lima provinsi dengan
urutan skor
terendah, yaitu
Papua (37,80), Papua
Barat (45,92), Maluku
Utara (58,39),
Maluku (60,20), dan
Kepulauan Riau
(63,83).
37 presentation title 20XX
Fokus peningkatan IKP diprioritaskan pada
beberapa kabupaten dan kota, sebagai berikut:
Rekomendasi
a. Kabupaten yang terletak di wilayah
Indonesia Timur, khususnya Papua dan Papua d. Kota yang memiliki keterbatasan
Barat dengan daerah rentan rawan pangan akses terhadap pangan terutama dalam
terbesar, hal peningkatan daya beli masyarakat,
b. Kabupaten di kepulauan yang menghadapi
e. Kota yang memiliki keterbatasan
kendala akses fisik terhadap sumber pangan,
dalam pemanfaatan pangan
c. Kabupaten yang menghadapi masalah dikarenakan oleh pemahaman/
ketersediaan pangan, rendahnya akses pengetahuan yang terbatas terhadap
terhadap air bersih, keterbatasan daya beli pangan dan gizi, pola asuh, ataupun
karena tingginya tingkat kemiskinan dan karena buruknya sanitasi dan akses
masalah stunting pada balita, terhadap air bersih.

38 presentation title 20XX


THANK YOU
Pramudya kurnia

Anda mungkin juga menyukai