Anda di halaman 1dari 9

Asian Pacific

Heritage Month
Patofisiologi
Perjalanan Penyakit Kanker Paru:
1. Tahap Pre Patogenesis.
Pada tahap ini penderita masih dalam keaadan sehat namun penderita mempunyai faktor resiko yang dapat menyebabkan
kanker Paru.
2. Tahap Subklinis
Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis.
3. Tahap Klinis
I. Gejala Intrapulmoner : Batuk, batuk darah, sesak napas, nyeri dada.
II. Gejala Intratorasik Ekstrapulmoner : Efusi Pleura, Pneumothoraks, efusi pericardium, gangguan menelan, sindrom
vena kava superior, suara serak, gangguan diafragma, kerusakan nervus vagus, tumor Pancoast, sindrom horner.
III. Gejala Ekstratorasik Metastatik : susunan saraf pusat, metastasis ke tulang, metastasis ke hepar, metastasis ke
adrenal, metastasis ke gastrointestinal, metastasis kulit,
IV. sindrom paraneoplastic : Suatu sindrom akibat produksi bahan aktif biologi oleh sel-sel tumor, substansi ini
menimbulkan efek walaupun letaknya jauh dari tumor
1. Tahap Penyakit Lanjut.
Pada tahap lanjut penyakit kanker paru ini adalah pasien mengalami
anoreksia, lelah yang berlebih dan penurunan berat badan.
2. Tahap Terminal.
Dengan adanya pengobatan dan terapi-terapi yang dilakukan dapat
meningkatan harapan hidup bagi pasiennya. Namun banyak pasien yang
meninggal karena komplikasi dan kanker sudah bermetatasis ke organ
lainnya .
Pemeriksaan Penunjang :
A. Analisa Gas Darah

pH 7,31

PCO2 49
Berdasarkan nilai AGD yang di dapat dari Tn. P tanpa
PO2 60
menggunakan bantuan oksigen tambahan, maka hasil
HCO3 30
interpretasi AGD adalah : Asidosis Respiratorik Terkompensasi
BE -13,1 Sebagian. (Eager et al., 2021)
SpO2 93%

B. Foto Thoraks

Pada hasil Rontgen thoraks menunjukan adanya gambaran massa


sepanjang lapang paru kanan.
BAB III
PEMBAHASAAN
Pengkajian :
Pengkajian cepat untuk mengedentifikasi dengan segera masalah actual/potensial dari life threatening (berdampak
terhadap kemampuan pasien untuk mempertahankan hidup).
 Airway : Tidak ditemukan adanya sumbatan pada jalan nafas ataupun tanda-tanda sumbatan pada jalan nafas.
 Breathing : Look, listen dan feel dengan melakukan penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasi pasien.

 Circulation : Tingkat kesadaran, warna kulit, nadi, dan hipotensi/hipertensi, takikardia, takipnea, pucat,
ekstremitas dingin, penurunan capillary refill time.

 Disability : skala AVPU

 Exposure : Pemeriksaan harus dipusatkan pada bagian tubuh yang paling berkonstribusi pada status penyakit
pasien
Invite questions from the audience
Evidence Based Nursing

Intervensi yang dirancang secara individual,


proporsi komunikasi yang tinggi, durasi yang
singkat, keterlibatan pengasuh, dan penggunaan
Model Bernafas, Berpikir, Berfungsi
(Breathing, Thinking, functioning model/ BTF)
efektif dalam standarisasi intervensi dan
pengembangan dalam memanajemen sesak
napas episodik.
Keperawatan berbasis bukti intervensi
untuk pasien dengan kanker paru-paru
kronis dan kanker primer dapat
mengurangi rasa sakit pasien, secara
efektif mneingkatkan kualitas hidup
mereka, mengurangi emosi negatif dan
meningkatkan kepuasan dengan asuhan
keperawatan mereka,sehingga layak di
promosikan di klinik.
Resources

Herdman.H, dkk (2021). NANDA International Nursing Diagnoses Deffinition and


Classification 2021-2023. Twelfth Edition. (Thieme) . New York.

Agus.S, dkk (2017 ). Buku Ajar Respirologi dan Penyakit Kritis Ilmu Penyakit Dalam.
(Zulkifli). Jakarta. ISBN 978-602-9756-83-8. Perpari Indonesia.

Eager M, (2021) Mechanisms of hypoxaemia and the interpretation of arterial blood gases.
Surgery 39;10 (united Kingdom).

Schloesser K, et.al (2021). Development of a Brief Cognitive and Behavioral Intervention for
the Management of Episodic Breathlessness—A Delphi Survey With International Experts.
Journal of Pain and Symptom Management (2021) 61(5) 963-973.e1.

Chen et al. (2019) Evidence-based nursing can improve the clinical efficacy of cancer pain care
for patients with lung cancer. www.ijcem.com /ISSN:1940-5901/IJCEM0089846

Anda mungkin juga menyukai