Anda di halaman 1dari 24

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

REPUBLIK INDONESIA

INTEGRASI DATA DUKCAPIL DAN


DAPODIK SEBAGAI SUMBER DATA
ATS

Oleh:
DIREKTUR SUPD IV
DITJEN BINA PEMBANGUNAN DAERAH
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Outline Pembahasan
KEBIJAKAN TERKAIT PENANGANAN
ANAK TIDAK SEKOLAH

STRATEGI NASIONAL PENANGANAN ANAK


TIDAK SEKOLAH

INTEGRASI DATA DUKCAPIL DAN DAPODIK

2
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

PERUBAHAN KEBIJAKAN SPM


UU NO 32 / 2004 Tentang Amanat UUD 1945 (Hak Setiap Warga Negara UU NO 23/ 2014 Tentang
PEMDA Mendapatkan Pelayanan Dasar PEMDA

SPM : Ketentuan Jenis dan Mutu Pelayanan


Dasaryang merupakan Urusan Pemerintahan
PP No 65 / 2005 tentang Pedoman Wajib yang berhak diperoleh secara minimal PP No 2 / 2018 tentang SPM
Penyusunan SPM

Permendagri No 6 / 2007 tentang Permendagri No 79/ 2007 tentang Permendagri No 59/2021 Permendikbud No 32 / 2022
Juknis Penyusunan & Penerapan Pedoman Penyusunan rencana tentang Penerapan PM tentang Standar Teknis SPM PDK
SPM Pencapaian SPM

Permendikbud No 23 Tahun 2013 Supply/Produsen


tentang SPM Deman/Konsumen / Warga Negara

PEMDA PROVINSI:
SUPPLY / PRODUSEN (27 1. SPM Pendidikan Pemda Kab/Kota:
INDIKATOR)
Menengah 1. Pendidikan dasar
2. SPM Pendidikan 2. Paud dan Pendidikan kesetaraan
Capaian Secara Bertahap, PEMDA Khusus
SPM PENDIDIKAN DASAR
100% di Tahun 2014 KABUPATEN / KOTA

Capaian 100% / Tahun / Warga


Negara Usia Sekolah 3
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN SPM
Pasal 12 Ayat (1) Urusan Pemerintahan
Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan
Dasar meliputi: a. pendidikan; b. kesehatan;
c. pekerjaan umum dan penataan ruang; d.
perumahan rakyat dan kawasan permukiman; e.
UU NO 23 ketenteraman, ketertiban umum, dan
TAHUN 2014 pelindungan masyarakat; dan f. sosial.
Pasal 11 Ayat (3) Urusan Pemerintahan
Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar
adalah Urusan Pemerintahan Wajib yang
sebagian substansinya merupakan Pelayanan
Dasar.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN SPM

Pasal 18 Ayat (2) Pelaksanaan Pelayanan Dasar pada Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan
dengan Pelayanan Dasar berpedoman pada SPM yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
Pasal 18 Ayat (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai SPM diatur dengan PP
Pasal 18 Ayat (1) Penyelenggara Pemerintahan Daerah memprioritaskan pelaksanaan Urusan
Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar

Pasal 1 Ayat (17) Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan mengenai jenis dan mutu Pelayanan
Dasar yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang berhak diperoleh setiap warga negara
secara minimal.
Pasal 298 Ayat (1) Belanja Daerah diprioritaskan untuk mendanai Urusan Pemerintahan Wajib yang
terkait Pelayanan Dasar yang ditetapkan dengan SPM
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

SPM Bidang Pendidikan


(PP No 2 / 2018)

SPM
PENDIDIKAN

Pemenuhan JENIS MUTU

Pelayanan dasar
PENDIDIKAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN
Minimal MENENGAH KHUSUS
PAUD DASAR KESETARAAN JUMLAH KUALITAS

Provinsi Kabupaten/Kota
BARANG/JASA
PENERIMA 16-18 04 -18 7-18 Pendidik dan
5-6 Thn 7-15 Thn
(WN) Thn Thn Thn tenaga
kependidikan
6
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
Indikator Standar Pelayanan Minimal sektor pendidikan mengacu pada indikator
dalam Profil Pendidikan (1/2)
Indikator SPM Kab / Kota Provinsi
PAUD SD SMP SMA SMK SLB

Angka partisipasi kasar X

Partisipasi Angka partisipasi sekolah


peserta didik X

Angka partisipasi murni

Kemampuan literasi X
Kualitas hasil
belajar
Kemampuan numerasi X

Tingkat penyerapan lulusan SMK X X X X X


Kualitas hasil
belajar kejuruan
Kepuasan dunia kerja terhadap budaya kerja lulusan SMK X X X X X

Pemerataan Perbedaan skor literasi X


kualitas hasil
belajar Perbedaan skor numerasi X

9
Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

ISU STRATEGIS BIDANG PENDIDIKAN SAAT INI YANG MENJADI DASAR RUMUSAN
KEBIJAKAN DAN STRATEGI DALAM DOKRENAS DAN DOKRENDA KEDEPAN
Kualitas Pendidikan yang Rendah 2
Layanan Pendidikan Belum Merata 1
 Perkembangan proporsi siswa yang di atas batas kompetensi minimum
 APK SMA/SMK/MA/Sederajat masih di bawah 90% dengan tingkat dalam tes PISA sejak tahun 2006-2018 mengalami stagnan.
penyelesaian di bawah 70%. Masih ada kesenjangan partisipasi  Hasil Asesmen Nasional menunjukkan bahwa hanya siswa
antarwilayah dan antarstatus sosial-ekonomi (e.g. APK SMA/MA/Sederajat telah mencapai kompetensi minimum untuk literasi.
SMA/SMK/MA/Sederajat pada 20% kelompok termiskin sebesar  Sebagian besar guru sudah memiliki kualifikasi minimal S1/DIV.
73,21%, sedangkan pada 20% kelompok terkaya sebesar 96,74%). Namun, kurang dari 50% yang belum memiliki sertifikasi. Di samping
itu, kompetensi guru masih perlu ditingkatkan yang ditunjukkan oleh
 61,12% penduduk usia 15 tahun ke atas masih berpendidikan SMP ke nilai rata-rata hasil UKG Nasional masih di angka 56,69.
bawah.
.

Indikator SPM Pendidikan:


• Rata – Rata Kemampuan Literasi & Numerasi
Indikator SPM Pendidikan:
Siswa berdasarkan AN
APK/APS dan APM • Proporsi PTK Bersertifikat
• Proporsi PTK Penggerak
• Pengalaman Pelatihan Guru

STRANAS ATS • SE MENDAGRI NO 420/9239/SJ TAHUN 2018 TTG


PELAKSANAAN PENDIDIKAN LITERASI SEKOLAH DI
DAERAH
• SE MENDAGRI NO 400.1.7/2097/SJ TTG PERCEPATAN
CAPAIAN PENDIDIKAN NUMERASI SEKOLAH DASAR DI
DAERAH
Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia

ISU STRATEGIS BIDANG PENDIDIKAN SAAT INI YANG MENJADI DASAR RUMUSAN
KEBIJAKAN DAN STRATEGI DALAM DOKRENAS DAN DOKRENDA KEDEPAN

5 Ketersediaan Prasarana Pembelajaran Digital Belum Memadai 6 Partisipasi pada Pendidikan Pra-sekolah Masih Minim

 12.548 desa belum memiliki layanan seluler 4G menyebabkan siswa  APK PAUD masih rendah yaitu 35,59% pada tahun 2021.
kesulitan dalam mengakses layanan internet, yang tentunya akan  Siswa yang menempuh PAUD lebih banyak yang memenuhi batas
menghambat kegiatan belajar-mengajar berbasis digital. kompetensi minimum literasi dan numerasi dibandingkan yang tidak
 Kecepatan mengunduh di Indonesia masih kalah cepat dibandingkan pernah PAUD.
negara lain.  Dukungan pendanaan yang diberikan oleh pemerintah masih sangat
 Masih ada 3.639 sekolah (1,66%) belum memiliki akses terhadap listrik, minim dan memerlukan perhatian dalam jangka panjang.
serta 27.363 sekolah (12,46%) belum memiliki akses terhadap internet.

Indikator SPM Pendidikan:


• APM
Indikator SPM Pendidikan: • Peningkatan Proporsi Jumlah Satuan PAUD yang
APK/APS dan APM Mendapatkan Minimal Akreditasi B
• Pertumbuhan Pendidik PAUD S1/D4
• Rasio Pengawas Sekolah untuk PAUD
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

STRATEGI NASIONAL PENANGANAN


ANAK TIDAK SEKOLAH

12
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

PENGERTIAN ANAK TIDAK SEKOLAH

13
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

STRATEGI PENCEGAHAN
• Pengembangan sistem deteksi dini anak rentan putus sekolah yang dilakukan manajemen
sekolah dan guru dan berdasarkan data kehadiran anak dan pencapaian pembelajaran.
• Pengembangan basis komunikasi dan hubungan kolaboratif erat antar satuan pendidikan dan
orang tua, termasuk untuk deteksi dini indikasi anak rentan putus sekolah.
• Melakukan analisa lebih lanjut untuk menemukan faktor-faktor yang mampu mendeteksi
kerentanan anak dalam menjadi putus sekolah.
• Pengembangan upaya intervensi dan pendampingan peserta didik yang diprediksi rentan putus
sekolah melalui pendekatan yang ramah anak, partisipatif, serta melibatkan orang tua peserta didik.
• Pengembangan lingkungan pembelajaran yang kondusif dan ramah anak, terutama
pengembangan prosedur penanganan isu-isu atau permasalahan yang dihadapi anak sehingga
menjadi rentan putus sekolah, misalnya prosedur untuk menangani masalah ketidakhadiran di
sekolah.
• Integrasi pencegahan anak putus sekolah sebagai bagian dari standar penjaminan mutu sekolah
dan komponen pengembangan kapasitas guru.
• Pengembangan sistem pemantauan keberadaan anak usia sekolah di jam sekolah berbasis
14
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

Strategi Penguatan
yang Diperlukan
untuk Penanganan
ATS

• Penanganan ATS memerlukan komitmen lintas sektor, baik di Pusat maupun daerah.
• Intervensi tidak hanya pada bidang pendidikan, namun diperlukan upaya untuk meminimalisasi hambatan
ekonomi dan hambatan yang berakar pada faktor sosial-budaya, yang menjadikan anak tidak dapat menjangkau
layanan pendidikan.
• Selain itu, pendataan tepat juga diperlukan untuk dapat mengidentifikasi keberadaan ATS serta isu yang dihadapi
yang menyebabkan anak tidak mendapatkan layanan pendidikan. Hal ini diperlukan untuk memastikan ketepatan
intervensi sesuai isu ATS. 15
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

KERANGKA PELAKSANAAN STRATEGI NASIONAL PENANGANAN ATS

16
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

INTEGRASI DATA DUKCAPIL DAN


DAPODIK

17
Kementerian Dalam Negeri Ditjen Bina
Republik Indonesia Pembangunan Daerah

Tugas Tim Penerapan SPM Tingkat Provinsi


Sesuai Pasal 19 ayat 2 Pada Permendagri 59 Tahun 2021

1. Mengoordinasikan RENCANA AKSI Penerapan SPM dalam bentuk PERATURAN GUBERNUR yang diprakarsai oleh biro tata pemerintahan
provinsi;
2. Melakukan koordinasi dengan sekber di tingkat pusat;
3. Melakukan pembinaan terkait Standar Teknis dan mekanisme Penerapan SPM kepada Pemda yang melaksanakan SPM dan dapat
berkoordinasi dengan K/L pemerintah nonkementerian;
4. Mengoordinasikan pendataan, pemutakhiran dan sinkronisasi data terkait kondisi Penerapan SPM secara periodik;
5. Mengoordinasikan integrasi SPM ke dalam dokumen perencanaan serta mengawal dan memastikan Penerapan SPM terintegrasi ke dalam
RKPD dan Renja PD termasuk pembinaan umum dan teknisnya;
6. Mengoordinasikan integrasi SPM ke dalam dokumen penganggaran serta mengawal dan memastikan Penerapan SPM terintegrasi ke dalam
anggaran pendapatan dan belanja daerah provinsi;
7. Mengoordinasikan dan mengkonsolidasikan sumber pendanaan dalam pemenuhan penganggaran daerah provinsi dan daerah
kabupaten/kota;
8. Mengoordinasikan perumusan strategi pembinaan teknis Penerapan SPM daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota;
9. Mengoordinasikan pemantauan dan evaluasi SPM daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota;
10.Melakukan sosialisasi Penerapan SPM kepada masyarakat sebagai penerima manfaat;
11.Menerima dan menindaklanjuti pengaduan masyarakat terkait Penerapan SPM dan mengkonsolidasikan laporan penerapan dan pencapaian
SPM di daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota, termasuk laporan yang disampaikan masyarakat melalui sistem informasi yang dimiliki
Pemerintah Daerah yang terintegrasi;
12.Mengoordinasikan pencapaian berdasarkan LPPD provinsi dan kabupaten/kota dan melakukan analisis sebagai rekomendasi untuk
perencanaan tahun berikutnya;
13.Melakukan rapat secara berkala; dan
14.Melaporkan Penerapan SPM Kepada Sekber Di Tingkat Pusat Melalui Sistem Pelaporan Spm Berbasis Aplikasi Secara Triwulan.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

Metode Pendataan dapat digunakan SIPBM


Pendataan dengan pendekatan SIPBM merupakan tool yang akan digunakan
untuk mengidentifikasi dan mengetahui adanya kemungkinkan munculnya
ATS dan ABPS. Pendataan SIPBM ATS dilakukan dengan metode sensus tapi
bersifat terbatas dengan mendatangi responden secara door to door.
Pendataan dilakukan oleh setidaknya 2 orang pendata yang ditunjuk oleh
Pemerintah Desa, dapat berasal dari anggota TP PKK, Karang Taruna, RT
atau lembaga kemasyarakatan desa lainnya.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

Mengapa SIPBM?

• Secara metodologi, SIPBM sejalan dengan Sistem Pembangunan Partisipatif


karena sifatnya yang partisipatoris
• SIPBM menghasilkan data mikro yang mampu menyajikan data by name by
address sehingga dapat melengkapi hasil pengumpulan data lainnya yang
juga menggunakan metode partisipatory rural appraisal sehingga
memudahkan untuk menentukan sasaran dari sebuah program atau kegiatan
• SIPBM dapat menggambarkan kondisi riil yang ada di masyarakat terkait
sejumlah isu karean pengumpul data dekat dengan sumber data sehingga
lebih memahami kondisi sumber data
KONFIGURASI INTEGRASI DATA DUKCAPIL DAN DAPODIK DALAM PENANGANAN ATS
Data Induk Nasional
(Kependudukan)
Blok 1

Proses verifikasi dan Validasi Data


Cek/Verifikasi
Data Induk Peserta Didik

System Identifikasi
DO dan LTM* (Lulus Verifikasi Validasi Mengupdate Data Induk Peserta Didik
Tidak Melanjutkan) DO dan LTM*

Blok 2 Identifikasi Identifikasi


Permasalahan Intervensi
Proses Identifikasi Intervensi DO dan LTM* Masuk dalam
Satuan
Pendidikan

Blok 3 Proses Monitoring


Intervensi
Proses Intervensi
Verval ATS (Anak Tidak Sekolah) berdasarkan Dapodik
Data Induk Nasional
(Kependudukan) Blok 1
System Identifikasi
1. DO (Drop Out) Proses verifikasi dan Validasi Data
2. LTM (Lulus Tidak Melanjutkan)
* Informasi dari Dukcapil (belum ada mekanisme)
3. Belum pernah sekolah *

Data Induk Peserta Didik

Sistem Verifikasi Validasi Mengupdate Data Induk Peserta Didik oleh Satuan Pendidikan
ATS

Verifikasi Validasi
Sekolah Asal Sekolah tujuan

Verval PD
Dashboard DO - LTM
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

PERMASALAHAN PENERAPAN SPM BIDANG PENDIDIKAN DI DAERAH


YANG MASIH HARUS DITUNTASKAN:

1. harus dibangun pendataan ATS khususnya data Anak Belum Pernah Bersekolah Di tahap
pendataan, untuk pencapaian tingkat partisipasi dengan target 100% per tahun masih kolah.

2. Tahap Penerapan SPM mulai dari pendataan, penghitungan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan perencanaan disiapkan melalui platform. Namun hubungan antara format
pendataan, penghitungan dan perencanaan diselaraskan dengan aplikasi platform Rapor
Pendidikan.

3. Kesesuaian Penghitungan Index Capaian SPM di Permendagri 59 dengan Kepmendikbud


31/M/2022 tentang Pedoman Tata Cara Perhitungan Index Pencapaian SPM.

4. Penyesuaian Indikator SPM dalam Permendikbud 32 Tahun 2022 dengan Indikator dalam LPPD
Permendagri 13 Tahun 2019.

23
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai