Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN

KEPERAWA
TAN PAD
Kelompok 4
Definisi
Peripheral Artery Disease (PAD) adalah suatu penyakit dimana terganggunya atau
tersumbatnya aliran darah dari atau ke jaringan organ. Sumbatan itu disebabkan
oleh plak yang terbentuk di arteri yang membawa darah ke seluruh anggota tubuh.
Plak ini terdiri atas lemak, kalsium, jaringan fibrosa dan zat lain di dalam darah
(Prasetyo, 2013).
Menurut Fran (2014), Peripheral Artery Disease (PAD) adalah semua penyakit
yang menyangkut sindrome arterial non koroner yang disebabkan oleh
kelainan struktur dan fungsi arterial yang mengaliri otak, organ viseral dan
keempat ekstremitas.
Etiologi
Peripheral Artery Disease (PAD) umumnya akibat aterosklerosis yaitu terbentuknya plak
pada pembuluh darah yang membentuk blok sehingga mempersempit dan melemahkan
pembuluh darah . Penyebab lain PAD antara lain :

01 02 03 04
Diabetes
Gumpalan atau
dalam jangka Infeksi Arteri Cidera
bekuan darah (arteritis),
panjang

05 06 07 08
Hiperlipidemi Hipertensi, Obesitas
Perokok
a
Patofisiologi
Pada PAD, arteri yang terganggu tidak dapat berespon
terhadap stimulus untuk vasodilatasi, pada aterosklerosis
tidak dapat melepaskan substansi vasodilator seperti adenosin
serta nitrit oksida dalam jumlah yang normalJika
aterosklerosis atau stenosis terjadi sedemikian parah hingga
menyebabkan tidak tercukupinya suplai darah atau oksigen
bahkan pada saat istirahat, akan terjadi kegawatan pada
tungkai karena berpotensi besar terjadi nekrosis jaringan dan
ganggren
Manifestasi
Gejala yang
Klinis
tampak

01 02 03
Pulselessness/ Pallor/ Pucat
Pain/nyeri
Tidak Ada Nadi (mottle)

04 05 06
Perishingly
Paresthesia/ mati Paralysis/ cold / terasa
rasa Kelumpuhan dingin
Gejala yang tidak tampak
90% hanya bisa diketahui dari ABI (Angkle Brachial Indek). Membagi tekanan
sistolik dari dorsalis pedis atau tibialis posterior untuk setiap pergelangan kaki
dengan tekanan sistolik brakhialis kanan dan kiri untuk mendapatkan ABI
untuk setiap kaki (Lippincott Wiliams and Wilkins. WOCNS, 2012).

ABI Kanan = Tekanan sistolik dorsalis pedis atau tibia posterior kanan

Tekanan sistolik tertinggi pada kedua lengan

ABI Kiri = Tekanan sistolik dorsalis pedis atau tibia posterior kiri

Tekanan sistolik tertinggi pada kedua lengan


Gejala yang tidak tampak
Interpretasi ABI
ABI Status Perfusi
>1,3 Tinggi
>1-1,3 Normal
>0,9-1 Lead
>0,6-0,8 Borderline
>0,4-0,5 Iskemia berat
<0,4 Iskemia kritis, Ekstremitas terancam
Gejala Non Spesifik

01 02 03
Kulit dingin Kuku menebal Nyeri di dada
atau leher

04 05 06
Kehilangan Sakit kepala
Pingsan mendadak
koordinasi
Komplikasi

01 02 03
Gangren yang
Iskemia berat Ulserasi kulit dapat di ikuti
dan nekrosis oleh amputasi
tungkai
04 05 06
Kerusakan Stroke atau Emboli
pertumbuhan serangan perifer atau
kuku dan rambut iskemia sistemik
sepintas (TIA)
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan lanjutan yang diperlukan pada kecurigaan adanya PAD adalah
pengukuran anklebrachial index (ABI) yang merupakan rasio tekanan sistolik
pada ankle (kaki) serta brachial (lengan). ABI dianggap normal apabila ≥1.0
sedangkan indeks kurang dari 0.9 dapat membantu menegakan diagnosis PAD.

1. Ankle Brachial Indeks

Pemeriksaan ABI adalah uji noninvasif yang 01


cukup akurat untuk mendeteksi adanya PAD dan
untuk menentukan derajat penyakit ini. ABI
merupakan pengukuran non-invasif ABI
didefinisikan sebagai rasio antara tekanan darah
sistolik pada kaki dengan tekanan darah sitolik
pada lengan.
Pentalaksanaan
Terapi suportif

01 02
Perawatan kaki dengan Memakai sandal bahan
memberikan krim atau sintetis yang berventilasi.
pelembab
03 04
Hindari penggunaan bebat Latihan fisik (exercise) berupa
plastik karena mengurangi jalan-jalan kaki kira-kira
aliran darah ke kulit selama 30-40 menit
Penatalaksanaan Medis

01 02
Angioplasti dan Angioplasti
bedah.

03 04
Terapi
Operasi Bypass
trombolitik.
Asuhan Keperawatan PAD
Pengkajian
TINJAUAN KASUS
● Identitas pasien
● Nama : Tn. P
● No. RM : 01810814
● Tempat/Tanggal Lahir : Bali, 17 januari 1938
● Alamat : Jl. Kramat Batu Dalam No 3 RT 005 RW 04, Kel.
Gandaria Selatan, Kec. Cilandak, DKI Jakarta
● Cilandak, DKI Jakarta
● Pendidikan Terakhir : SLTA
● Agama : Kristen
● Tanggal masuk RS : 20 Juli 2022
● Tanggal Pengkajian : 20 Juli 2022
● Diagnosa medis :PAD-CLTI Total Oklusi Arteri Tibialis Posterior
Kiri, Post PTA dengan Ballon Coyote
Keluhaan utama
● Keluhan utama : pasien mengatakan nyeri di kaki

● P : nyeri bertambah sakit jika kesentuh


● Q : nyeri seperti berdenyut dan tidak menyebar
● R : nyeri dibagian kedua kaki kanan
● S : skala nyeri 4
● T : hilang timbul setiap 5 menit
● tampak pasien mengerang kesakitan, mengernyitkan dahi,
memegang bagian kaki kanan yang sakit
Riwayat penyakit saat ini :
● pasien datang ke rumah sakit di hantar keluarga tanggal 20
Juli 2022 07.45 wib, dilakukan Tindakan PTA dengan Ballon
Coyote di Cathlab pada tanggal 20 Juli 2022 jam 09.45 wib
sampai dengan jam 12.25 wib. Pasien kemudian dipindahkan
ke ruang ICCU untuk observasi dan dipasang monitor dan
infus pump. Pasien terpasang kondom kateter dan produksi
urin banyak. Terpasang sheat di bagian femur kiri. Sample
darah diambil untuk cek APTT post PTA ballon. dan dilepas
tanggal 20/07/2022 jam 20.00 , keluar darah menyembur dan
ditekan selama 15 menit, pasien merasa kesakitan dibagian
bekas sheat yang dilakukan penekanan

● Riwayat penyakit dahulu : PAD, HHD, Hipertensi, pasien mengatakan kedua


kaki bengkak dan sakit sejak tahun 2019. Rutin minum obat clopidogrel 1x75
mg, cilastazol 1x100 mg, amlodipine 1x10 mg, irbesartan 150 mg, atorvastatin 20
mg.
Pengkajian resikoPemeriksaan fisik
NO
jatuh Parameter Skor
6 Kondisi status mental Ya
-menyadari kelemahannya =15
-tidak menyadari
1 Apakah ada Riwayat jatuh dalam waktu 3 bulan Tida kelemahannya
sebab apapun k =0

2 Apakah mempunyai penyakit penyerta atau diagnose Ya Jumlah skor 60= Resiko Jatuh
skunder =15 Tinggi

3 Alat bantu berjalan :


-dibantu perawat /tidak menggunakan alat bantu Ya =0
Ekstremitas
-menggunakan alat bantu kruck/tongkat, kursi roda Aspek Kaki Kaki kiri
-merambat dengan bepegangan pada meja, kursi Dinilai kanan
Nadi Teraba Teraba ++
4 Apakah terpasang infus/ pemberian anticoagulant Ya Dorsalis 90x/menit
(heparin), obat lain yang mempumyai efek jatuh =20 Pedis
5. Kondisi untuk melakukan pergerakan Nadi Tibialis Teraba Teraba ++
berpindah/mobilisasi: Ya Posterior 90x/menit
-normal/bedrest/immobilisasi =10 CRT >3 detik <2 detik
-lemah
-ada keterbatasan jalan Suhu Dingin Hangat
EKG TGL 20/07/2022 jam 08.00

BACAAN EKG Gel. QRS : ada, 2 kotak kecil 0,08


Irama : teratur PR interval : 4 kotak kecil 0,16
HR : 1500/18 = 83 x/mnt ST elevasi :-
Gel. P : ada, 2 kotak kecil 0,08 ST depresi :-
Axis : LAD
Interpretasi : sinus rhythm
EKG TGL 22/07/2022 jam 10.00

BACAAN EKG PR interval : ada 4 kotak kecil 0,16


Irama : teratur ST elevasi :-
HR : 1500/14=107 x/mnt ST depresi :-
Gel. P :ada 2 kotak kecil 0,08 Axis : LAD
Interpretasi: sinus takikardi
Gel. QRS : ada 2 kotak kecil 0,08
CT Scan angiografi ekstremitas bawah
dengan kontras pre dan post PTA Ballon
CT Scan angiografi ekstremitas bawah
dengan kontras pre dan post PTA Ballon
Kesan :

-Mixed plaque intermiten yang menyebabkan stenosis derajat berat di mid dan
distal arteri tibialis anterior bilateral.

-Mixed plaque yang menyebabkan stenosis derajat ringan di proksimal dan mid
arteri femoralis superfisialis kiri, serta arteri poplitea bilateral.

-Atherosclerosis aorta abdominalis, arteri iliaka komunis bilateral, iliaka


eksternal bilateral, femoralis superfisialis bilateral, femoralis superficialis distal,
dan tibialis anterior bilateral.
ANALISA DATA
01 02 03 04

Ketidakefektifan perfusi Resiko jatuh Gangguan


Nyeri kronis
jaringan perifer mobilitas fisik

NO Data Etiologi Problem


1 Ds : pasien mengatakan nyeri di kaki Penuruna Nyeri kronis
P : nyeri bertambah sakit jika kesentuh Q : nyeri seperti berdenyut n
dan tidak menyebar R : nyeri dibagian kaki kanan S : sekala nyeri 4 sirkulasi
T : hilang timbul setiap 5 menit arteri
Do: TD: 140/75 mmHg, Nadi 74 x/menit suhu :36,2 C, Pernapasan 18
x/menit, SaO2 kaki kiri : 98%, SaO2 kaki kanan 95%, tampak pasien
mengerang kesakitan, mengernyitkan dahi, memegang bagian kaki.
Hasil Lab : Leukosit 10.7* Ribu/uL.
Hasil CT Scan Angiografi : Mixed plaque intermiten yang menyebabkan
stenosis derajat berat di mid dan distal arteri tibialis anterior bilateral.
ANALISA DATA
2 Ds: pasien mengatakan kedua kaki bengkak dan sakit sejak tahun penurunan suplai Ketidakefe
2019 oksigen kejaringan ktifan
perifer : perfusi
Do: TD: 140/75 mmHg, Nadi 74 x/menit suhu :36,2 C, Pernapasan arterosklerosis jaringan
18 x/menit, SaO2 kaki kiri 98%, SaO2 kaki kanan 95%, akral perifer
dingin dikaki kanan, kaki kiri hangat, warna kulit kaki kehitaman,
CRT kaki kiri <2 detik, kaki kanan >2 detik, nadi ireguler kuat.
Hasil CT Scan Angiografi : -Mixed plaque yang menyebabkan
stenosis derajat ringan di proksimal dan mid arteri femoralis
superfisialis kiri, serta arteri poplitea bilateral.
-Atherosclerosis aorta abdominalis, arteri iliaka komunis bilateral,
iliaka eksternal bilateral, femoralis superfisialis bilateral, femoralis
superficialis distal, dan tibialis anterior bilateral
ANALISA DATA
3 DS : pasien mengatakan dianjurkan bedrest Usia >65 tahun Resiko
jatuh
DO : Kedua tungkai bawah kaki tampak bengkak, terpasang Shite
paha atas kiri, skor resiko jatuh : 60, usia 74 tahun

4 DS : pasien mengatakan mobilisasi ditempat tidur dibantu perawat Gangguan Gangguan


DO : pasien meringis kesakitan saat kakinya digerakkan neuromuskular mobilitas
fisik
DIAGNOSA KEPERAWATAN
● 1.Nyeri kronis berhubungan dengan penurunan sirkulasi arteri

● 2.Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan


suplai oksigen kejaringan perifer :arterosklerosis

● 3.Resiko Jatuh berhubungan dengan Usia >65 tahun

● 4.Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Gangguan neuromuscular


INTERVENS
I
KEPERAWA
TAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA INTERVENSI

1 Nyeri kronis Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tingkat
berhubungan nyeri menurun dengan kriteria hasil :
dengan A.Melaporkan nyeri berkurang
penurunan B.Frekuensi nyeri berkurang
sirkulasi arteri C.Ekpresi wajah saat nyeri

Intervensi
1.Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, penyebaran nyeri
2.Identifikasi respon nyeri nonverbal
3.Berikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4.Fasilitasi istirahat dan tidur
5.Ajarkan tekhnik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
6.Kolaborasi pemberian analgetic
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA INTERVENSI

2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam perfusi jaringan


perfusi jaringan perifer adekuat dengan kriteria hasil:
perifer A.TTV dalam batas normal
berhubungan B.Warna kulit normal
dengan C.Suhu kulit hangat
penurunan suplai
oksigen Intervensi
kejaringan 1.Monitor status oksigenasi
perifer :arteroskl 2.Monitor status kardiopulmonal
erosis 3.Periksa nadi perifer
4.Lakukan pencegahan infeksi
5.Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
6.Anjurkan berolahraga rutin
7.Kolaborasi pemberian anti inflamasi jika perlu.
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA INTERVENSI

3 Resiko jatuh Selama dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
berhungan pasien tidak mengalami jatuh dengan kriteria hasil:
dengan usia A.Tidak ada kejadian jatuh pada klien
>65 tahun B.Nilai morse fall scale turun
------Intervensi

1.Indentifikasi factor resiko jatuh sekali setiap shif (usia >65 tahun,
neuropati)
2.Hitung resiko jatuh
3.Orientasi ruangan pada pasien dan keluarga
4.Pastikan roda tempat tidur selalu dalam kondisi terkunci
5.Pasang handrail tempat tidur
6.Atur tempat tidur mekanis dalam posisi terendah
7.Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien
8.Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk
berpindah
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA INTERVENSI

4 Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan


mobilitas fisik pasien dapat mobilitas secara mandiri dengan kritera hasil:
berhubungan
dengan A.Mampu mandiri total
neuromuskula B.Membutuhkan bantuan orang lain
r
Intervensi
1.Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
2.Monitor kemajuan pasien dalam ambulasi
3.Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu misal pagar tempat tidur
4.Fasilitasi melakukan pergerakan jika perlu
5.Jelaskan tujuan dan prosedur olahraga
IMPLEMENTASI/EVALUASI
Tanggal Dx Jam Implementasi evaluasi

20/07/20 1,2.3.4 15.03 1.Menerima Pasien dari ruang cath lab post S: Pasien mengatakan nyeri
22 PTA ballon kaki kanan skala 3-4, hilang
2.Memonitor tensi, nadi, respirasi, suhu timbul setiap 5 menit
3.Mengecek SPO2 O : Kesadaran
4.Memberikan O2 4 lpm dengan nasal kanul composmentis, respirasi
5.Mengidentifikasi factor resiko spontan dengan O2 NK 4
lpm, PDP teraba, CRT < 3
dtk, hemodinamik stabil dg
TD : 130/70 mmHG, HR: 74
x/mnt, RR : 18 x/mnt, SpO2
99%. terpasang Infus NACL
IMPLEMENTASI/EVALUASI
Tanggal Dx Jam Implementasi evaluasi

20/07/20 1,2.3.4 15.03 jatuh sekali setiap shif 0,9% 500ml/8 jam. Tetesan
22 6.Memasang kancing resiko lancar, tidak terjadi
7.Mengorientasi ruangan pada pasien dan phlebitis. Makan minum per
keluarga oral hanya menghabiskan
8.Memastikan roda tempat tidur selalu roti. terpasang condom
dalam kondisi terkunci catheter, produksi urine
9.Memasang handrail tempat tidur kuning jernih, telah aff
sheat, tidak terjadi
perdarahan dan hematom.
Terpasang bantal pasir pada
paha kiri. Hand rail tempat
tidur terpasang, Skala
morse >51. ADL total care
IMPLEMENTASI/EVALUASI
Tanggal Dx Jam Implementasi evaluasi

20/07/20 1,2.3.4 16.30 10.membantu melakukan pergerakan A:


22
17.00 11.Mengatur tempat tidur mekanis dalam 1.Nyeri kronis teratasi
posisi terendah sebagian
12.Mendekatkan bel pemanggil dalam 2.Ketidakefektifan perfusi
jangkauan pasien jaringan perifer untuk kaki
13.Menganjurkan memanggil perawat jika kiri teratasi , kaki kanan
membutuhkan bantuan untuk berpindah belum teratasi
14.karakteristik, durasi,frekuensi, kualitas, 3.Resiko Jatuh teratasi
intensitas nyeri, penyebaran nyeri sebagian
15.Mengidentifikasi respon nyeri nonverbal 4.Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan
Gangguan neuromuskular
IMPLEMENTASI/EVALUASI
Tanggal Dx Jam Implementasi Evaluasi

20/07/2 1,2.3.4 20.00 16.Mengajarkan tehnik nonfarmakologi P.


022 nafas dalam 1.Kaji tingkat nyeri
17.Memeriksa nadi perifer 2.Monitor Tanda tanda
18.Melakukan Aff sheat, ditekan selama vital
15 menit 3.Monitor irama Jantung
19.Mengidentifikasi lokasi, 4.Bantu pemenuhan ADL
20.Memasang bantal pasir diatas bekas 5.Pertahankan Bed hand
20.30 sheat sampai dengan jam 02.00 rail
21.Memberikan obat parasetamol 1 g 6.Pertahankan bantal
22.Menganjurkan pasien untuk bed rest pasir sampai dengan jam
02.00
7.Observasi adanya
perdarahan dan hematom
8/Anjurkan pasien untuk
bed rest total sampai
dengan besok
IMPLEMENTASI/EVALUASI
Tanggal Dx Jam Implementasi Evaluasi

21/07/20 1,2.3.4 14.00 1.Operan Dinas S: Pasien mengatakan ingin turun


22 2.Memonitor tensi, nadi, respirasi, ke kamar mandi, nyeri pada kaki
suhu kanan skala 3. Kaki kiri sudah
3.Mengidentifikasi lokasi, tidak nyeri
15.00 karakteristik, durasi,frekuensi, O : Kesadaran composmentis,
kualitas, intensitas nyeri, penyebaran respirasi spontan dengan O2 NK 4
nyeri lpm, PDP teraba, CRT < 3 dtk,
4.Memasang handrail tempat tidur hemodinamik stabil dg TD : 124/65
16.00 5.Mengatur tempat tidur mekanis mmHG, HR: 80 x/mnt, RR : 16
dalam posisi terendah x/mnt, SpO2 99%. terpasang Infus
6.Mendekatkan bel pemanggil dalam NACL 0,9% 500ml/8 jam. Tetesan
18.00 jangkauan pasien lancar, tidak terjadi phlebitis.
7.Menganjurkan memperbanyak Makan minum per oral habis 1
minum air putih porsi. terpasang condom catheter,
produksi urine kuning jernih, Hand
rail tempat tidur terpasang, Skala
morse >51. ADL total care
IMPLEMENTASI/EVALUASI
Tanggal Dx Jam Implementasi Evaluasi

21/07/20 1,2.3.4 20.00 8.Menganjurkan pasien A:


22 istirahat dan tidur Nyeri kronis berhubungan dengan tekanan
9.Menganjurkan melakukan syaraf
nafas dalam Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
15.00 10Memberikan obat berhubungan dengan arterosklerosis
parasetamol 1g Resiko Jatuh berhubungan dengan usia >65
th.
Gangguan Mobilitas fisik berhubungan
16.00 dengan gangguan neuromuskular

P:
18.00 1.Kaji tingkat nyeri
2.Monitor Tanda tanda vital
3.Monitor irama Jantung
4.Bantu pemenuhan ADL
5.Pertahankan Bed hand rail
6.Anjurkan pasien untuk istirahat
IMPLEMENTASI/EVALUASI
Tanggal Dx Jam Implementasi Evaluasi

22/07/20 11,2,3,4 08.00 1.Operan Dinas S: Pasien mengatakan nyeri kaki


22 2.Memonitor tensi, nadi, respirasi, kanan berkurang.
suhu
3.Memasang handrail tempat tidur O : Kesadaran composmentis,
09.00 4.Mengatur tempat tidur mekanis respirasi spontan tanpa O2, PDP
dalam posisi terendah teraba, CRT < 3 dtk, hemodinamik
5.Menganjurkan melakukan nafas stabil dg TD : 130/70 mmHG, HR:
dalam 74 x/mnt, RR : 18 x/mnt, SpO2
10.00 6.Memberikan obat parasetamol 1g, 99%. Terpasang venplon ditangan
dan memberikan obat oral kanan. Makan minum per oral
12.00 gabapentin 100 mg hanya menghabiskan roti. Hand rail
7.Mengidentifikasi lokasi, tempat tidur terpasang, Skala
karakteristik, durasi,frekuensi, morse >51. ADL total care
kualitas, intensitas nyeri, penyebaran
18.00 nyeri
IMPLEMENTASI/EVALUASI
Tanggal Dx Jam Implementasi Evaluasi

22/07/20 11,2,3,4 08.00 1.Operan Dinas A.


22 2.Memonitor tensi, nadi, respirasi, 1.Nyeri kronis berhubungan dengan
suhu tekanan syaraf
3.Memasang handrail tempat tidur 2.Ketidakefektifan perfusi jaringan
09.00 4.Mengatur tempat tidur mekanis perifer berhubungan dengan
dalam posisi terendah arterossklerosis
5.Menganjurkan melakukan nafas 3.Resiko perdarahan berhubungan
dalam dengan gangguan koagulasi
10.00 6.Memberikan obat parasetamol 1g, 4.Resiko Jatuh berhubungan
dan memberikan obat oral dengan neuropati
12.00 gabapentin 100 mg P
7.Mengidentifikasi lokasi, Kaji tingkat nyeri
karakteristik, durasi,frekuensi, Monitor Tanda tanda vital
kualitas, intensitas nyeri, penyebaran Monitor irama Jantung
18.00 nyeri Bantu pemenuhan ADL
Pertahankan Bed hand rail
Observasi adanya perdarahan dan
hematom
KESIMPULAN
● Penulis telah melakukan tindakan keperawatan secara langsung
dengan cara mengkaji pasien Tn. P dengan gangguan system
kardiovaskular: PAD-CLTI post PTA Ballon selama 3 hari tanggal
20-22 Juli 2022 di ruang ICCU RSUP Fatmawati dari pengkajian
sampai dengan evaluasi.

● Pengkajian
● Pengkajian selama pengelolaan kasus penulis menggunakan metode
wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik. Selama pengelolaan
kasus penulis menemukan data yang sesuai dengan teori yaitu nyeri
bagian tungkai bawah, CRT >2 detik, factor resiko yang
menyebabkan adanya sumbatan yaitu hipertensi. Selama
pengkajian penulis mendapatkan kerjasama , kolaborasi
KESIMPULAN
● Diagnosa Keperawatan
● Diagnosa yang muncul pada kasus Tn. P yang dikelola selama 3 hari
ada 4 diagnosa keperawatan yaitu nyeri kronis, gangguan perfusi
jaringan perifer, resiko jatuh, dan hambatan mobilitas fisik.
sedangkan diteori ada 5 diagnosa keperawatan. Diagnosa
keperawatan ini diambil berdasarkan prioritas yaitu nyeri kronis.

● Intervensi keperawatan
● Penulis merencanakan intervensi yang direncanakan berdasarkan
konsep teori Bulchek (2013) ada beberapa intervensi yang kami
lakukan sesuai dengan yang direncanakan namun ada intervensi
yang tidak dilakukan karena keterbatasan waktu.
KESIMPULAN
● Implementasi keperawatan
● Implementasi setiap diagnosa penulis pada umunya melakukan
semua yang tersusun dalam intervensi selama 3 hari. Namun ada
intervensi yang tidak dapat dilakukan kerena keterbatasan penulis.
Dalam melakukan tindakan keperawatan penulis didukung dengan
adanya rasa percaya dan kerja sama yang baik antara pasien,
keluarga dan tim kesehatan.

● Evaluasi keperawatan
● Penulis mendapatkan evaluasi dari 4 diagnosa yang muncul Sebagian
teratasi, sehingga penulis melakukan pendelegasian kepada perawat
diruangan dan keluarga terkait perawatan diri pasien.
Thanks!

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, and infographics & images by
Freepik and illustrations by Stories

Anda mungkin juga menyukai