Anda di halaman 1dari 69

PNPK KOLOREKTAL

PENGERTIAN
• Keganasan yang berasal dari jaringan usus
besar
• Kolon (bagian terpanjang dari usus besar),
dan atau
• Rektum (bagian kecil terakhir dari usus besar
sebelum anus)
EPIDEMIOLOGI
EPIDEMIOLOGI

• Secara keseluruhan risiko untuk mendapatkan kanker kolorektal adalah 1 dari 20


orang (5%) [2012]. Risiko penyakit cenderung lebih sedikit pada wanita dibandingkan
pada pria. Banyak faktor lain yang dapat meningkatkan risiko individu untuk terkena
kanker kolorektal. Angka kematian kanker kolorektal telah berkurang sejak 20 tahun
terakhir. Ini berhubungan dengan meningkatnya deteksi dini dan kemajuan pada
penanganan kanker kolorektal.
Anatomi

• Identifikasi Kolon
• Tiga taenia:
• Tainea libera
• Taenia omentalis
• Taenia mesocolic
• Haustra dan Incisura
• Pemendekan otot longitudinal dan kontraksi otot sirkuler
• Apendices epiploica
Anatomi
• Colon dibagi:
• Caecum  diameter terbesar 8,5 cm
• Asenden  letak retroperitoneum, Panjang 15 cm
• Tranversum  Panjang 50 cm, mobile
• Desenden  letak retroperitoneum, Panjang 20 cm,
dinding tebal
• Sigmoid  Panjang 20 cm, diameter tersempit 2,5
cm
• Rektum fusi tinea setinggi promontorium sampai
cincin puborectalis
Vaskularisasi
Drainase Vena

• Drainase vena:
• vena mesenterika superior dan inferior
• Vena mesenterika inferior  vena lienalis dan
akan bergabung dengan vena mesenterika
superior  vena porta.
• V. rektalis superior V. mesenterika inferiorV.
porta
• V. rektalis media dan inferior V. iliaca
communis V. cava inferior
Aliran Limfe
Fisiologi
• Metabolisme karbohidrat (proximal)
• Absorpsi air, Na, Cl (Proximal)
• Sekresi HCO3 dan K (Proximal)
• Storage sebagai reservoir (proximal) dan Conduit (distal)
Histologi
Etiopatogenesis
• Terdapat 3 kelompok kanker kolorektal berdasarkan
perkembangannya yaitu:
1) kelompok yang diturunkan (inherited) yang mencakup kurang
dari 10% dari kasus kanker kolorektal;
- HNPCC (Hereditary Non Polyposis Colorectal Cancer)
 5% KKR
2) kelompok familial, mencakup 20%;
3) kelompok sporadik, yang mencakup sekitar 70%;
Etiopatogenesis
• Terdapat dua jalur
• Instabilitas Kromosom (CIN)/LOH (Loss of Heterozygocity)
• Mutasi tumor gen supresor meliputi gen APC, DCC, p53, aktifasi onkogen yaitu K-ras
• Perkembangan polip adenoma menjadi karsinoma
• Microsatellite Instability (MSI)/RER (Replication Error)
• Mutasi gen hMSH2, hMLH1, hPMS1, dan hPMS2
• Perkembangan HNPCC
• Pada bentuk sporadik, 80% berkembang lewat model LOH dan 20%
berkembang lewat model RER.
Etiopatogenesis
Faktor Risiko
• Tidak dapat dimodifikasi : • Dapat dimodifikasi:
1. riwayat KKR atau polip 1. inaktivitas
adenoma individual dan keluarga 2. obesitas
2. riwayat individual penyakit 3. konsumsi tinggi daging
kronis inflamatori pada usus. merah
4. merokok
5. konsumsi alkohol moderat-
sering
Indikasi Deteksi Dini
• Risiko Sedang • Risiko Tinggi
• Individu berusia 50 tahun atau lebih • Individu dengan riwayat polip adenomatosa
• Individu yang tidak mempunyai riwayat kanker • Individu dengan riwayat reseksi kuratif kanker
kolorektal atau inflammatory bowel disease kolorektal
• Individu tanpa riwayat keluarga kanker kolorektal • Individu dengan riwayat keluarga tingkat pertama
kanker kolorektal atau adenoma kolorektal
• Individu yang terdiagnosis adenoma atau kanker
kolorektal setelah berusia 60 tahun • Individu dengan riwayat inflammatory bowel disease
yang lama
• Individu dengan diagnosis atau kecurigaan sindrom
Hereditary Non-polyposis Colorectal Cancer
(HNPCC) atau Lynch atau Familial Adenomatous
Polyposis (FAP).
Metode Skrining
• Pemeriksaan Colok Dubur
• Poin yang dinilai:
1. Batas bawah (jarak dari anal verge)
2. Batas atas
3. Ukuran Tumor
4. Bentuk tumor (indurasi, ulkus, rapuh, annular)
5. Mobilitas tumor
Metode Skrining
• Pemeriksaan Guaiac-Based Fecal Occult Blood Tests
1. Stool guaiac test
• Mendeteksi heme dengan menggunakan hydrogen peroksidase
2. Fecal Immunochemical Testing
• Mendeteksi globin dengan menggunakan antibody spesifik
3. Fecal Porphyrin Quantification
• Mendeteksi porphyrin
4. Fecal DNA test
• Ekstraksi DNA feses APC, KRAS, p53, BAT 26
Metode Skrining
• Pemeriksaan Penunjang
• Endoskopi
• Radiologi (Barium enema double contrast, CT colonography)
Rekomendasi Skrining
Rekomendasi Skrining
Rekomendasi Skrining
Manifestasi Klinis
Colon kanan Colon kiri Rectum
Aspek klinis Colitis Obstruksi Proktitis
Nyeri Karena infiltrasi Karena obstruksi Tenesmus

Defekasi Diare atau diare berkala konstipasi progresif Tenesmus terus menerus

Obstruksi Jarang, obstruksi jika Hampir selalu Tidak jarang


ilecaecal valve terlibat

Darah pada faeces Samar Samar atau makroskopis Makroskopis

Faeces Normal (atau diare) Normal Perubahan bentuk

Dispepsi Sering Jarang Jarang


Anemia Hampir selalu Lambat Lambat
Pemeriksaan Penunang
• Laboratorium
Pemeriksaan darah samar feses
• Pemeriksaan kanker kolon stadium dini

Tumor marker CEA


• Nilai normal <5 ng/mL
• Spesifitas 44%, sensitifitas 90%
• Menilai respon terapi, rekurensi
• Bukan untuk diagnosis/skrining

Darah rutin, kimia darah


Pemeriksaan Penunjang
1. Endoskopi
(Rectosigmoidoskopi/kolonoskopi)
Kolonoskopi memberikan keuntungan sebagai Kelemahan kolonoskopi adalah:
berikut:
• Pada 5 – 30 % pemeriksaan tidak dapat mencapai
• Tingkat sensitivitas di dalam mendiagnosis sekum
adenokarsinoma atau polip kolorektal adalah 95%
• Sedasi intravena selalu diperlukan
• Kolonoskopi berfungsi sebagai alat diagnostik
• Lokalisasi tumor dapat tidak akurat
(biopsi) dan terapi (polipektomi)
• Kolonoskopi dapat mengidentifikasi • Tingkat mortalitas adalah 1: 5000 kolonoskopi.
dan
melakukan reseksi synchronous polyp
• Tidak ada paparan radiasi.
Pemeriksaan Penunjang
2. Double contrast barium enema (DCBE)
keuntungan sebagai berikut: Kelemahan pemeriksaan enema barium:
• Sensitivitasnya untuk mendiagnosis KKR: 65- • Lesi T1 sering tak terdeteksi;
95% • Rendahnya akurasi untuk mendiagnosis lesi
• Aman di rekto-sigmoid dengan divertikulosis dan
• Tingkat keberhasilan prosedur sangat tinggi di sekum;
• Rendahnya akurasi untuk mendiagnosis lesi
• Tidak memerlukan sedasi
tipe datar;
• Telah tersedia di hampir seluruh rumah sakit
• Rendahnya sensitivitas (70-95 %) untuk
mendiagnosis polip < 1 cm;
• Ada paparan radiasi.
• Gambaran kanker kolon pada
DCBE:
• Arresting/stopping
• Stenosis
• Filling defect
• CT colonography
Keunggulan: Kelemahan:
• Dapat digunakan sebagai skrining setiap 5 tahun • Tidak dapat mendiagnosis polip < 10 mm;
sekali (level of evidence 1C, sensitivitas tinggi di • Memerlukan radiasi yang lebih tinggi;
dalam mendiagnosis KKR)
• Tidak dapat menetapkan adanya metastasis pada
• Toleransi pasien baik kelenjar getah bening apabila kelenjar getah
• Dapat memberikan informasi keadaan di luar bening tidak mengalami pembesaran;
kolon, termasuk untuk menentukan stadium • Jumlah spesialis radiologi yang berkompeten
melalui penilaian invasi lokal, metastasis hepar, masih terbatas;
dan kelenjar getah bening. • Modalitas CT scan dengan perangkat lunak yang
mumpuni masih terbatas;
• Jika persiapan pasien kurang baik, maka hasilnya
sulit diinterpretasi;
• Permintaan CT scan abdomen dengan diagnosis
klinis yang belum terarah ke keganasan kolorektal
akan membuat protokol CT scan abdomen tidak
dikhususkan pada CT colonography;
• Tidak dapat dilakukan biopsi atau polipektomi.
Histopatologi

• Adenocarcinoma, yang didapatkan pada 95% kasus.


• Berdasarkan arsitektur kelenjarnya, pleomorfisme seluler, dan pola sekresi
mucus, adenocarcinoma dapat dibedakan menjadi berdiferensiasi baik, sedang,
ataupun buruk.
• Well differentiated adenocarcinoma : >95% of the tumor is gland forming.
• Moderately differentiated adenocarcinoma shows 50-95% gland formation.
• Poorly differentiated adenocarcinoma is mostly solid with < 50% gland formation.
• Uji mutasi KRAF, BRAF, MSI
Stadium
• Klasifikasi AJCC 8 tahun 2018
Stadium

*MAC: Modified Astler-Coller


Penatalaksanaan
• Lokoregional
• Operasi (open/laparoskopi)
• Sistemik
• Kemoterapi
• Terapi target (anti VEGFR, anti EGFR)
Penatalaksanaan
Persiapan pra-operasi
• Informed consent
• Pembuatan Stoma
• Persiapan usus
• Tranfusi darah perioperatif
• Antibiotik profilaksis
Operasi

• Kolektomi dan Reseksi KGB Regional En-bloc diindikasikan untuk kanker kolon
yang masih dapat direseksi (resectable) dan tidak ada metastasis jauh.
• Luas kolektomi sesuai lokasi tumor, jalan arteri yang berisi kelenjar getah bening,
serta kelenjar lainnya yang berasal dari pembuluh darah yang ke arah tumor
dengan batas sayatan yang bebas tumor.
Operasi
• Reseksi KGB harus mengikuti kaidah-kaidah sebagai berikut:
1. KGB di area asal pembuluh harus diidentifikasi untuk pemeriksaan patologis.
KGB yang positif secara klinis di luar lapangan reseksi yang dianggap
mencurigakan, harus dibiopsi atau diangkat
2. KGB positif yang tertinggal menunjukkan reseksi inkomplit
3. Minimal ada 12 KGB yang harus diperiksa untuk menegakkan stadium N.
Lokasi tumor dan jenis pembedahan
Laparoskopi
• Kriteria pertimbangan laparoskopi:
• Operator berpengalaman
• Diperlukan eksplorasi intraabdomen sebelum tindakan definitif
• Tumor stadium dini atau stadium lanjut local yang masih resectable
• Tidak ada peningkatan tekanan intraabdomen seperti obstruksi atau distensi
usus
KKR dengan metastasis hepar
• Tergantung tempat yang dominan secara onkologi dan simtomatis
• Paradigma:
• Klasik
• Bersamaan
• Pendekatan terbalik
KKR dengan metastasis hepar
• Kriteria resektabilitas metastasis hepar:
1. Resectable
• Soliter metastasis pada 1 lobus
• Soliter metastasis pada sentral hepar
• Bilateral metastasis tidak melibatkan 2 segmen besar/3 segmen kecil
• Multiple lesi tidak melibatkan 2 segmen besar/ 3 segmen kecil
• Soliter metastasis hepar dan soliter metastasis paru
2. Borderline
• Metastasis kecil < 2 cm
• Masuk kriteria resectable tapi dengan kecurigaan terdapat nodul
3. Unresectable
• Lesi soliter tapi dengan unresectable lokal residif
• Metastasis > 5-6 segmen
• Metastasis kecil tapi banyak
Kemoterapi
• Persyaratan kemoterapi adjuvan:
1. Stadium III atau stadium II dengan risiko tinggi
2. Risiko tinggi:
• T4
• Tumor dengan obstruksi/perforasi
• Margin positif
• Diferensiasi buruk
• Jumlah KGB < 12
• Invasi vascular/limfatik/perineural
3. Performance status WHO 0/1
4. Pemeriksaan Darah tepi lengkap, uji fungsi liver, uji fungsi ginjal, elektroli
darah
Kemoterapi
• Indikasi Single Chemotherapy:
• Stadium IIA
• MSI-L/normal MMR
• Resiko rendah
• Indikasi Double Chemotherapy:
• Stadium IIA high risk
• Stadium IIB,IIC
• Stadium III
Macam obat kemoterapi
• 5 Fluorouracil (5FU)
• golongan antimetabolit pirimidin
• menghambat metilasi asam deoksiribonukleat (DNA)
• Efek samping : stomatitis dan esofagofaringitis, tampak lebih awal, diare,
anoreksia, mual dan muntah, tukak dan perdarahan gastrointestinal,
leukopenia (leukosit <3500/µL), atau penurunan leukosit secara cepat,
trombositopenia (trombosit <100.000/µL), sindrom palmar-plantar
erythrodysesthesia atau hand-foot syndrome, dan alopesia.
• Leucovorin/Ca-folinat
• turunan asam folat
• menambah efek terapi dan efek penggunaan fluoropirimidin termasuk 5-FU
• Capecitabine
• fluoropirimidin karbamat
• menghambat metilasi asam deoksiribonukleat (DNA)
• Oxaliplatin
• alkylating agent
• menghambat replikasi DNA dan transkripsinya sehingga menyebabkan
kematian sel
• Irinotecan
• derivat alkaloid sitotoksik
• menghambat aksi enzim Topoisomerase I, yakni suatu enzim yang
menghasilkan pemecahan DNA selama proses replikasi DNA
Targeted Therapy
• Indikasi:
• Metastatic colon cancer
• Hasil positif pada pemeriksaan mutase KRAS, NRAS, BRAF
Targeted Therapy
• Bevacizumab
• rekombinan monoclonal antibodi manusia yang berikatan dengan semua
isotipe Vascular Endothelial Growth Factor A (VEGF-A/VEGF)
• menghambat pengikatan VEGF ke reseptornya, Flt-1 (VEGFR-1) dan KDR
(VEGFR-2), pada permukaan sel endothelium  menghambat vaskulogenesis
dan angiogenesis tumor
• Cetuximab
• antibodi monoKlonal chimeric mouse atau rekombinan manusia yang
mengikat secara spesifik reseptor faktor pertumbuhan epidermal (EGFR,
HER1, c-ErB-1) dan secara kompetitif menghambat ikatan EGF dan ligan lain
• menghambat fosforilasi dan aktivasi reseptor kinase terkait, menghasilkan
hambatan pertumbuhan sel, induksi apoptosis, dan penurunan matrix
metalloproteinase serta produksi VEGF
Targeted Therapy
• Ziv-Aflibercept
• protein rekombinan yang memiliki bagian reseptor 1 dan 2 VEGF manusia
yang berfusi pada porsi Fc dari IgG1 manusia
• perangkakp VEGF untuk mencegah aktivasi reseptor VEGF dan selanjutnya
menghambat angiogenesis
• Panitumumab, regorafenib, BIBF 1120, dan cediranib
• antibodi monoklonal murni dari manusia
• menghambat fosforilasi dan aktivasi reseptor kinase terkait, menghasilkan
hambatan pertumbuhan sel, induksi apoptosis, dan penurunan matrix
metalloproteinase serta produksi VEGF
Regimen Kemoterapi
1. Kemoterapi Tunggal:
a) Capecitabine 850-1250 mg/m2, 2 kali sehari, hari 1-14, setiap 3 minggu x 24 minggu;
b) 5-FU/leucovorin (Roswell Park, simplified, de grammont);
• Roswell Park regimen: Leucovorin 500 mg/m2 IV selama 2 jam, hari 1, 8, 15, 22, 29, dan 36; 5-
FU 500 mg/m2 bolus IV 1 jam setelah dimulai leucovorin, hari 1, 8, 15, 22, 29, dan 36, diulang
setiap 8 minggu;
• Simplified biweekly infusional: 5-FU/LV (sLV5FU2): Leucovorin 400 mg/m2 IV selama 2 jam
pada hari 1, diikuti dengan 5-FU bolus 400 mg/m2 dan kemudian 1200 mg/m2/hari x 2 hari
(total 2400 mg/m2 selama 46-48 jam) infus continuous, diulang setiap 2 minggu;
• Mingguan: Leucovorin 20 mg/m2 IV selama 2 jam pada hari 1, 5-FU 500 mg/m2 bolus injeksi IV
1 jam setelah dimulai leucovorin, diulang setiap minggu; 5-FU 2600 mg/m2 dalam infus 24 jam
ditambah leucovorin 500 mg/m2, diulang setiap minggu.
2. Kemoterapi Doublet
a. mFOLFOX6
• Oxaliplatin 85 mg/m2 IV selama 2 jam, hari ke-1
• Leucovorin 400 mg/m2 IV selama 2 jam, hari ke-1
• 5-FU 400 mg/m2 IV bolus pada hari ke-1, kemudian 1200 mg/m2/hari x 2 hari (total 2400
mg/m2 selama 46-48 jam) secara IV infus kontinyu, ulangi setiap 2 minggu.
b. CapeOX
• Oxaliplatin 130 mg/m selama 2 jam, hari ke-1.
2

• Capecitabine 1000 mg/m2, 2 kali sehari, per oral hari ke-1 sampai ke-14, ulangi setiap 3
minggu x 24 minggu.
c. FOLFIRI (Folinic Acid, Fluorouracil, Irinotecan)
• Irinotecan 180 mg/ m2 IV selama 30-90 menit, hari ke-1
• Leucovorin 400 mg/m2 IV selama 2 jam, hari ke-1
• 5-FU 400 mg/ m2 IV bolus pada hari ke-1, kemudian 1200 mg/ m2 /hari x 2 hari (total
2400 mg/ m2 selama 46-48 jam) secara IV infus kontinyu, ulangi setiap 2 minggu.
d. IROX
• Oxaliplatin 85 mg/m2 IV selama 2 jam, diikuti irinotecan 200 mg/m2 selama 30 atau 90
menit setiap 3 minggu.
• Regimen Kemoterapi dan Targeted Therapy
a. mFOLFOX6 + Bevacizumab
• Oxaliplatin 85mg/m2 IV selama 2 jam, hari ke-1
• Leucovorin 400 mg/m2 IV selama 2 jam, hari ke-1
• 5-FU 400 mg/m2 IV bolus pada hari ke-1, kemudian 1200 mg/m2/hari x 2 hari (total 2400
mg/m2 selama 46-48 jam) secara IV infus kontinyu.
• Bevacizumab 5 mg/kg IV, hari ke-1, ulangi setiap 2 minggu
b. mFOLFOX6 + Panitumumab
• Oxaliplatin 85 mg/m2 IV selama 2 jam, hari
• Leucovorin 400 mg/m2 IV selama 2 jam, hari 1
• 5-FU 400 mg/m2 IV bolus pada hari 1, kemudian 1200 mg/m2/hari x 2 hari (total 2400
mg/m2 selama 46-48 jam) infus IV kontinyu
• Panitumumab 6 mg/kg IV selama 60 menit, hari 1, diulang setiap 2 minggu
c. CapeOX + Bevacizumab
• Oxaliplatin 130 mg/m2 selama 2 jam, hari ke-1
• Capecitabine 850-1000 mg/m2, dua kali sehari, per oral selama 14 hari.
• Bevacizumab 7,5 mg/kg IV, hari ke-1, ulangi setiap 3 minggu.
d. FOLFIRI + Bevacizumab
• Irinotecan 180 mg/m2 IV selama 30-90 menit, hari 1.
• Leucovorin 400 mg/m2 infus IV, durasi disesuaikan dengan infus Irinotecan, 5-FU 400 mg/m2
bolus IV hari 1, kemudian 1200 mg/m2/hari x 2 hari (total 2400 mg/m2 selama 46-48 jam
infus kontinyu.
• Bevacizumab 5 mg/kg IV, hari 1, diulang setiap 2 minggu.
e. FOLFIRI + Cetuximab (KRAS/NRAS/BRAF wild type)
• Irinotecan 180 mg/m2 IV selama 30-90 menit hari ke-1.
• Leucovorin 400 mg/m2 IV selama 2 jam, hari ke-1.
• 5-FU 400 mg/m2 IV bolus pada hari ke-1, kemudian 1200 mg/m2/hari x 2 hari (total 2400
mg/m2 selama 46-48 jam) secara IV infus kontinyu.
• Cetuximab 500 mg/m2 IV selama 2 jam hari ke-1, ulangi setiap 2 minggu.
f. FOLFIRI + Panitumumab
• Irinotecan 180 mg/m2 IV selama 30-90 menit, hari ke-1.
• Leucovorin 400 mg/m2, infus IV, durasi disesuaikan dengan infus Irinotecan, 5-FU 400 mg/m2
bolus IV hari 1, kemudian 1200 mg/m2/hari x 2 hari (total 2400 mg/m2) selama 46-48 jam
secara IV infus kontinyu.
• Panitumumab 6 mg/kg IV, selama 60 menit, hari 1, diulangi setiap 2 minggu.
g. FOLFIRI + ziv-aflibercept
• Irinotecan 180 mg/m2 IV selama 30-90 menit, hari 1.
• Leucovorin 400 mg/m2 infus IV, durasi disesuaikan dengan infus Irinotecan, 5-FU 400 mg/m2
bolus IV hari 1, kemudian 1200 mg/m2/hari x 2 hari (total 2400 mg/m2) selama 46-48 jam
infus kontiyu.
• Ziv-aflibercept 4 mg/kg IV, diulang setiap 2 minggu.
h. Capecitabine + Bevacizumab
• 850-1250 mg/m2 PO 2 x sehari, hari 1-14.
• Bevacizumab 7,5 mg/kg IV, hari 1, diulang setiap 3 minggu.
i. Irinotecan
• Irinotecan 125 mg/m2 IV selama 30-90 menit, hari 1 dan 8. Diulang setiap 3 minggu;
• Irinotecan 300-350 mg/m2 IV selama 30-90 menit, hari 1. Diulang setiap 3 minggu;
• Cetuximab (hanya KRAS WT + Irinotecan);
• Cetuximab 400 mg/m2 infus pertama, selanjutnya 250 mg/m2 IV setiap minggu; atau
• Cetuximab 500 mg/m2 IV setiap 2 minggu;
• +/-
• Irinotecan 300-350 mg/m2 IV setiap 3 minggu; atau
• Irinotecan 180 mg/m2 IV setiap 2 minggu; atau
• Irinotecan 125 mg/m pada hari 1 dan 8, diulang setiap 3 minggu.
2
• Regimen Targeted Therapy
• Cetuximab (hanya KRAS WT)
• Cetuximab 400 mg/m2 infus pertama, selanjutnya 250 mg/m2 IV setiap minggu; atau
• Cetuximab 500 mg/m2 selama 2 jam, hari 1, setiap 2 minggu.
• Panitumumab (hanya KRAS WT)
• Panitumumab 6 mg/kg IV selama 60 menit setiap 2 minggu.
• Regorafenib
• Regorafenib 160 mg PO setiap hari, hari 1-21, diulang setiap 28 hari.
Dukungan Nutrisi
Syarat pasien kanker yang membutuhkan tatalaksana nutrisi:
• Skrining gizi untuk mendeteksi gangguan nutrisi, gangguan asupan nutrisi, serta
penurunan BB dan IMT sedini mungkin
• Skrining gizi dimulai sejak didiagnosis kanker dan diulang sesuai kondisi klinis
pasien
• Pasien dengan hasil skrining abnormal, dilakukan penilaian objektif dan kuantitaif
asupan nutrisi, kapasitas fungsional, dan derajat inflamasi sistemik
Subjective Global Assessment
Malnutrisi
• World Health Organization (WHO)  IMT <18,5 kg/m2
• ESPEN 2015:
- Pilihan 1: IMT <18,5 kg/m2
- Pilihan 2: Penurunan BB yang tidak direncanakan >10% dalam kurun waktu
tertentu atau penurunan berat badan >5% dalam waktu 3 bulan,
disertai dengan salah satu pilihan berikut:
1. IMT <20 kg/m2 pada usia <70 tahun atau IMT <22 kg/m2 pada usia
≥70 tahun
2. Fat free mass index (FFMI) <15 kg/m2 untuk perempuan atau FFMI
<17 kg/m2 untuk laki-laki
Kaheksia
• Suatu sindrom kehilangan massa otot, dengan ataupun tanpa lipolisis, yang tidak
dapat dipulihkan dengan dukungan nutrisi konvensional, serta dapat
menyebabkan gangguan fungsional progresif.
• Diagnosis kaheksia jika penurunan BB ≥5% dalam waktu ≤12 bulan atau IMT<20
kg/m2 disertai dengan 3 dari 5 kriteria:
(1) penurunan kekuatan otot,
(2) fatique atau kelelahan,
(3) anoreksia,
(4) massa lemak tubuh rendah, dan
(5) abnormalitas biokimiawi, berupa peningkatan petanda inflamasi (C Reactive
Protein (CRP) >5 mg/L atau IL-6 >4pg/dL), anemia (Hb <12 g/dL), penurunan
albumin serum (<3,2 g/dL).
Tatalaksana Nutrisi Umum pada Kanker
Kebutuhan energi
• Perhitungan kebutuhan energi pada pasien kanker juga dapat
dilakukan dengan rumus rule of thumb:
• Pasien ambulatory : 30-35 kkal/kg BB/hari
• Pasien bedridden : 20-25 kkal/kg BB/hari
• Pasien obesitas : menggunakan berat badan ideal
• (+) Pasien malnourished/ underweight : menggunakan berat badan aktual
Makronutrien
• Kebutuhan protein : 1.2-2,0 g/kg BB/hari, pemberian protein perlu
disesuaikan dengan fungsi ginjal dan hati.
• Kebutuhan lemak : 25-30% dari kalori total
35–50% dari energi total (pada pasien kanker stadium lanjut yang
mengalami penurunan BB)
• Kebutuhan karbohidrat : Sisa dari perhitungan protein dan lemak
Mikronutrien
• Pemenuhan mikronutrien untuk pasien kanker hanya berdasarkan empiris saja
• ESPEN menyatakan bahwa suplementasi vitamin dan mineral dapat diberikan
sesuai dengan angka kecukupan gizi (AKG).
Cairan
Kebutuhan cairan pada pasien kanker umumnya sebesar:
• Usia kurang dari 55 tahun : 30−40 mL/kgBB/hari
• Usia 55−65 tahun : 30 mL/kgBB/hari
• Usia lebih dari 65 tahun : 25 mL/kgBB/hari
Jalur pemberian nutrisi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai