Anda di halaman 1dari 113

KOLON - REKTUM dan ANUS

Dr. Lesap Heru Farolan


Bagian Ilmu Bedah
RSUD Sidoarjo
Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga
Anatomi
Usus besar dimulai dari ileo-caecal junction
sampai anus.

Terbagi atas
– Sekum
– Kolon asenden
– Kolon transversum
– Kolon desenden
– Sigmoid
– Rektum
– Anus

Panjang rata-rata usus besar 135-150 cm


Diameter terbesar sekum ( 8,5 cm )
Diameter terkecil sigmoid ( 2,5 cm )
Aliran getah bening kolon
Tanda Kolon
 Tenia yang merupakan lapisan otot
longitudinal
 Haustra ( sakulasi )
 Apendiks epiploika.
Fisiologi
Fungsi Usus Besar
1. Menyerap air, vitamin, mineral
2. Ekskresi mukus
3. Menyimpan feses
4. Mendorong feses
Pemeriksaan dan Diagnosis

Anamnesis
• Pola defeksi
• Frekuensi
• Konsistensi
• Kaliber
• Hematokesia
• Tenesmus
• Konstipasi
Pemeriksaan dan Diagnosis
Pemeriksaan Laboratorium
• Hemoglobin
• Test darah tersamar

• Kolon albumin
• Carcino embryonik antigen ( CEA )
Pemeriksaan dan Diagnosis

Pemeriksaan Radiologik
• Foto polos abdomen
• Foto kontras barium
• Foto barium kontras ganda
Pemeriksaan dan Diagnosis

Pemeriksaan endoskopi
• Proktoskopi
Deteksi kelainan 8 – 10 cm dari anus

• Rektosigmoidoskopi
Deteksi kelainan 20 – 25 cm dari anus

• Kolonoskopi
Dapat mencapai seluruh kolon
Pemeriksaan dan Diagnosis

Manfaat Kolonoskopi
1. Diagnostik
2. Biopsi untuk kofirmasi
3. Ekstirpasi polip
4. Mengelola perdarahan
5. Follow up kelainan kolon
6. Deteksi dini kanker atau skrening proses lain
7. Dilatasi anastomose
8. Mengambil benda asing
Pemeriksaan dan Diagnosis

Pemeriksaan Lain ( bila diperlukan )


 Intra Venous Pyelography ( IVP )
 Ultrasonography ( USG )
 Computerized Tomography Scanning ( CTScan )
 Magnetic Resonance Imaging ( MRI )

Tujuan
 Menilai infiltrasi dan metastase tumor
 Menilai resektabilitas tumor
Divertikel Kolon
Definisi

• Protrusi dinding kolon


• Berbentuk kantong
dengan leher sempit
• Besarnya beberapa
milimeter sampai dua
sentimeter

• Divertikel sejati ( true diverticle )


Kantong terdiri dari semua / seluruh lapisan dinding kolon
• Divertikel palsu ( false diverticle )
Kantong hanya terdiri dari lapisan mukosa dan submukosa
Patogenesis

Sering ditemukan dikolon, terutama sigmoid


Divertikel sigmoid disebut divertikel pulsi
Penyebab
• Tekanan intra luminal yang tinggi
• Defek dinding kolon pada tempat keluarnya
arteri ke appendiks epiploika
• Tekanan intra lumen tergantung kepadatan
feses
Gambaran Klinik
• 80 % tanpa gejala
• Keluhan :
• Nyeri
• Obstipasi
• Diare
• Gangguan motilitas usus
• Gejala jelas bila ada komplikasi
• Pemeriksaan foto barium dapat membantu
diagnosa
• Pemeriksaan endoskopi untuk diagnosa
Divertikulitis
• Radang akut dari divertikel
• Disebabkan retensi feses
• Gejala klinik :
• Nyeri lokal
• Serangan akut
• Konstipasi
• Diare
• Pemeriksaan foto barium dan endoskopi
dilakukan setelah proses akut reda
Komplikasi Divertikel
Kolon
 Divertikulitis
 Peridivertikulitis
 Abses
 Perforasi
 Peritonitis
 Fistula entero-kolo -vesikal
 Perdarahan
 Obstruksi karena fibrosis pasca radang
Terapi
1. Tanpa keluhan  tidak perlu terapi
2. Fase akut
– Puasa
– Cairan parenteral
– Pemasangan pipa lambung
– Antibiotika sistemik
– Analgetika
3. Fase tenang
– Reseksi kolon
– Reseksi sigmoid metode Hartmann
Terapi
4. Terapi bedah diperlukan bila timbul komplikasi :
• Perforasi
• Perdarahan hebat
• Fistula
• Obstruksi
Inflammatory Bowel Diseases
Inflammatory Bowel Diseases

Dua penyakit yang sering dijumpai :


• Penyakit Crohn
• Kolitis ulserativa

Kedua penyakit ini banyak dijumpai dinegara Eropa

dan Amerika. Saat ini insiden penyakit ini menunjuk


peningkatan di Indonesia
Penyakit Crohn
Penyakit Crohn
(Regional Enteritis)

• Penyakit radang
granulomatik
gastrointestinal
• Bersifat kronik
progresif
• Terutama orang
muda
Etiologi
• Belum jelas.
• Pendapat akhir merupakan kelainan genetik dengan
faktor eksternal sebagai antigen
• Terjadi reaksi inflamasi menyebabkan kerusakan
mukosa sampai seluruh tebal dinding usus disertai
penebalan mesenterium.
• Mengenai ileum distal (75%) usus besar dan
gastrointestinal yang lain.
• Staduium lanjut mukosa berbenjol karena jaringan
granulasi diselingi mukosa yang normanl (cobble
stone appearance)
• Dinding usus menebal dengan lumen yang
menyempit.
Gejala
• Diare (90%), jarang disertai darah. Perdarahan vang
terjadi bila mengenai usus besar.
• Nyeri dengan kolik yang berulang (eksaserbasi akut)
• Malnutrisi, anemia, penurunan berat badan.
• Kelainan anorektal seperti fisura, fistula dan abses
perirektal.
• Masa abdomen kanan bawah.
Pemeriksaan Penunjang
• Laboratorium :
Tidak spesifik.

• Radiologik :
Penebalan dinding usus (Entero clysis), striktur ,
cobble stone.

• Endoskopi :
Aphtae dengan tukak longitudinal.
Indikasi Operasi
• Obstruksi
• Perforasi
• Fistula
Terapi
• Steroid :
• Prednison 0,25 – 0,75 mg/Hari ,
• Prednisolon.
• Sulfasalazine : 1 g/15kg/Hari.
• Immunosuppresive :
• Azothioprine,
• Mercaptopurine
• Cyclosporine.
• Elementary Diet :
• Pada serangan akut.
Surveilan
• Kolonoskopi tiap 1 – 2 tahun
• Kecurigaan bila timbul displasia epitel
• Angka kekambuhan tinggi, terutama pada
usia muda
Kolitis Ulseratif
Kolitis Ulseratif
• Penyakit radang granulomatik terutama
usus besar
• Penyakit genetik dengan manifestasi
berbeda
• Mengenai usia muda 15-30 tahun dan
usia tua 60 sampai 80 tahun
• Mengenai seluruh kolon (pan kolitis),
terutama rektum
• Radang menjalar secara horisontal
pada submukosa dan membentuk
tukak.
Gejala Klinis

• Gejala utama perdarahan (80%) disertai


• Diare (50%) dapat disertai pus
• Nyeri, kolik
• Dapat mengalami perforasi
peritonitis
Pemeriksaan Penunjang
Radiologik :
• Hilangnya haustra (Stiff pipe)
• Gambaran pseudo polyp

Sigmoidoskopi
• Mukosa rektum granulasi dan mudah berdarah.
Terapi
• Sulfasalazin : 2 – 8 g/hari/p.o.
• Serangan hebat :
• Hydrocortisone 100-300 mg/hari
• Prednisolon 20-80 mg/hari
• Diet tinggi serat
• Prebiotik bakteri asam laktat
Indikasi Bedah

• Fase akut atau perforasi


• Kasus kronis dan resisten terhadap steriod
• Tindakan bedah yang dilakukan proktokolektomi
dengan ileo-anal anastomosis
• Perlu surveilan karena resiko keganasan bila terjadi
displasia epitel
Differential Diagnosis antara
Kolitis Ulceratif dengan Penyakit Crohn

Pemerikasaan Penyakit Crohn Kolitis Ulseratif


Bloody Stool Rare Common
Abdominal Pain Common Rare
Involvement Of Rectum Rare (20%) Always
Perianal Lesion Common Rare
Fistulae Common Rare
Toxic Dilatation Rare Rare
Recurrent After Curative Surgery Common No
Endoscopy:
•Aphtha Common No
•Longitudinal Involvement Common No
•Continuous Involvement Rare Regular
•Involvement Of Terminal Ileum Common (80%) No

•Epithelial Cell Granulomas Present (40%) No


Polip
Polip
• Merupakan neoplasma jinak yang berasal
dari epitel mukosa
• Terbanyak dikolon dan rektum
• Berupa bentukan bertangkai maupun tidak
bertangkai (sesile)
• Ada yang berpotensi ganas
Gejala Klinik

• Sering tanpa gejala


• Perdarahan dan anemia
• Perubahan pola defikasi
• Komplikasi obstruksi
Diagnosis

• Colok dubur
• Foto barium kontras ganda
• Endoskopi
• Proktoskopi
• Sigmoidoskopi
• Kolonoskopi
Polip Juvenilis

 Insiden pada anak usia sekitar 5 tahun


 Ditemukan pada seluruh bagian kolon
 Biasanya dapat regresi spontan
 Gejala klinik
• Perdarahan spontan
• Kadang disertai lendir
 Selalu bertangkai, sering menonjol keluar
 Terapi tidak perlu agresif
Makroskopis

 Polipoid
 Skirus
 Ulseratif
Polip Adenomatosa

• Insiden didapatkan pada usia > 20 tahun


• Insiden meningkat dengan meningkatnya usia
• Letak 70 % pada sigmoid dan rektum
• Sifat premaligna
• Harus dilakukan operasi
Poliposis Kolon
(Familial Poliposis)

 Herediter
 Polip majemuk
 Tersebar pada seluruh kolon
 Potensial ganas ( 60 % kasus )
 Insiden pria = wanita
 Diagnosa ditegakkan
berdasarkan
• Riwayat polip pada keluarga
• Foto barium
• Endoskopi
 Pencegahan :
• Pemeriksaan berkala pada
keluarga yang beresiko
Poliposis Kolon

Sindroma Gardner
• Heriditer
• Polip majemuk
• Osteoma mandibula, calvaria
• Tumor jaringan lunak
• Potensial maligna
Karsinoma Kolon dan Rektum
Epidemiologi
• Keganasan peringkat ke-3 di USA
• Di Indonesia (BKKI)
– Karsinoma kolon peringkat ke-7
– Karsinoma rektum peringkat ke-10
– Karsinoma kolo rektal peringkat ke-6
• Insiden pria sama dengan wanita
• Insiden cenderung pada usia lebih muda
Mikroskopis

1. Adeno Karsinoma
– Diferensiasi baik
– Diferensiasi sedang
– Diferensiasi jelek
2. Leiomiosarkoma
3. Limfoma maligma
Etiologi

 Belum diketahui pasti


 Faktor prediposisi
• Polip adenomatosa
• Poliposis
• Radang kolon kronis
 Faktor diet
• Kaya lemak
• Rendah serat
 Faktor genetik
Diet Lemak

Kolesterol Sterol (pada kolon)


Lemak Asam Empedu
Bakteri
Anaerob
Sintesa
Hepar

Asam Empedu
Sekunder

Karsinogenik
Distribusi
Terbanyak pada rektum
Kecenderungan
 Karsinoma rektum
 Karsinoma kolon asenden
Diagnosis

ANAMNESA
 Perubahan pola defikasi
 Frekuensi
 Konsistensi tinja
 Konstipasi
 Kaliber
 Berak lendir dan hematokesia
 Tenesmus
 Nyeri perut
• kolik
• menetap
Diagnosis

PEMERIKSAAN FISIK
 Anemia
 Massa dirongga abdomen
 Tanda obstruksi
 Darah dan lendir pada colok dubur
 Penurunan berat badan

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
 Test darah tersamar
 Test kolon albumin
 Carcino embryonic antigen (CEA)
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
 Foto Kolon
• Barium enema dan kontras ganda

 Ultra Sonogafi
• Identifikasi metastase
• Menilai reseklabilitas

 Intra Venous Pyelography (IVP)


• Menilai infiltrasi ke sistem urinari

 Thoraks Foto
• Metastase paru
Pemeriksaan Penunjang
Endoskopi
 Proktoskopi
• Deteksi kelainan 8-10 cm dari anus
• Polip rekti
• Hemorhoid
• Karsinoma rektum

 Sigmoidoskopi
• Mencapai 20 – 25 cm dari anus
• Diagnostik
• Kauterisasi

 Kolonoskopi
• Dapat mencapai sekum
Karsinoma Kolon Kanan
 Nyeri tumpul
 Teraba massa pada 1/3 kasus
 Anemia
 Sering diare
 Sifat tumor
• Fungating
• Besar ulserasi rapuh
Karsinoma Kolon Kiri
 Keluhan yang sering konstipasi
Kadang dapat juga diare
 Keluhan kaliber feses megecil
 Keluhan obstruksi
 Sifat tumor
• Tumbuh anuler dan
konstrikting sehingga
menyebabkan obstruksi
Karsinoma Rektum
 Berak darah dan lendir
 Tenesmus
 Sering didiagnosa sebagai
hemorhoid
 Sifat tumor
• Ulseratif
• Vegetatif
• Infiltratif
 Diagnosa
• Colok dubur
• Proktoskopi
• Sigmodoskopi
Stadium
DUKES (1932) menciptakan stadium patologi berdasar:
 Kedalaman invasi dinding kolon
 Adanya metastase kelenjar

Stadium menurut DUKES populer karena :


 Mudah dilakukan
 Mudah diingat
 Mudah dimengerti
 Praktis
Stadium Menurut Dukes
(Modifikasi)

Dukes A :
 Mukosa dan muskularis mukosa
 Kelenjar negatip
Dukes B :
 Seluruh dinding kolon
 Kelenjar negatip
Dukes C1 :
 Seluruh dinding kolon
 Kelenjar sekitar kolon positip
Dukes C2 :
 Kelenjar pangkal pembuluh darah positip
Dukes D :
 Metastase ke organ yang berdekatan
 Metastase jauh (hepar, paru)
Stage Grouping (TNM)
(IUCC – International Union Against Cancer)

T N M Dukes
Stage 0 Tis N0 M0
Stage I T1 N0 M0 A
T2 N0 M0
Stage II T3 N0 M0 B
T4 N0 M0
Stage III Any T N1 M0 C
Any T N2, N3 M0
Stage IV Any T Any N M1 D
Penyebaran
1. Penyebaran langsung ke organ sekitar tumor
2. Hematogen : sistem porta  hepar
sistemik  paru
3. Limfogen:
kelenjar para kolon
kelenjar meso kolon
kelenjar para aorta
4. Trans peritoneum
rongga peritoneum disebut abdominal karsino
matosis
5. Intra lumen
Jarang terjadi pada mukosa yang utuh
Pembedahan
Kolon Kanan :
 Hemikolektomi kanan  Ileo -
Transverostomi
Kolon Kiri :
 Hemikolektomi kiri Kolo -
Sigmoidostomi
Kolon Transversum :
 Kolotransvesectomi  Kolo
Kolostomi
Kolon Sigmoid :
 Reseksi Anterior  Kolo - Rektostomi
Rektum Letak Tinggi
 Reseksi Anterior  Kolo - Rektostomi

Rektum Letak Rendah


 Reseksi Abdomino Perineal Dengan
Permanen Kolostomi (Operasi
Miles)
Hemikolektomi Kanan
Pembedahan Paliatif

 Reseksi tumor dan anastomosis


 By pass (pintas usus)
 Kolostomi diversi

Tindakan operasi paliatif bertujuan mengatasi


keluhan tetapi tidak merubah jalannya penyakit
Pengobatan Penunjang
(Adjuvant)

1. Radiasi
 Pra bedah
 Pasca bedah
 Kombinasi ( sandwich )

2. Kemoterapi
 Obat tunggal : 5 fluorouracil
 Obat kombinasi :
 5 fluorouracil
 Levamizol
 Calcium leucovorin
 Irinotecan
3. Kombinasi : Kemo - Radiasi
Prognosa
Tergantung pada
1. Stadium penyakit
2. Diferensiasi patologi
3. Komplikasi yang ditimbulkan
4. Penyakit sekunder yang menyertai
Ketahanan Hidup 5 Tahun

Dukes 5 YSR

A 97-100%

B 80%

C1 60%

C2 35%

D <5%
Deteksi Dini
Dilakukan dengan skrining pada golongan resiko tinggi
1. Penderita dengan familial adenomatous polip
- skrining dimulai pada usia pubertas
2. Penderita dengan hereditary non poliposis colorectal
cancer (HNPCC)
- skrining dimulai pada usia 21 tahun
3. Penderita dengan penyakit infeksi usus (ulcerative colitis)
- skrining 7-8 tahun setelah diagnosa
4. Ada riwayat keluarga yang menderita kanker atau kondisi
pre maligna yang lain
- skrining dimulai pada usia 30 tahun
Follow Up
 Kekambuhan sering pada 2 tahun pertama
 Perlu follow up
1. Ba inloop tiap 3 bulan
2. Kolonoskopi tiap tahun
3. Thoraks foto
4. Darah lengkap dan fungsi hati tiap 6 bulan
5. CEA –-> 2 tahun pertama tiap 2 bulan dan 2 tahun berikut
tiap 4 bulan
CEA  kekambuhan  imaging
 kondisi lain
Penyakit pre–Maligna
pada Kolon dan Rektum
1. Adenoma diameter diatas 1 cm kemungkinan
maligna
2. Familial adenomatous poliposis
3. Non poliposis hereditary colon cancer (HNPCC)
4. Inflamatory bowel diseases
5. Irradiation proctocolitis
Hemoroid
Hemoroid
Pelebaran vena pleksus hemoroidalis

• Hemoroid Interna
 Pelebaran pleksus v. hemoroidalis
superior
 Diliputi mukosa
 Posisi kanan depan, kanan belakang dan
kiri lateral (jam 3 – 7 – 11)
 Drenase ke vena hemoroidalis superior
selanjutnya ke vena porta

• Hemoroid Eksterna
 Pelebaran pleksus vena hemoroidalis
inferior
 Dibawah garis muko kutan
 Diliputi epitel anus
 Drenase kevena sistemik selanjutnya ke
vena cava
Etiologi
Simptomatik
 Tekanan perut meningkat  vena melebar,berkelok-
kelok  menonjol

Faktor Penyebab :
 Mengejan
 Konstipasi
 Kehamilan
 Obesitas
Gejala

 Perdarahan saat defikasi


 Darah merah segar, tidak bercampur feses
 Anemia
 Prolap saat defikasi
 Iritasi perianal pruritus ani
 Nyeri timbul bila terjadi :
• Trombus
• Edema
• Radang
Pemeriksaan
• Hemoroid Interna
• Tampak saat prolap
• Anus diregang dan penderita mengejan
• Anoskop dilakukan bila tidak prolap
• Untuk menetukan letak
• Ukuran
• Derajad
• Hemoroid Eksterna
• Tampak pada inspeksi

Proktosigmoidoskopi
Untuk menyingkirkan proses keradangan dan keganasan
Derajat Hemoroid
 Derajat I :
• Perdarahan per anus
• Prolap (–)
• Mikroskopis pelebaran pleksus

 Derajat II :
• Prolap  Bisa reduksi spontan

 Derajat III :
• Prolap  Perlu reduksi manual

 Derajat IV :
• Prolap dan tidak dapat direduksi
Diagnosa Banding

1. Perdarahan
- karsinoma kolo rektal
- divertikel
- polip
- kolitis ulserosa
2. Benjolan yang keluar
- prolap rektum
3. Tumor anorektal
- kondiloma
- fissura anus
Komplikasi

1. Perdarahan
2. Prolap yang tidak dapat direduksi
3. Tombosis infark mukosa
4. Septik emboli abses hepar
Terapi

Tujuan terapi bukan


menghilangkan pleksus
hemoroidalis tetapi menghilangkan
keluhan
Terapi
1. Konservatif
 Derajat I dan II
 Diet tinggi serat
 Supositoria dan salep anus
– Efek anestetik
– Astringen
 Bila prolap
– Reposisi
– Kompres lokal
– Rendam duduk cairan hangat
 Atasi penyakit radang kolon yang mendasari
Terapi
2. Skleroterapi
- Fenol oli 5%
- Submukosa untuk menimbulkan radang
steril
- Komplikasi :
- infeksi
- prostatitis
- hipersensitivitas
- Dikombinasikan dengan nasehat diet kaya serat
Terapi
3. LIGASI GELANG KARET
- Tehnik Barron
- Iskaemia  nekrosis  fibrosis
- Interval 2 – 4 minggu
- Nyeri
- Sering perdarahan pada hari ke 7 - 10
Terapi
4. Hemoroidektomi
Indikasi :
- Derajat III dan IV
- Perdarahan berulang dan anemia
- Derajat IV dengan trombosis
- Terapi biasa gagal
Terapi
5. Bedah Beku
- Memakai gas CO2 atau N2O
- Nekrosis mukosa sulit dikontrol
- Penyembuhan lambat

6. Lain-lain
• Dilatasi (LORD)
• Infra red koagulasi (IRC)
• Diatermi
Hemoroid Eksterna
Manifes bila terjadi trombosis
Klinis
 Nyeri
 Kulit tegang
 Benjolan kebiruan
 Terjadi pada tekanan perut yang tiba-tiba meningkat
Terapi
 Analgetika
 Rendam air hangat
 Eksisi trombus
Fisura Anus
Fisura Anus

 Luka epitel pada anal kanal


 Fisura biasanya tunggal pada posterior mid-line
 Edema papila pada anal kanal hipertropik papil
 Edema pada fisura kulit sentinel tag
 Trias fisura anus
• Ulkus
• Hipertropik papil
• Sentinel tag
Faktor Penyebab

 Sering tak jelas


 Iritasi akibat diare
 Penggunaan laksan yang kronik
 Cedera partus
 Iatrogenik
Fisura anus

Anamnesa
 Konstipasi karena takut b.a.b
 Feses keras
 Nyeri defikasi
 Darah segar
 Riwayat remisi dan eksaserbasi
Pemeriksaan

– Sentinel tag
– Eversi anus  ulkus
– Anoskop  hipertropik papil
– Spasme sfingter
Diagnosa Banding

• Tuberkulosa
• Sifilis
• Proktitis
• AIDS ( Acquired Immun Deficiency Syndrome )
Terapi
1. Konservatif
- diet kaya serat
- obat pelunak feses
- rendam air hangat
- topikal anestetik

2. Bedah
- bila konservatif gagal
- dilatasi sfingter
- lateral internal sfingterotomi
Abses Anorectal
Abses Anorektal
 Merupakan radang peri
rektum akibat infeksi
kuman usus
 Infeksi berasal dari kripta
rektum
 Abses diberi nama
menurut letaknya
• Pelvio-rektal
• Iskio-rektal
• Intersfingter
• Perianal ( paling sering)
Klinis
 Abses superficial (peri anal)
• Nyeri
• Bengkak
• Hiperemi
• Indurasi –fluktuasi

 Abses dalam
• Nyeri perut bawah
• Perlu pemeriksaan colok dubur dan vagina
 Sistemik
 Demam
• Lekositosis
• Toksik
Komplikasi

 Meluas keruang lain


• Kearah pelvis
Kearah ischio rektal
 Perforasi :
• Kearah anorektal
• Peri anal
Terapi

 Insisi dan drenase yang adekuat


 Rendam duduk air hangat
 Luka dirawat terbuka
 Fistel yang terbentuk perlu tindakan bedah
Fistel Perianal
Fistel Perianal
 Diakibatkan drenase abses anorektum
 Umumnya berasal dari satu muara dikripta
anorektum
 Klasifikasi PARK:
• Intersfingter
• Transfingter
• Suprasfingter
• Ekstrasfingter
Fistel Perianal

 Bentuk :
• Tunggal
• Majemuk
• Letak terhadap garis
tranversal anus
 Di depan
• Di belakang
 Penyebab tersering kuman pyogen
• Jarang :
• Tuberkulosa
• Radang granulomatous
Hukum Goodsall
• Fistel dengan lubang kripta
disebelah anterior umumnya
berbentuk lurus
 Fistel dengan lubang kripta
disebelah posterior
berbentuk bengkok kedepan
dan membentuk lubang
perforasi satu atau lebih

 Salmon Goodsal
Gambaran Klinis

 Riwayat :
• Abses yang kambuh
• Mengeluarkan pus dan feses
 Bimanual palpasi teraba sebagai tali
 Sonde dapat menunjukkan arah asal fistel
 Fistel kronik dapat mengalami degenerasi maligna
Pemeriksaan
Proktoskopi
 Menentukan penyakit rektum
• Karsinoma
• Proktitis tuberkulosa
• Amuba
• Penyakit Crohn

Fistulografi
 Perlu untuk deteksi fistel yang kompleks
Diagnosa Banding
1. Hidradenitis supurativa
• Fistel yang multiple
• Tidak meluas pada struktur yang lebih dalam
2. Sinus pilonidalis
• Pada daerah sakrokoksigeal
3. Fistel proktitis

Pada morbus Crohn


• Tuberkulosa
• Amubiasis
• Divertikulitis
Terapi

1. FISTULOTOMI
• Lubang kripta dicari
• Dinding fistel dibuka dan dibersihkan
• Rawat terbuka
• Luka sembuh per sekundam intentionem

2. OPERASI 2 TAHAP
• Untuk menghindari terpotongnya sfingter

Perawatan Luka
Cegah bridging jaringan luka (mencegah kekambuhan)
Prognosa

Tejadi kekambuhan bila :


 Lubang kripta (internal opening) tidak ditemukan
 Ada cabang fistel yang tidak terdeteksi
 Operasi tidak bersih
 Perawatan pasca bedah
 Salah diagnosa
Prolaps Rectum
(Procidentia)
PROLAPS REKTUM
(PROCIDENTIA)

 Seluruh bagian rektum turun


melalui anus

 Penyebab :
• Kelemahan otot dasar
panggul
• Tekanan abdomen yang
meningkat
Gejala Klinik
 Terjadi prolap pada saat tekanan abdomen
meningkat
 Sfingter ani dilatasi dan lemah
 Inkonentia alvi
 Mukosa rektum lecet, mudah berdarah,
mengeluarkan sekret mukous
 Perlu tindakan manual untuk reposisi
Komplikasi

1. Mukosa rektum
 Rapuh
 Edema
 Ulserasi

2. Dinding rektum
 Gangren
 Perforasi
Terapi

Terapi
1. Medika Mentosa
 Obat-obat pelunak feses

2. PEMBEDAHAN
 Menyempitkan lubang anus
 Reseksi rektum
 Memasang penyangga dan fiksasi rektum

Anda mungkin juga menyukai