Anda di halaman 1dari 67

Aulia Rahma P01031221065

Elsya Vinaya Br Stp P01031221072


Feby Valentina Sinaga P01031221077
Renata Silvia Sijabat P01031221095
Vina Al’khansa Dinata P01031221111

Kelompok 6
BAB 1 KONSEP
PERENCANAAN
BUKU AJAR PERENCANAAN PROGRAM GIZI
Pengertian Perencanaan

Dalam buku "Managem" fifth edition karangan James A.F Stoner dan
R. Edward Freeman Tahun 1992 (James F Stoner, 1992) didefinisikas
bahwa perencanaan merupakan proses pencapaian tujuan dan tindakan
yang cocok untuk mencapai tujuan tersebut.

(C. Brobowski, 1994). Perencanaan adalah usaha sadar, terorganisir dan


terus menerus guna memilih alternatif yan terbaik untuk mencapai tujuan
tertentu 9Waterton 1965).

Berbagal definisi telah dikembangkan oleh para ahli perencanaan


Berikut ini beberapa definisi perencanaan Sebagai benkut: (Azwar
19821
• Perencanaan adalah seperangkan prosedur
• Perencanaan adalah proses menentukan kegiatan yang cocok untuk
• Pertama, meskipun masalah gizi jelas merupakan masalah
• kesehatan, tetapi penanggulangannya tidak dapat efektif hanya
dengan
• pendekatan medis atau pendekaran system pelayanan kesehatan saja.
Drucker menyebutkan perencanaan sebagai suatu proses kerja yang
terus menerus yang meliputi upaya pengambilan kepuasan yang
bersifat pokok yang dipandang penting yang akan dilaksanakan
secara sistemari

1. "Merencanakan berarti memilih. Artinys, porencanaan


merupakan pintes manih di antara berhagal kegiatan yang
diinginkan, karena tidak semua yang diinginkan itu dapat dilakukan
dan dicapai dalam waktu yang bersamaan.

2. Sumber daya Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber


daya. Penggunan inilah "number daya" di sini menunjukkan
Ansof dan Brandenburg mendefinisikan perencanaan sebagai suat
proses menerapkan pengarahan yang resmi dan menetapkan segala
hambaan yang diperkirakan ada dalam rangka menjalankan
program untuk dapat dipakai sebagai pedoman dalam suatu
organisasi
Perencanaan nasional, adalah perencanaan di suatu buku
dijadikan dasar untuk perencanaan lokal dan regional ‘’Buku ajar
perencanaan program gizi’’. Perencanaan internasional yaitu
perencanaan oleh beberapa Negara yang melewati hatas-batas suar
negara yang dilaksanakan melalui perencanaan dari segi luas.

1. Perencanaan makro yaitu perencanaan yang bersifat universal


menyeluruhdari Negara-negara tersebut.
2 Perencanaan mikro adalah perencanaan yang ditetapkan dan di
wasan berdasarkan kondisi dan situasi tertentu.

Dari segi prioritas pembuataya perencanaan dapat dibagi menjadi


1. Jelaskan Pengertian perencanaan!
2. Sebutkan unsur yang ada dalam perencanaan
4. Jelaskan tujuan dari dilakukannya perencanaan!
3. Sehinkan ciri dari perencanaan
5. Apa manfaat dari perencanaan?
6. Sebutkan pembagian perencanaan berdasarkan waktu, sifat, luas
jangan dan prioritas perencanan
BAB 2
Perencanaan program gizi
Determinan Sttus Gizi

Dalam memahami determinan atau faktor penyebab dari masalah gizi,


pakar epidemiologi mengembangkan tiga model yang menelaah
timbulnya suatu penyakit atau masalah gizi. Ketiga model tersebut adalah

1. Segitiga Epidemiologi (The Epidemiologic Triangle)

Model ini menyatakan bahwa penyakit dan masalah kesehatan


disebabkan oleh tiga faktor utama: Agen (zat atau benda yang
memengaruhi tubuh), Hot (faktor individu dan lingkungan), dan
(lingkungan fisik, biologis, dan sosial-ekonomi). Kesehatan terjadi saat
ketiga faktor ini seimbang. Gizi adalah makanan yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan fungsi tubuh. Keseimbangan gizi mencerminkan
hubungan antara asupan dan penggunaan zat gizi. Model ini membantu
memahami bagaimana faktor-faktor ini memengaruhi kesehatan
dan gizi seseorang.
2. Jaring-Jaring Sebab Akibat (The Web of Causation)

Masalah gizi dan kesehatan yang disebabkan oleh berbagai faktor,


termasuk akses terbatas terhadap pelayanan kesehatan, rendahnya tingkat
pendidikan, kondisi lingkungan yang buruk, dan kemiskinan. Kemiskinan dapat
menyebabkan kurangnya akses terhadap makanan bergizi dan meningkatkan
risiko penyakit. Masalah gizi dan kesehatan juga dipengaruhi oleh kebijakan
ketahanan pangan dan program perbaikan gizi serta upaya peningkatan
kesehatan masyarakat. Faktor-faktor ini berinteraksi dalam jaring-jaring yang
kompleks dan sulit diputuskan. Selain itu, kurangnya pengetahuan tentang
keluarga berencana dan anggapan bahwa anak dapat menjadi tenaga kerja
tambahan juga berkontribusi pada masalah gizi. Upaya untuk mengatasi
masalah ini mencakup pembangunan ekonomi, politik, dan sosial yang dapat
menurunkan tingkat kemiskinan dan meningkatkan akses pendidikan dan
pelayanan kesehatan.

3. Modal Roda (The Wheel)


Model ini meilhar faktor sebab dan akibat menyerupai roda atau lingkaran yang
tidak berujung dimana faktor tersebut saling mempengaruhi sehingga tidak
bisa diperoleh ujung
dan pangkalnya sehingga menyerupai roda atau lingkaran setan.
PROGRAM PANGAN DAN GIZI

Bberapa program yang terkIt dengan pangan dan gizi adalah :

1. Produksi Pangan

Pentingnya ketahanan pangan di tingkat nasional dan rumah


tangga. Hal ini melibatkan penyediaan pangan yang cukup,
kualitas baik, dan harga terjangkau untuk masyarakat. Indikator
penting adalah proporsi pengeluaran rumah tangga yang
digunakan untuk bahan pangan. Semakin besar proporsi ini,
semakin rendah tingkat ketahanan pangan rumah tangga
tersebut. Teks juga mencatat bahwa harga pangan terkait
dengan kebijakan harga pangan nasional dan
mempertimbangkan faktor fluktuasi produksi domestik dan
harga pasar dunia yang dapat memengaruhi harga pangan di
tingkat domestik.
3. Peningkatan utilisasi pangan di tingkat keluarga
a. Pelayanan pada perumahan, ketersediaan air, sanitasi lingkungan,
pembuangan limbang dan fasilitas kesehatan.
b. Edukasi gizi dan promosi pangan.

4. Peningkatan utilisasi tingkat individu.


c. Program kesehatan masyarakat misalnya imunisasi dan pemberian
obat cacing.
d. Kesehatan lingkungan, sanitasi dan higiene.
e. Pengawasan mutu pangan.

5. Promosi dan rehabilitasi status kesehatan dan status gizi


individu.
f. Rehabilitasi gizi misalnya Therapeutic Feeding Center (Pusat
Rehabilitasi Gizi).
g. Pengaruh yang tidak langsung misalnya upah minimum.
Pendekatan Dalam Perencanaan Program Gizi
Menurut Josefa S Eusebio dan Rolando G Corcolon dalam bukunya
"Food and Nutrition Planning and Management" Tahun 1999 (5)
pendekatan perencanaan gizi dilakukan melalui berbagai sebagai berikut:

1. Pendekatan sectoral

A. Sektor Kesehatan

Sektor Kesehatan melakukan berbagai intervensi untuk mengatasi masalah gizi,


baik promotif maupun kuratif. Dalam Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi,
terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan dalam jangka pendek dan jangka
menengah sebagai berikut:
• Strategi jangka pendek yang mencakup pelayanan gizi dan kesehatan berbasis
masyarakat, bantuan pangan, dan peningkatan akses masyarakat.
• Strategi jangka panjang melibatkan pelayanan kesehatan dasar, pembangunan
fasilitas olahraga, dan kebijakan ekonomi yang meningkatkan pendapatan
masyarakat miskin serta melibatkan mereka dalam pembangunan ekonomi dan
sosial.
B. Sektor sosial

Sektor sosial adalah bagian dari pemerintahan yang fokus pada


masalah sosial dan kebijakan gizi. Mereka membantu keluarga dan
masyarakat miskin yang menghadapi masalah gizi akibat kemiskinan dan
bencana alam dengan memberikan bantuan makanan, pendistribusian
pangan, serta bantuan keuangan kepada keluarga rentan sosial. Di Filipina,
sektor sosial dikenal sebagai SEAP (Socio-Economic Assistance Project).
Mereka juga melibatkan program-program seperti pelayanan sosial, panti
asuhan, dan perawatan bagi orang dengan gangguan mental.

C. Sektor ketahanan pangan

Sektor ketahanan pangan adalah upaya untuk memastikan ketersediaan


dan aksesibilitas pangan yang mencukupi bagi masyarakat. Ini
melibatkan produksi pangan sendiri dan impor pangan. Selain itu,
penting juga memperkuat sistem pasar, mekanisme pemasaran,
dan intervensi harga untuk melindungi produsen dan konsumen.
D. Sektor pendidikan

Sektor pendidikan berfokus pada program gizi dan pangan dengan


tujuan mengubah sikap dan perilaku masyarakat. Hal ini karena masalah
gizi seringkali disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang gizi dan
faktor sosial seperti tingkat pendidikan rendah. Pendidikan dianggap
kunci untuk menerapkan program gizi yang melindungi kesehatan dan
memberikan pemahaman tentang nilai gizi dalam makanan.

2. Pendekatan Multi Sektor

Pendekatan Multi Sektor melibatkan berbagai sektor dalam


penanganan masalah gizi dan pangan karena masalah ini memiliki
banyak penyebab. Untuk sukses, diperlukan kerja sama kolektif dari
berbagai pihak yang terlibat, mulai dari penetapan kebijakan hingga
evaluasi, serta perencanaan yang terkoordinasi.

Pendekatan sektor melalui beberapa pendekatan:


A. Pendekatan Kebutuhan Dasar Manusia

Pendekatan Kebutuhan Dasar Manusia adalah pendekatan yang


fokus pada pemenuhan kebutuhan dasar keluarga dan Masyarakat
dengan mengintegrasikan aspek ekonomi, sosial, dan fisik. Pendekatan ini
mengakui keterkaitan antara kemiskinan dan kurang gizi. Pendekatan pembangunan ini
bertujuan untuk menyediakan barang-barang dasar seperti makanan, pakaian,
perumahan, dan perabot rumah tangga. Selain itu, juga mencakup pelayanan dasar
seperti pendidikan, air bersih, perawatan kesehatan, serta upaya untuk menciptakan
lingkungan yang sehat dan pekerjaan yang layak. Partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaan program juga diutamakan dalam pendekatan ini.

B. Pendekatan Pembangunan

Pendekatan Pembangunan adalah upaya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi


dan perbaikan sosial melalui perubahan ekonomi dan sosial. Dalam konteks gizi, terdapat
dua pendekatan:

• Pendekatan Pembangunan Masa Lampau yang kurang memperhatikan gizi


• Pendekatan Pembangunan Baru yang menekankan pentingnya gizi
• dalam pembangunan dengan integrasi pemahaman gizi dalam
perencanaan pembangunan.
C. Pendekatan system

Pendekatan sistem untuk menangani masalah gizi mengutamakan


pemahaman bahwa semua komponen terkait dan memengaruhi satu
sama lain. Pendekatan ini melibatkan analisis masalah gizi, penentuan
tujuan pembangunan yang berkaitan dengan intervensi, serta evaluasi
untuk perencanaan ulang.

D. Pendekatan gizi masyarakat

Pendekatan gizi masyarakat menekankan partisipasi masyarakat


dalam program gizi. Di Indonesia, melalui Posyandu, ada upaya
revitalisasi untuk cegah kasus gizi buruk. Di Filipina, pendekatan gizi
masyarakat dilakukan melalui BIDANI (The Barangay Integrated
Development Approach to Nutrition Improvement). Pendekatan ini
bertujuan mengedepankan partisipasi, kerja sama, pendanaan bersama,
dan integrasi gizi dalam pembangunan dengan berbagai mitra
pemerintah dan non-pemerintah.
Dalam buku yang diterbitkan oleh World Bank Tahun 2006
berjudul "Repositioning Nutrition as Central to Development"
menyebutkan ada beberapa alas an lemahnya komitmen terhadap
program gizi yaitu :

1. Kurangnya kesadaran tentang masalah gizi di kalangan keluarga dan


masyarakat.
2. Tidak memahami dampak ekonomi dari masalah gizi.
3. Ketidaktahuan pemerintah tentang cara terbaik untuk mengatasi masalah gizi
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi.
4. Banyaknya organisasi pemangku kepentingan dengan tujuan yang berbeda.
5. Ketidaksepakatan tentang intervensi gizi yang tepat.
6. Gizi yang memadai jarang dianggap sebagai hak asasi manusia.
7. Minimnya kesadaran tentang masalah gizi.
8. Kurangnya perhatian dari politikus dan pemimpin terhadap program gizi yang
efektif.
9. Pengangguran bahwa investasi dalam program gizi memiliki dampak yang
terbatas.
10.Terdapat lingkaran setan di mana rendahnya komitmen terhadap gizi
mempengaruhi rendahnya investasi dan dampak program gizi, sehingga
beberapa program tidak dilaksanakan.
PARADIGMA BARU DALAM PERENCANAAN
PANGAN DAN GIZI
Paradigma baru dalam perencanaan pangan dan gizi
menitikberatkan pada mengukur kesejahteraan masyarakat dengan
melihat indikator kesehatan seperti angka penyakit dan kematian bayi
serta ibu melahirkan. Ini karena banyak kematian bayi terkait dengan
status gizi yang rendah. Paradigma ini juga menyoroti pentingnya hasil
akhir daripada hanya fokus pada persediaan pangan (input), karena
faktor lain seperti air bersih, kebersihan lingkungan, dan pelayanan
kesehatan dasar juga berpengaruh pada kesejahteraan.

Dalam epidemiologi hubungan dikatakan mempunyai hubungan


sebab akibat bila memenuhi kriteri, yang dikenal sebagai Hill
Criteria yaitu:
1. kekuatan,
2. Konsistensi,
3. Kekhususan,
4. Temporalitas
5. Bukti eksperimental
BAB 3
STRATEGI PERENCANAAN
PROGRAM GIZI
DESKRIPSI
Dalam perencanaan program gizi telah dikenal beberapa strategi
seperti yang digunakan untuk menyusun perencanaan. Strategi
tersebut telah diperkenalkan oleh Unicef sejak tahun 1998 dengan
konsep Triple A Cycle (Siklus Tiga A).

SIKLUS DALAM PERENCANAAN PROGRAM GIZI


Konsep Triple A meliputi Assessment, Analysis dan Action dapa
digunakan pada setiap level di semua tingkat masyarakat untuk
merencanakan kegiatan dalam rangka menciptakan manusia
terpenuhi gizi yang baik.
ASSESMENT
Dalam melakukan penyusunan program gizi yang berbasis data maka komponen A
pertama adalah assessment of the situasion children and woman. Unicef telah
menekankan untuk melakukan assesmen (penilaian) terhadap masalah gizi pada
anak-anak dan ibu. Pada kelompok anak-anak maka yang menjadi perhatian di
bidang kesehatan dan gizi adalah kelompok balita (bawah lima tahun) karena pada
usia ini dikenal dengan kelompok terhadap berbagai perubahan baik lingkungan,
keadaan keluarga, rentan terhadap berbagai perubahan baik lingkungan,keadaan
keluarga,penyakit dan sosial ekonomi keluarga.

Pada kegiatan assesmen maka jenis data dan sasaran (sampel)dalam melakukan
ini menjadi sangat penting. Jenis data dan sasaran akan memberikan gambaran
tentang adanya masalah gizi.oleh sebab itu sebelum melakukan assesmen maka
penting menyiapkan proposal pengumpulan data dasar dalam rangka assesmen
yang digunakan dalam penyusunan perencanaan kegiatan gizi.
pemilihan lokasi dalam perencanaan program gizi

Sebelum melakukan pengumpulan data yang terkait dengan gizi dan


kesehatan dalam penyusunan program gizi tentunya penting sekali
dalam penetapan lokasi pengumpulan data. Pengumpulan data dasar
pada suatu lokasi didasarkan terhadap beberapa fenomena yang
diamati atau hasil laporan tahunan atau bulanan sehingga bisa
dibandingkan dengan angka nasional atau standar yang telah
ditetapkan misalnya dari hasil pengumpulan data status gizi balita
secara antropometri di wilayah X diperoleh prevalensi stunting sebesar
37,0%.Dari acuan yang ditetapkan World Health Organization tahun
1995, batasan kesehatan masyarakat untuk prevalensi stunting adalah
sebagai berikut:

< 20%: Prevalensi rendah (Low prevalence)


20-29%: Prevalensi Sedang (Medium prevalence)
30-39%: Prevalensi Tinggi (High prevalence)
≥ 40% : Prevalensi sangt tinggi (Very high prevalence)
permasalahan

Perumusan masalah merupakan materi yang sangat penting


untuk sebuah pengumpulan data dalam rangka penelitian.
Karena pada masalah akan nampak kesenjangan antara
harapan dan kenyataan yang terjadi sehingga perlu
dilakukannya penelitian tersebut.Perencaan yang baik tentunya
berdasarkan bukti atau data atau fakta yang ada sehingga
perencaan yang dibuat akan tepat sasaran. Hasil identifikasi
alasan memilih masalah atau lokasi pengambilan data dasar
mungkin saja akan ditemukan lebih dari satu alasan yang
kemudian dapat dipilih sa
tujuan proposal pengumpulan data gizi dam kesehatan

Pada perumusan tujuan pengumpulan data maka harus bermuara dari rumusan
masalah yang telah disehingga konsisten atau sejalan. Tujuan pengumpulan data yang
mencakup tujuan umum dan tujuan khusus dirumuskan secara tegas dalam kalimat
pernyataan yang menjelaskan apa yang ingin dicapai secara konkret dan dapat
diamati (odserable) serta dapat diukur (measureable). Sebagai contoh dalam
pengumpulan data Pemantauan Status Gizi Tahun 2017 menyebutkan bahwa tujuan
pemantauan status gizi adalah untuk:
Memperoleh informasi tentang (10) :
Status Gizi Balita menurut indeks BB/U, BB/TB, PB/U-TRIU IMT/U
Status Gizi WUS, Bumil dengan indeks LiLA
Status Gizi Anak usia sekolah, remaja TB/U dan IMT/U

Adakalanya dalam melakukan pengumpulan data dalam rangka penelitian diperlukan


suatu hipotesis walaupun tidak mutlak. Hipotesis memuat pernyataan singkat yang
disimpulkan dari landasan teori atau tinjauan pustaka dan merupakan jawaban
sementara (dugaan) terhadap permasalahan yang diteliti. Hipotesis masih perlu diuji
kebenarannya, maka isi hipotesis harus bersifat dapat diuji atau dapat
dikonformasikan.
ASSESMENT
Tinjauan pustaka memuat uraian sistematis dan bersifat diskusi tentang hasil-hasil
penelitian sebelumnya dan terkait serta ilmu pengetahuan mutakhir yang terkait
dengan permasalahan.Fungsi dari tinjauan pustaka telah dikemukan oleh Castetter
dan Heisler (1984) yakni:

1. Untuk mempelajari sejarah permasalahan penelitian (sehingga dapat


ditunjukkan bahwa permasalahan tersebut belum pernah diteliti atau bila sudah
pernah,teori yang ada belum mantap)

2. Untuk membantu pemilihan cara penelitian (dengan belajar daripengalaman


penelitian sebelumnya)

Kerangka Konsep

Berbeda dengan kerangka teori, kerangka konsep disusun sesuai pilihan variabel
yang akan diteliti, dengan berpijak pada teori yang dikembangkan pada tinjauan
pustaka. Kerangka konsep bisa sama dengan kerangka teori dalam jenis /jumlah
variable yang disusun. bisa juga lebih sedikit, tergantung pada pertimbangan-
pertimbangan obyektif peneliti/pengumpul data.
Definisi Operasional
Suatu Konsep yang dijabarkan dalam definisi umum tentu saja tidak akan dapat
diobservasi atau diukur gejalanya di lapangan. Untuk dapat diobservasi atau
diukur, maka suatu konsep harus didefinisikan secara operasional. Definisi
operasional ini dimaksudkan untuk memberikan rujukan-rujukan empiris apa saja
yang dapat ditemukan dilapangan untuk menggambarkan secara tepat konsep
yang dimakvad sehingga konsep tersebut dapat diamati dan diukur.
Dalam melakukan assesmen dalam rangka perencanaan program giri maka
diperlukan jenis data yang dikumpulkan agar pembur perencanaan berbasis data
sehingga perencanaan akan tepat sasaran. Dalam pemantauan status gizi maka
jenis data yang dikumpulkan meliputi:
1.Data ASI dan MPASI
2.Data pemberian makanan tambahan (6-59 bulan)
Pengolahan data
Data gizi dan kesehatan yang telah dikumpulkan dalam tahap asemen harus
dilakukan pengolahan data terlebih dahulu. Pengolahan data merupakan salah
satu langkah yang penting, karena dara yang diperoleh langsung dari
pengumpulan data masih mentah (raw data) belum dapat disajikan. Untuk
memperoleh penyajian data sebagai hasil yang berarti dan kesimpulan yang baik,
diperlukan pengolahan data. Langkah-langkah pengolahan data meliputi :
1.Penyusunan Data
Untuk memudahkan penilaian dan pengecekan apakah semua data gizi dan
kesehatan yang diperlukan sudah lengkap, maka perlu dilakukan seleksi dan
penyusunan data. Kegiatan seleksi dan penyusunan data ini dimulai dari editing,
coding (pemberian kode), entry (pemasukan data), dan cleaning (pembersihan
data).
A. Editing
Proses editing dilakukan dengan memeriksa data yang dikumpulkan meliputi
kelengkapan, kejelasan tulisan dan relevansi data dan konsistensi. Proses editing
ini dilakukan sesegera mungkin dan sebaiknya dilakukan di lapangan agar bila
terjadi ketidak lengkapan data yang telah dikumpulkan dapat dikonfirmasi kembali
sesegera mungkin.
B. Koding
Koding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf
menjadi data berbentuk angka/bilangan. Misalnya untuk variabel
pendidikan dilakukan koding 1-SD, 2 SMP, 3- SMUdan 4-PT.
C. Entry Data
Entry data adalah kegiatan pemasukan data ke dalam program
pengolahan data. Pemasukan data harus dilakukan secara hati-
hati jangan sampai ada data yang salah atau terlewatkan. Dalam
pemasukan data harus diperhatikan :
-Masukkan data yang penting dan benar-benar diperlukan
-Masukan data yang obyektif (tidak bisa)
D .Cleaning data
Pembersihan data (cleaning) merupakan kegiatan pengecekan
kembali data yang sudah dilakukan entry apakah terdapat
kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi
saat kita mengentry ke komputer.
Klasifikasi data
Data yang telah diperoleh untuk dapat disajikan biasanya harus dilakukan
pengelompokan terlebih dahulu. Kegiatan klasifikasi data didasarkan pada kategori
yang dibuat berdasarkan justifikasi atau pertimbangan yang dibuat. Biasanya
pengelompokan ini disesuaikan dengan permasalahan dan tujuan pengumpulan
data. Misalnya pengelompokan data dari nilai Z skor tinggi badan menurut umur
balita dikelompokan menjadi normal, pendek dan sangat pendek.Analisi data
dibedakan atas analisis deskriptif dan analisis analitik.
A. Analisis Deskriptif
Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan/ mendeskripsikan karakteristik
masing-masing variabel yang diteliti.
B. Analisis Analitik
Analisis ini dilakukan pada satu atau lebih variabel yang diduga saling berhubungan
atau berkorelasi. Terdapat 2 jenis analisis analitik, yaitu analisis bivariat dan analisis
multivariat.
Analisis bivariat
Apabila diinginkan analisis hubungan antara dua variabel maka analisis dilanjutkan
pada tingkat bivariat. Sebagai contoh variabel status ekonomi dengan status gizi,
asupan kalori dengan status gizi, pengetahuan gizi ibu dengan asupan protein balita,
ketrampilan kader dengan kualitas posyandu, infeksi dengan status gizi balita dsb.
Jenis uji statistik yang bisa digunakan misal Chi Square test, I test, dll.
Analisis multivariat
Analisis ini merupakan analisis yang menghubungkan antara beberapa variabel
independen dengan satu variabel dependen. Milsanya hubungan antara variabel
pendidikan ibu, pengetahuan ibu, sosial ekonomi keluarga, jumlah anak terhadap
status gizi balita. Uji yang bisa digunakan diantaranya analisis variance, uji regresi
berganda, uji stratifiksi, dll.
c. Penafsiran dan Penyimpulan
Penafsiran dilakukan untuk mencari pengertian dari hasil pengolahan data,
sehingga menghasilkan berbagai penemuan. Dalam penafsiran hasil pengolahan
data, peneliti boleh menggunakan asumsi atau pemikiran sendiri.
D. Penyusunan Laporan
Cara penyajian data dilakukan melalui berbagai bentuk. Pada umumnya
dikelompokan menjadi 3, yaitu bentuk tekstular, tabular dan bentuk grafikal.
1. Penyajian dengan cara tekstular adalah penyajian hasil pengumpulan data
yang dilakukan dengan memberikan narasi dalam bentuk kalimat terhadap hasil
pengumpulan data.
2. Penyajian data dalam bentuk tabel adalah penyajian data dalam bentuk baris
dan kolom dari data numerik. Penyajian dalam bentuk tabel bertujuan mengatur
observasi/individu/ kasus yang sama, sehingga frekwensi pemunculannya dlm
kelompok dapat diamati.
Dalam Penyajian Dengan Menggunakan Tabel Terdapat Jenis Tabel
Menurut Jumlah Variable Klasifikasi:
1.Distribusi frekuensi/tabel satu jalan
Tabel distribusi frekuensi ini memiliki satu variable klasifikasi saja.
2.Tabulasi silang/tabel dua jalan
Tabulasi silang ( cross tabulation) memiliki dua variable klasifikasi,satu pada baris
dan satu pada kolom.
3.Tabel silang tiga variable/tabel tiga jalan
Penyajian tabel silang tiga variabel memiliki 3 variabel dalam penyajian dalam
baris dan kolom. Semakin banyak variabel yang terlibat untuk disajikan semakin
kompleks dan semakin sulit sehingga penyajian tabel yang seharusnya self
explanatory tidak bisa dicapai.
4.Dummy table atau tabel kosong atau kerangka tabel
Dummy Table atau tabel kosong atau kerangka tabel. Pada tabel ini merupakan
tabel kosong yang belum terisi data. Tabel ini diperlukan dalam rangka
merencanakan analisis yang akan dilakukan sehingga ketika pengumpulan data
selesai dilakukan maka hasilnya bisa diisikan dalam tabel kosong tersebut.
Dalam Penyajian Dengan Menggunakan Tabel Terdapat Jenis Tabel
Menurut Jumlah Variable Klasifikasi:
1.Master table atau tabel induk
Master table atau tabel induk Tabel induk atau master tabel ini menyajikan semua
variabel yang diukur dan akan dianalisis. Biasanya melibatkan banyak variabel dan
jumlah responden yang cukup banyak yang disajikan dalam tabel induk. Ketika
mau melakukan analisis lanjut maka bisa memilih variabel bebas dan terikat yang
diinginkan.
2.Penyajian dalam bentuk grafik
Penyajian dalam bentuk grafik. Penyajian grafik dilakukan secara visual dengan
menggunakan berbagai jenis penyajian grafik tergantung jenis data yang akan
disajikan.

ACTION
Pada huruf A yang ketiga merupakan Action Based on the Analysis and availabel
recsource. Setelah dilakukan assessmen dan analisis pada tahap sebelumnya
maka pada tahap ini dilakukan kegiatan atau intervensi yang didasarkan pada
analisis dan ketersediaan sumberdaya.
Intervensi gizi spesifik merupakan upaya yang mempunyai tujuan utama untuk
mencegah dan mengurangi penyebab langsung masalah gizi.
Pesan-pesan kunci tentang intervensi spesifik

-Intervensi berbasis bukti yang berhasil dalam periode prakonsepsi dan pada
remaja di negara-negara dengan masalah kekurangan gizi dan kehamilan usia
muda; namun, target dan jangkauan dari mereka yang membutuhkan akan
menjadi tantangan.
-Intervensi berbasis bukti yang berhasil dalam periode prakonsepsi dan pada
remaja di negara-negara dengan masalah kekurangan gizi dan kehamilan usia
muda; namun, target dan jangkauan dari mereka yang membutuhkan akan
menjadi tantangan.
Dalam lancet series merilis pesan-pesan kunci tentang intervensi gizi sensitive
-Intervensi gizi sensitif di bidang pertanian, jaring pengaman sosial,
perkembangan anak usia dini, dan pendidikan memiliki potensi besar untuk
meningkatkan skala dan efektivitas intervensi gi spesifik: Peningkatan gizi juga
dapat membantu program gizi sensitif untuk mencapai tujuanya.
-Jaring pengaman sosial merupakan instrumen pengentasan kemiskinan yang
kuat, tetapi potensi untuk mendapatkan manfaat gizi dan perkembangan ibu dan
anak belum didapat: untuk melakukannya, sasaran dan intervensi program gizi,
dan kualitas layanan perlu diperkuat.
BAB 4
Pengumpulan data gizi dan
kesehatan
Deskripsi
Dalam menyusun rencana program gizi perlu memahami mengenai rancangan
pengumpulan data sasaran pengumpulan data termasuk populasi dan sampel jenis
data yang dikumpulkan dan analisis data pada bab ini akan mengupas mengenai hal
tersebut

1. Rancangan Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dapat berupa penelitian deskriptif eksperimen
maupun pengetahuan namun dalam pelaksanaannya jenis penelitian yang cocok
dalam rangka mengumpulkan data untuk perencanaan gizi adalah penelitian
deskriptif

Pengertian Penelitian Deskriptif


Pengertian penelitian deskriptif menurut Soekidjo dalam bukunya pengantar
metodologi penelitian kesehatan tahun 2002 adalah suatu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu
keadaan secara objektif.
Pengertian deskriptif digunakan untuk memecahkan masalah gizi atau menjawab
permasalahan gizi yang sedang dihadapi pada situasi saat ini
Langkah Penelitian Deskriptif

Menurut dalam Bukunya Pengantar Metodologi Penelitian Kesehatan Tahun 2002


menjelaskan bahwa langkah-langkah yang harus ditempuh dalam penelitian deskriptif
adalah
1.Memilih masalah gizi yang akan diteliti.
2. Merumuskan dan mengadakan pembatasan masalah gizi, kemudian berdasarkan
masalah gizi tersebut dilakukan studi pendahuluan untuk menghimpun informasi
dan teori sebagai dasar menyusun kerangka konsep penelitian.
3. Membuat asumsi atau anggapan-anggapan yang menjadi dasarperumusan
hipotesis penelitian.
4. Merumuskan hipotesis penelitian.
5. Merumuskan dan memilih teknik pengumpulan data
6. Menentukan kriteria atau kategori untuk mengadakan klasifikasi data.
7. Menentukan teknik dan alat pengumpul data yang akan digunakan.
8. Melaksanakan penelitian atau pengumpulan data untuk menguji
hipotesis.
9. Melakukan pengolahan dan analisis data (menguji hipotesis).
10. Menarik kesimpulan atau generalisasi.
11. Menyusun dan mempublikasi laporan penelitian.

Jenis-jenis penelitian deskriptif yang digunakan untuk pengumpulan


data gizi dan kesehatan sebagai berikut:
A.Survey
B.Studi atau penelaahan kasus ( Case Study )
C.Studi Perbandingan ( Comprative Stuidy)
D.Studi Korelasi ( Correlation Study )
E.Study Prediksi ( Prediction Study )
F.Penelitian Evaluasi ( Evaluation Study )
2. Sasaran Pengumpulan Data
Sasaran pengumpulan data dasar yang digunakan sebagai dasar untuk merencanakan
program kondisi dilakukan untuk sejumlah.Data tersebut diperoleh dari sejumlah sampel yang
mewakili populasi suatu wilayah kecamatan agar data yang dikumpulkan menjadi kualitas
yang baik maka pemahaman mengenai teknik pengambilan sampel sangat diperlukan

A. Pengertian Populasi Sampel

a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek yang akan atau ingin diteliti.Populasi yang tidak pernah
diketahui secara pasti jumlahnya disebut “populasi infinit” atau tak terbatas dan populasi
yang jumlahnya diketahui secara pasti disebut “populasi finit”. Suatu kelompok objek yang
berkembang terus atau melakukan proses sebagai akibat kehidupan atau suatu proses
kejadian adalah “populasi infinitif”.

B.Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian hasil karakteristik dari
sampel disebut statistik dengan harga rata-rata hitung
B. Besaran Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian hasil karakteristik dari
sampel disebut statistik dengan harga rata-rata hitung.
Jenis penelitian obser nasional dengan menggunakan desain cross sectional akan berbeda
dari desain case-sectional akan berbeda dari desain case-control study dan khort study.

Rumus yang paling sering digunakan dalam pengumpulan data dasar kesehatan dan gizi yaitu:

Penelitian Cross sectional


Untuk penelitian survei rumus yang biasa dipakai adalah proposal binomunal ( binomunal
proportions ) jika besar populasi (N) diketahui maka jumlah atau besar sampel yang dapat
dihitung dengan menggunakan rumus :
Dengan jumlah populasi m yang diketahui maka peneliti bisa melakukan
pengambilan sampai secara acak atau random, jika besar atau jumlah
populasi (N) diketahui atau atau ( N-n)/(N-1) = 1 maka besar sampel dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
b. Besar sampel untuk beda proporsi

Dalam penelitian seringkali ingin melakukan uji hipotesis Ho : P1 = P2 dan


Ha : P1 > P2 atau Ha : P1 ≠ P2.Pada distribusi sampel jika hipotesis nol
benar maka p1&p2 = 0 dan variansnya. Rumus yang digunakan untuk
menghitung besar sampel pada dua proporsi adalah :
C. Besar sampel untuk desain kasus control

Besar sampel untuk penelitian cast control adalah bertujuan untuk


menghitung jumlah sampel minimum untuk masing-masing kelompok
kasus dan kelompok kontrol. Adapun rumus yang sering digunakan untuk
menghitung besar sampel minimum pada penelitian dengan desain case
control adalah sebagai berikut :
C.Pengambilan Sampel
A. Probabbility sampling atau random sampling
Teknik pengambilan sampel secara random terdiri atas 5 jenis yaitu

a. Pengambilan sampel secara acak sederhana atau simple random sampling


b. Pengambilan sampel secara random sistematik
c. Pengambilan sampel secara random berstrata
d. Pengambilan sampel secara random berkelompok
e. Pengambilan sampel secara bertingkat

Non Probability sampling atau selected sampling

Beberapa metode pengambilan sampel non probability adalah sebagai berikut :


a. Pengambilan sampel dengan maksud tertentu ( Purposive sampling )
b. Pengambilan sampel tanpa sengaja ( Accidental Sampling )
c. Pengambilan sampel berjatah ( Quota sampling )
3. Pengolahan Analisis Data

Data sebagai hasil pengumpulan data dari lapangan dilihat dari jenisnya
dibedakan menjadi dua yakni data kuantitatif dan data

Data sebagai hasil pengumpulan data dari lapangan dilihat dari jenisnya
dibedakan menjadi dua yaitu
1. Data kuantitatif
2. Data kualitatif
Penelitian kependidikan prosedur dan strategi tahun 1985 menyebutkan bahwa
langkah-langkah pengolahan data yang perlu dilakukan sebagai berikut
1.untuk memindahkan penilaian
2.Klasifikasi
3. Pemrosesan atau pengolahan
4. Analisis data

Berikut adalah jenis data yang sering dikumpulkan dalam program gizi dan
pengolahan yang dilakukan
1. Data antropometri
2. Data konsumsi makanan
3. Jenis penyakit yang diderita
4. Perilaku higienis
BAB 5 Indikator gizi dan
kesehatan
Definisi Indikator
Menurut KBBI, indikator didefinisikan sesuatu yang dapat memberikan
petunjuk atau keterangan.

Sedangkan menurut WHO (World Health Organization), 1981, indikator


adalah "variabel yang membantu kita dalam mengukur perubahan-
perubahan yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung.

Terdapat beberapa definisi indikator lain antaranya:


• Indikator adalah suatu ukuran tidak langsung dari suatu kejadian atau
kondisi. Misalnya berat badan bayi berdasarkan umur adalah indikator
bagi status gizi bayi tersebut (Wilson & Sapanuchart, 1993).
• Indikator adalah statistik dari hal normatif yang menjadi perhatian kita
yang dapat membantu kita dalam membuat penilaian ringkas,
komprehensif, dan berimbang terhadap kondisi-kondisi atau aspek-
aspek penting dari suatu masyarakat (Departemen Kesehatan,
Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika Serikat, 1969).
• Indikator adalah variabel-variabel yang mengindikasi atau memberi
petunjuk kepada kita tentang suatu keadaan tertentu, sehingga dapat
digunakan untuk mengukur perubahan (Green, 1992).
Indikator Kesehatan (Health Indicator) adalah karakteristik individu,
populasi, atau lingkungan yang dilakukan pengukuran (secara langsung
atau tidak langsung) dan dapat digunakan untuk menggambarkan satu
atau lebih aspek Kesehatan seseorang atau populasi (kualitas, kuantitas
dan waktu).

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam rangka untuk


mempertegas rumusan Visi Indonesia Sehat 2010 itu, telah ditetapkan
indikator-indikatornya secara lebih terinci. Di samping itu, telah
ditetapkan pula target yang ingin dicapai di tahun 2010, untuk setiap
indikator tersebut. Indikator-indikator yang telah ditetapkan itu
digolongkan ke dalam (18):
1. Indikator derajat Kesehatan sebagai Hasil Akhir, yang terdiri atas
indikator-indikator untuk Mortalitas, Morbiditas, dan Status Gizi;
2. Indikator Hasil Antara, yang terdiri atas indikator-indikator untuk
Keadaan Lingkungan, Perilaku Hidup, akses dan Mutu Pelayanan
Kesehatan;
3. Indikator Proses dan Masukan, yang terdiri atas indikator-indikator
untuk Pelayanan Kesehatan, Sumber Daya Kesehatan, Manajemen
Kesehatan, dan Kontribusi Sektor Terkait.
Persyaratan indikator
Untuk memudahkan mengingat persyaratan saat hendak memilih
indikator, disampaikan rumusan dalam istilah SMART yaitu Simple,
Measurable, Attributable, Reliable dan Timely. Yaitu dengan penjelasan:
1. Simple yaitu sederhana artinya indikator yang ditetapkan sedapat
mungkin sederhana dalam pengumpulan data maupun dalam rumus
penghitungan untuk mendapatkannya.
2. Measurable yaitu dapat diukur artinya indikator yang ditetapkan
harus merepresentasikan informasinya dan jelas ukurannya.
3. Attributable yaitu bermanfaat artinya indikator yang ditetapkan
harus bermanfaat untuk kepentingan pengambilan keputusan.
4. Reliable yaitu dapat dipercaya artinya indikator yang ditetapkan
harus dapat didukung oleh pengumpulan data yang baik, benar, dan
teliti.
5. Timely yaitu tepat waktu artinya indikator yang ditetapkan harus
dapat didukung oleh pengumpulan dan pengolahan data serta
pengemasan informasi yang waktunya sesuai dengan saat
pengambilan keputusan dilakukan.
Implikasi indikator
Berikut beberapa indikator yang merupakan profil suatu negara terkait dengan
interpretasi indikator.

1. Gizi kurang, Stunting, Kurus dan gizi lebih


✔Apa arti indikator ini bagi kita?
Indikator ini digunakan untuk mengukur ketida kseimbangan gizi yang
mengakibatkan gizi baik gizi kurang, kurus dan stunting serta kelebihan berat
badan.
✔Apa konsekuensi dan implikasi?
Gizi kurang: Karena berat badan mudah diukur, inilah indikator yang paling
banyak dikumpulkan data di masa lalu.
Stunting: Anak-anak yang menderita retardasi pertumbuhan akibat diet yang tidak
memadai atau infeksi berulang cenderung berisiko lebih besar untuk penyakit dan
kematian.
Kurus: Kekurusan pada anak-anak adalah gejala kekurangan gizi akut, biasanya
sebagai konsekuensi asupan makanan yang tidak mencukupi atau tingginya tingkat
penyakit menular, terutama diare.
Kelebihan berat badan: Obesitas pada anak dikaitkan dengan kemungkinan
obesitas yang lebih tinggi di masa dewasa, yang dapat menyebabkan berbagai
cacat dan penyakit, seperti diabetes dan penyakit kardiovaskular.
Anak-anak dan remaja yang obesitas cenderung menderita akibat kesehatan
jangka pendek dan jangka panjang. Konsekuensi yang paling signifikan:
✓ Penyakit kardiovaskular, terutama penyakit jantung dan stroke;
✓ Diabetes;
✓ Kelainan muskuloskeletal, terutama osteoartritis; dan
✓ Kanker endometrium, payudara dan usus besar.

Batasan masalah masyarakat


2. Berat Lahir Rendah (Low birth weight)
✔Apa indikator ini bagi kita?
Berat lahir rendah telah didefinisikan oleh WHO sebagai berat lahir
<2500 gram (5,5 pon). Pada masyarakat, proporsi bayi dengan berat
lahir rendah merupakan indikator masalah kesehatan masyarakat
yang mencakup gizi buruk ibu hamil, kesehatan yang buruk, kerja
keras dan perawatan kesehatan yang buruk pada kehamilan. Berat
lahir rendah lebih sering terjadi di negara berkembang
daripada negara maju.
✓ Apa konsekuensi dan implikasi?
Berat lahir rendah oleh intrapartine, prematuritas. Ini tergantung pada
jumlah hasil kesehatan yang buruk: ini terkait erat dengan mortalitas
dan morbiditas janin dan neonatal, pertumbuhan dan kognitif dan
penyakit kronis di kemudian hari. Bayi dengan berat lahir rendah kira-
kira 20 kali lebih mungkin mati dibanding dengan bayi yang lebih
berat.
3. Kurang Vitamin dan Mineral
✔Apa indikator ini bagi kita?
Anemia memiliki berbagai penyebab. Meskipun kekurangan zat
besi mungkin adalah penyebab anemia yang paling umum,
penyebab lainnya meliputi infeksi akut dan kronis yang
menyebabkan peradangan dan perdarahan; kekurangan vitamin
dan mineral lainnya, terutama folat, vitamin B12 dan vitamin A;
dan ciri-ciri warisan genetik, seperti talasemia.
✓ Apa konsekuensi dan implikasi?Anemia dikaitkan dengan
peningkatan risiko kematian ibu dan anak. Anemia kekurangan zat
besi mengurangi kapasitas kerja individu dan seluruh populasi,
dengan konsekuensi serius bagi ekonomi dan pembangunan
nasional.
Batasan masalah masyarakat
Indikator surveilans gizi
Dalam Buku yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan RI (Indonesia, 2012)
menyebutkan bahwa dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) bidang Kesehatan 2010-2014 telah ditetapkan salah satu sasaran
pembangunan yang akan dicapai adalah menurunkan prevalensi gizi kurang
menjadi setinggi-tingginya 15% dan menurunkan prevalensi balita pendek menjadi
setinggi- tingginya 32%. Untuk mencapai sasaran RPJMN tersebut, dalam Rencana
Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat telah ditetapkan
8 indikator kinerja, yaitu:
(1) balita ditimbang berat badannya; (2) balita gizi buruk mendapat perawatan;
(3) balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A;
(4) bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif;
(5) ibu hamil mendapat 90 tablet Fe;
(6) rumah tangga mengonsumsi garam iodium; (7) kabupaten/kota melaksanakan
surveilans gizi; dan
(8) penyediaan stok cadangan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk
daerah bencana.
Indikator Kinerja Pembinaan Gizi Masyarakat
1. Balita ditimbang berat badannya Balita yang ditimbang berat badannya
dilaporkan dalam dua kelompok umur yaitu 0-23 bulan dan 24-59 bulan.
Dalam pelaporan dicantumkan jumlah posyandu yang ada dan posyandu
yang menyampaikan hasil penimbangan pada bulan yang bersangkutan.
2. Balita gizi buruk mendapat perawatan;
Ukuran indikator:
rawat Kinerja penanganan kasus balita gizi buruk dinilai baik jika seluruh
balita gizi buruk yang itemukan mendapat perawatan, baik inap maupun
rawat jalan sesuai tata laksana gizi buruk di fasilitas pelayanan kesehatan dan
masyarakat.
Rumus :
% Kasus balita Gizi Buruk = Jumlah kasus gizi buruk yang mendapat
perawatan x 100% Yang mendapat perawatan dibagi Jumlah kasus gizi buruk
yang ditemukan di suatu wilayah kerja
3. Balita 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A; Persentase balita mendapat
kapsul vitamin A adalah jumlah bayi 6-11 bulan ditambah jumlah balita 12-59
bulan yang mendapat 1 (satu) kapsul vitamin A pada periode 6 (enam) bulan
dibagi jumlah seluruh balita 6-59 bulan yang ada di satu wilayah
kabupaten/kota dalam periode 6 (enam) bulan yang didistribusikan setiap
Februari dan Agustus dikali 100%
Rumus:
% Balita 6-59 Bulan = Jumlah bayi 6-11 bulan + balita 12-59 bulan yang
mendapat kapsul vitamin A x 100% Yang mendapat kapsul vitamin A dibagi
Jumlah balita 6-59 bulan

4. bayi usia 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif;


Persentase bayi umur 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif adalah jumlah bayi 0-6
bulan yang diberi ASI saja tanpa makanan atau cairan lain kecuali obat, vitamin
dan mineral, berdasarkan recall 24 jam dibagi jumlah seluruh bayi umur 0-6
bulan yang datang dan tercatat dalam register pencatatan/KMS di wilayah
tertentu dikali 100%.
Rumus:
Bayi 0-6 Bulan Jumlah bayi 0-6 bulan yang mendapat ASI saja x 100%
Yang mendapat ASI eksklusif dibadi Jumlah bayi 0-6 bulan yang datang dan
tercatat dalam register pencatatan/KMS
5. Indikator ibu hamil yang mendapat 90 tablet tambah darah (TTD)
Persentase ibu hamil mendapat 90 TTD atau tablet Fe adalah jumlah
ibu hamil yang mendapat 90 TTD atau tablet Fe dibagi jumlah seluruh
ibu hamil yang ada di satu wilayah tertentu dikali 100%.
Rumus:
% Ibu Hamil Mendapat 90 Tablet Fe = Jumlah ibu hamil yang mendapat
90 TTD atau tablet Fe x 100% dibagi Jumlah seluruh ibu hamil yang ada
di satu wilayah tertentu
6. Rumah tangga mengonsumsi garam yodium; Persentase rumah
tangga yang mengonsumsi garam iodium adalah jumlah
desa/kelurahan dengan garam baik dibagi jumlah seluruh
desa/kelurahan yang diperiksa di satu wilayah tertentu dikali 100%.
Rumus:
% desa/kelurahan = Jumlah desa atau kelurahan dengan garam baik ×
100% Dibagi Jumlah desa atau kelurahan yang diperiksa
7. Indikator kabupaten/kota melaksanakan surveilans gizi. Persentase
kabupaten/kota yang melaksanakan surveilans gizi adalah jumlah kabupaten
dan kota yang melaksanakan surveilans gizi dibagi dengan jumlah seluruh
kabupaten dan kota yang ada di satu wilayah provinsi pada kurun waktu
tertentu dikali 100%.
Rumus:
% Kabupaten/Kota melaksanakan surveilans gizi Jumlah Kabupaten dan Kota
yang melaksanakan surveilans gizi dibagi x 100%

8. Penyediaan stok cadangan Makanan Pendamping Air Susu bu


(MP-ASI) untuk daerah bencana.
Persentase penyediaan buffer MP-ASI adalah jumlah MP- ASI yang diadakan
dibagi dengan jumlah buffer MPASI yang diperlukan untuk antisipasi situasi
darurat akibat bencana, KLB gizi dan situasi sulit lainnya.
Rumus:
% Penyediaan Buffer stok MP-ASI = Jumlah buffer ok MP-ASI yang diadakan
dibagi Jumlah buffer ok MP-ASI yang dibutuhkan x 100%
BAB 6 Evaluasi program
gizi
Pengertian evaluasi
Evaluasi merupakan bagian yang penting dari proses
manajemen karena dengan evaluasi akan diperoleh umpan
balik (feed back) terhadap program atau pelaksanaan kegiatan,
secara umum dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah suatu
proses untuk menilai atau menetapkan sejauh mana tujuan
yang telah ditetapkan tercapai. Evaluasi adalah
membandingkan antara hasil yang telah dicapai oleh suatu
program dengan tujuan yang direncanakan.
Menurut kamus istilah manajemen, evaluasi ialah suatu proses
bersistem dan objektif menganalisis sifat dan ciri pekerjaan
didalam suatu organisasi atau pekerjaan.
Di bidang gizi masyarakat evaluasi telah ditetapkan sebagai
berikut (Oshaug, 1992):
Evaluasi sebuah program adalah pengumpulan dan
penggambaran sistematis dan penggunaan informasi untuk
menilai kebenaran analisis situasi, menilai secara kritis sumber
daya dan strategi yang dipilih, untuk memberikan umpan balik
mengenai proses pelaksanaan dan untuk mengukur efektivitas
dan dampak dari suatu program gizi
Tujuan evaluasi
Dari pelaksanaan program gizi yang dilakukan maka pada tahap berikutnya
dilakukan evaluasi program gizi. Evaluasi program gizi memiliki tujuan
sebagai berikut:
a. Membantu perencanaan gizi di masa yang akan datang.
b. Mengetahui apakah sarana yang tersedia dimanfaatkan dengan sebaik-
baiknya.
c. Menentukan kelemahan dan kekuatan daripada program gizi, baik dari segi
teknis maupun administratif yang selanjutnya diadakan perbaikan-perbaikan.
d. Membantu menentukan strategi, artinya mengevaluasi apakah c
yang telah dilaksanakan selama ini masih bisa dilanjutkan, ata perlu diganti.
c. Mendapatkan dukungan dari sponsor (pemerintah atau swasta). berupa
dukungan moral maupun material.
f. Motivator, jika program berhasil, maka akan memberikan kepuasan dan
rasa bangga kepada para staf, hingga mendorong merda bekerja lebih giat
lagi.
Tujuan pokok atau tujuan utama dari evaluasi atau melakukan penilaian
di bidang kesehatan adalah adanya perubahan perilaku, dalam teori
dinyatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh sikapnya.
Penilaian sebagai salah satu fungsi manajemen bartujuan untuk
mempertanyakan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan dari suatu
perencanaan, sekaligus mengukur seobyektif mungkin hasil-hasil
pelaksanaan itu dengan memakai ukuran-ukuran yang dapat diterima
pihak-pihak yang terlibat dalam suatu perencanaan, Penilaian adalah
suatu upaya untuk mengukur member nilai secara obyektif pencapaian
hasil-hasil yang telah direncanakan sebelumnya. Tujuan utama dari
penilaian adalah agar hasil penilaian tersebut dapat dipakai sebagai
umpan balik untuk perencanaan sebelumnya (Muninjaya, 2004).
Jenis-jenis intervensi
A. Suplementasi
Kata "suplementasi" menurut kamus besar bahasa Indonesia
(KBBI) online dan menurut para ahli bahasa, arti kata
Suplementasi. Suplementasi makanan adalah produk yang
digunakan untuk melengkapi makanan, Jenis intervensi ini
melibatkan penyediaan makanan tambahan atau gizi spesifik
pada makanan normal populasi berisiko tinggi (anak usia
prasekolah dan anak usia sekolah, wanita hamil dan menyusui).
B. Fortifikasi
Fortifikasi pada prinsipnya adalah upaya meningkatkan kualitas
pangan dengan menambahkan zat gizi mikro tertentu satu atau
lebih. Intervensi jenis ini dirancang untuk mengenalkan gizi
yang kurang atau tidak memadai ke dalam makanan dengan
menambahkannya ke makanan yang umum dikonsumsi
(misalnya iodisasi garam).
C. Pendidikan Gizi
Strategi intervensi ini berfokus pada mendidik kelompok
masyarakat tentang pentingnya untuk meningkatkan
asupan makanan bergizi menggunakan bahan lokal
pangan yang tersedia. Pada prinsipnya intervensi
pendidikan gizi ditujukan untuk meningkatkan
pengetahuan sasaran (individu, kelompok dan
masyarakat) dalam bidang gizi dan Kesehatan.
D. Program Keluaga Harapan atau Conditional Cash
Transfers
Intervensi ini terdiri dari transfer uang insentif yang
diberikan kepada keluarga berpenghasilan rendah,
seringkali terutama keluarga dengan bayi, anak kecil
dan / atau wanita hamil atau menyusui.
Evaluasi proses
Pertanyaan kunci untuk setiap program adalah untuk mengetahui apakah
intervensi sedang dilaksanakan sebagaimana dimaksud. Berikut beberapa aspek
dan indikator yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi yang bertujuan
untuk melacak pelaksanaan aktual (evaluasi proses).
• Cakupan program proporsi jumlah anak-anak di usia rentan (0-36 bulan) yang
termasuk dalam lingkungan berisiko tinggi (misalnya daerah berpendapatan
rendah, daerah rawan bahaya) di suatu wilayah.
• Ukuran kinerja sasaran (misalnya korelasi antara probabilitas memiliki
komunitas peserta dan tindakan pengentasan kemiskinan).
• Mendokumentasikan jumlah dan karakteristik masyarakat dari komunitas yang
mengikuti program ini (mis., Gender, literasi, pendidikan, kegiatan ekonomi dan
karakteristik sosiodemografi lainnya).
• Menyediakan dan menganalisa informasi yang sesuai untuk menggambarkan
karakteristik utama LSM mitra, lembaga dan supervisor lainnya yang
bertanggung jawab untuk mendukung kegiatan lokasi program (ukuran,
personil, sistem untuk mengumpulkan data pemantauan, pengalaman
sebelumnya dalam intervensi dan pengalaman gizi di dalam negara.
Evaluasi dampak
Evaluasi yang menilai keseluruhan efektifitas program dalam
menghasilkan perubahan sikap dan perilaku pada target
sasaran. Evaluasi dampak merupakan kebalikan dari penilaian
kebutuhan program mana kala evaluasi kebutuhan
menentukan kebutuhan suatu program sedangkan penilaian
dampak akan menentukan tingkat kebutuhan yang nyata
setelah diintervensi oleh program kesehatan. dibedakan
adanya jenis evaluasi, yakni evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk mendiagnosis
suatu program yang hasilnya digunakan untuk
pengembangan atau perbaikan program. Biasanya evaluasi
formatif dilakukan pada proses program (program masih
berjalan). Sedangkan evaluasi sumatif adalah suatu evaluasi
yang dilakukan untuk menilai hasil akhir dari suatu program.
Biasanya evaluasi sumatif ini dilakukan pada waktu program
telah selesai (akhir program).
Beberapa yang terpenting dari hasil tersebut adalah sebagai berikut:
• Penilaian antropometri untuk menilai status gizi anak seperti tinggi
dan berat badan.
• Tingkat morbiditas anak-anak misalnya pada prevalensi diare dan
penyakit pernapasan pada anak usia 0-4 bulan.
• Tingkat kematian di bawah satu dan di bawah lima tahun (per 1000
kelahiran hidup).
• Ukuran prevalensi anemia pada anak-anak dan ibu hamil.
• Indikator biokimia tambahan untuk mengidentifikasi defisiensi
mikronutrien lainnya (misalnya sampel urin untuk menguji iodium
urin) atau tes untuk kasus infeksi parasit.
• Indikator berat lahir rendah.
• Pengukuran pemanfaatan layanan kesehatan
• Indikator antropometri kenaikan berat badan seperti indeks massa
tubuh wanita hamil dan / atau catatan berat lahir dapat digunakan
untuk mengeksplorasi dampak dari aktivitas ini.
• Status gizi pada ibu hamil secara antropometri dan biokimia. Indikator
kananan untuk menilai promosi perilaku makan asupan misalnya
mengukur makanan tertentu terkait dengan kesehatan.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai