Anda di halaman 1dari 15

PERANAN DAN FUNGSI

LEMBAGA KERJASAMA BIPATRIT


DAN TRIPATRIT

Studi kasus PT. ALPEN FOOD


INDONESIA (AICE)
Kelompok 7

Mita nur Meilani (112111114)


MUHAMAD AZMAN MISBAH RYAN R (112111496)
A. Pengertian Lembaga Bipatrit
dan Tripatrit
Bipartit dan tripartit sendiri terdapat dalam Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan)
sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja). Di samping itu, juga diatur
dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial (UU PPHI) serta peraturan
perundang-undangan lainnya. Secara terpisah, di bawah ini
memberikan pengertian bipartit dan tripartit.
Pengertian Bipatrit
Bipartit adalah forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan hubungan industrial di satu perusahaan yang
anggotanya terdiri dari pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh
yang sudah tercatat instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan atau unsur pekerja/buruh.
Pengertian Tripartit
Lembaga kerja sama tripartit adalah forum komunikasi, konsultasi
dan musyawarah tentang masalah ketenagakerjaan yang anggotanya
terdiri dari unsur organisasi pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh,
dan pemerintah.

Sementara KBBI menyebutkan Tripartit adalah tiga pihak: lembaga —


daerah berintikan pemerintah (gubernur), pengusaha (Kadin), dan
pekerja (SPSI).
Menurut ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial (UU PPHI) menyebutkan bahwa:
1. Perselisihan hubungan industrial wajib diupayakan
penyelesaiannya terlebih dahulu melalui perundingan bipartit secara
musyawarah untuk mencapai mufakat.

2. Penyelesaian perselisihan melalui bipartit sebagaimana


dimaksud dalam ayat (1), harus diselesaikan paling lama 30 (tiga
puluh) hari kerja sejak tanggal dimulainya perundingan.

3. Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sebagaimana


dimaksud dalam ayat (2) salah satu pihak menolak untuk berunding
atau telah dilakukan perundingan tetapi tidak mencapai kesepakatan,
B. Fungsi-fungsi Lembaga Bipatrit dan Tripatrit

Bipatrit dapat digunakan Sebagai forum komunikasi dan konsultasi


antara pengusaha dengan wakil serikat pekerja/buruh dan atau wakil
pekerja/buruh dalam rangka pengembangan hubungan industrial untuk
kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan perkembangan perusahaan,
termasuk kesejahteraan pekerja/ buruh.

Sedangkan Lembaga Tripartit adalah sebagai pihak yang memberikan


pertimbangan, saran, dan pendapat kepada Gubernur dan DPR dalam
penyusunan kebijakan dan pemecahan masalah ketenagakerjaan.
C. MANFAAT LEMBAGA BIPATRIT DAN
TRIPARTIT
Bipartit Lorem ipsum dolor sit amet,
Tripartit
consectetur adipiscing elit. Nunc
Mempererat hubungan silaturahmi dan a ultricies tortor. In vestibulum
• Untuk penyelesaian
vitae velit perselisihan
nec viverra. Proin non
keakraban antara manajemen dengan kepentingan, perselisihan
ultrices ex. Integer mattis dui pemutusan
vel
pekerja/buruh. hubungan kerja, Morbi
pretium euismod. atau perselisihan
dictum
• antar
diam necserikat
massapekerja/serikat
porttitor buruh.
• Meningkatkan ketenangan kerja dan • Memberikan
aliquet. Aeneanpertimbangan,
a urna sit amet saran, dan
ketenangan usaha. nulla fermentum
pendapat kepada lacinia.
pemerintah dan
• pihak terkait dalam penyusunan
• Melahirkan inspirasi untuk inovasi. kebijakan dan pemecahan masalah
• ketenagakerjaan.
• Meningkatkan kesejahteraan pekerja/
buruh.

D. TUJUAN LEMBAGA BIPATRIT DAN
TRIPARTIT
Bipartit adalah bertujuan digunakan sebagai forum komunikasi dan
konsultasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan industrial
di satu perusahaan yang anggotanya terdiri dari pengusaha dan serikat
pekerja/ serikat buruh yang sudah tercatat di Instansi yang bertanggung
jawab di bidangnya.

Sedangkan Tripartit adalah pihak ketiga (pemerintah, DPR, Gubernur dan


sebagainya), yang membantu menjembatani atau menengahi
permasalahan antara dua pihak (Butuh/serikat pekerja dengan
pengusaha). Adanya lembaga Tripartit diharapkan dapat memberikan
jalan tengah bagi banyak masalah tentang ketenagakerjaan.
E. INDIKATOR LEMBAGA BIPATRIT DAN
TRIPARTIT
Munculnya Bipartit dan Tripartit karena terjadi perselisihan. Baik itu
perselisihan hubungan industrial, perselisihan hak, perselisihan
kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja, maupun
perselisihan antar serikat pekerja. Sehingga, dari adanya perselisihan
tersebut dilakukan perundingan bipartit dan tripartit.

Setiap perusahaan yang mempekerjakan 50 (lima puluh) orang pekerja/


buruh atau lebih wajib membentuk lembaga kerja sama bipartit. Artinya,
pada perusahaan dengan jumlah pekerja/buruh kurang dari 50 (lima
puluh) orang, komunikasi dan konsultasi masih dapat dilakukan secara
individual dengan baik dan efektif. Pada perusahaan dengan jumlah
pekerja/buruh 50 (lima puluh) orang atau lebih, komunikasi dan
konsultasi perlu dilakukan melalui sistem perwakilan.
• KRONOLOGI PERSELISIHAN PT. ALPEN FOOD
INDONESIA (AICE)
Perselisihan tim manajemen Aice dan serikat buruh sudah
berlangsung lama. Perselisihan keduanya bahkan sempat
menjadi buah bibir di media sosial. Sejak 2017, SGBBI
mempersoalkan berbagai kondisi kerja yang dirasa tak ideal
dengan ketentuan Undang-undang yang berlaku. Asisten
Advokat dari Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi
Manusia Wilayah Barat (PBHI Jakarta) Sarinah mengungkap
pada 2017 buruh mogok karena berbagai masalah yang
melibatkan pekerja dan perusahaan.
• KRONOLOGI PERSELISIHAN PT. ALPEN FOOD
INDONESIA (AICE)
Misalnya, penurunan upah, kondisi kerja ibu hamil pada malam
hari, kontaminasi lingkungan, mutasi pekerja terhadap anggota
serikat, hingga pemutusan hubungan kerja (PHK). Perusahaan
juga sering tidak proporsional memberikan hukuman. Ada yang
meninggalkan pekerjaan karena urusan serikat yang buru-buru,
langsung ke SP-3. Sedangkan ada yang 12 kali alpa, tidak dapat
sanksi apa-apa.
Langkah penyelesaian

Sejak 2 November 2017, 644 orang buruh yang berjasa dalam


memproduksi es krim ini melakukan mogok kerja. Mogok kerja akan
dilakukan selama 15 hari hingga tanggal 16 November 2017.
Keputusan untuk mogok kerja ini diambil setelah dua kali
perundingan dengan pihak perusahaan mengalami jalan buntu.

Perwakilan dari pihak buruh ingin melaporkan kepada kementerian


(tenaga kerja). Agar AICE diaudit termasuk soal limbah. Karena
pekerja tidak mau disuruh-suruh buang limbah malam-malam atau
memeriksa amoniak yang bocor keluar. Pekerja juga bisa tunjukkan
gorong-gorong di bawah tanah tempat limbahnya dibuang.
Langkah penyelesaian
Pihak Disnaker melakukan pemanggilan terhadap kedua pihak untuk
melakukan mediasi. Akan tetapi ketika masa mediasi, Sarinah
mengatakan banyak kejanggalan dalam prosesnya. Biasanya mediasi
itu dilakukan sebanyak tiga kali, itu sudah tertulis dalam peraturan
Menaker. Namun, baru satu dipanggil, pihak Disnaker sudah
mengeluarkan surat anjuran.

PT Alpen Food Industry (AFI) menyatakan telah menerima dan tengah


menjalankan seluruh Anjuran dalam proses mediasi perselisihan
hubungan industrial tentang pemutusan hubungan kerja (PHK)
dengan para mantan pekerjanya. Tiga anjuran yang dikeluarkan oleh
Mediator Hubungan Industrial dari Dinas Ketenagakerjaan
Kabupaten Bekasi pada Agustus lalu tersebut terkait dengan proses
PHK yang terjadi atas tiga kelompok mantan pekerja perusahaan es
krim nasional ini.
Kesimpulan
Setiap perusahaan atau pihak produsen pasti menginginkan
keuntungan yang maksimal, namun hal ini tidak bisa menjadikan
pihak produsen semena-mena terhadap karyawan. Setiap
produsen harus memenuhi hak-hak karyawannya, mematuhi
peraturan K3, dan beberapa hal lain terkait pengupahan dan
pemberian hak cuti. Hal ini dilakukan agar para karyawan yang
bekerja dapat menunjukkan loyalitas terhadap produsen.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai