MUHAMAD AZMAN MISBAH RYAN R (112111496) A. Pengertian Lembaga Bipatrit dan Tripatrit Bipartit dan tripartit sendiri terdapat dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan) sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja). Di samping itu, juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UU PPHI) serta peraturan perundang-undangan lainnya. Secara terpisah, di bawah ini memberikan pengertian bipartit dan tripartit. Pengertian Bipatrit Bipartit adalah forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan industrial di satu perusahaan yang anggotanya terdiri dari pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh yang sudah tercatat instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan atau unsur pekerja/buruh. Pengertian Tripartit Lembaga kerja sama tripartit adalah forum komunikasi, konsultasi dan musyawarah tentang masalah ketenagakerjaan yang anggotanya terdiri dari unsur organisasi pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah.
Sementara KBBI menyebutkan Tripartit adalah tiga pihak: lembaga —
daerah berintikan pemerintah (gubernur), pengusaha (Kadin), dan pekerja (SPSI). Menurut ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UU PPHI) menyebutkan bahwa: 1. Perselisihan hubungan industrial wajib diupayakan penyelesaiannya terlebih dahulu melalui perundingan bipartit secara musyawarah untuk mencapai mufakat.
2. Penyelesaian perselisihan melalui bipartit sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), harus diselesaikan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal dimulainya perundingan.
3. Apabila dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) salah satu pihak menolak untuk berunding atau telah dilakukan perundingan tetapi tidak mencapai kesepakatan, B. Fungsi-fungsi Lembaga Bipatrit dan Tripatrit
Bipatrit dapat digunakan Sebagai forum komunikasi dan konsultasi
antara pengusaha dengan wakil serikat pekerja/buruh dan atau wakil pekerja/buruh dalam rangka pengembangan hubungan industrial untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan perkembangan perusahaan, termasuk kesejahteraan pekerja/ buruh.
Sedangkan Lembaga Tripartit adalah sebagai pihak yang memberikan
pertimbangan, saran, dan pendapat kepada Gubernur dan DPR dalam penyusunan kebijakan dan pemecahan masalah ketenagakerjaan. C. MANFAAT LEMBAGA BIPATRIT DAN TRIPARTIT Bipartit Lorem ipsum dolor sit amet, Tripartit consectetur adipiscing elit. Nunc Mempererat hubungan silaturahmi dan a ultricies tortor. In vestibulum • Untuk penyelesaian vitae velit perselisihan nec viverra. Proin non keakraban antara manajemen dengan kepentingan, perselisihan ultrices ex. Integer mattis dui pemutusan vel pekerja/buruh. hubungan kerja, Morbi pretium euismod. atau perselisihan dictum • antar diam necserikat massapekerja/serikat porttitor buruh. • Meningkatkan ketenangan kerja dan • Memberikan aliquet. Aeneanpertimbangan, a urna sit amet saran, dan ketenangan usaha. nulla fermentum pendapat kepada lacinia. pemerintah dan • pihak terkait dalam penyusunan • Melahirkan inspirasi untuk inovasi. kebijakan dan pemecahan masalah • ketenagakerjaan. • Meningkatkan kesejahteraan pekerja/ buruh. • D. TUJUAN LEMBAGA BIPATRIT DAN TRIPARTIT Bipartit adalah bertujuan digunakan sebagai forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan industrial di satu perusahaan yang anggotanya terdiri dari pengusaha dan serikat pekerja/ serikat buruh yang sudah tercatat di Instansi yang bertanggung jawab di bidangnya.
Sedangkan Tripartit adalah pihak ketiga (pemerintah, DPR, Gubernur dan
sebagainya), yang membantu menjembatani atau menengahi permasalahan antara dua pihak (Butuh/serikat pekerja dengan pengusaha). Adanya lembaga Tripartit diharapkan dapat memberikan jalan tengah bagi banyak masalah tentang ketenagakerjaan. E. INDIKATOR LEMBAGA BIPATRIT DAN TRIPARTIT Munculnya Bipartit dan Tripartit karena terjadi perselisihan. Baik itu perselisihan hubungan industrial, perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja, maupun perselisihan antar serikat pekerja. Sehingga, dari adanya perselisihan tersebut dilakukan perundingan bipartit dan tripartit.
Setiap perusahaan yang mempekerjakan 50 (lima puluh) orang pekerja/
buruh atau lebih wajib membentuk lembaga kerja sama bipartit. Artinya, pada perusahaan dengan jumlah pekerja/buruh kurang dari 50 (lima puluh) orang, komunikasi dan konsultasi masih dapat dilakukan secara individual dengan baik dan efektif. Pada perusahaan dengan jumlah pekerja/buruh 50 (lima puluh) orang atau lebih, komunikasi dan konsultasi perlu dilakukan melalui sistem perwakilan. • KRONOLOGI PERSELISIHAN PT. ALPEN FOOD INDONESIA (AICE) Perselisihan tim manajemen Aice dan serikat buruh sudah berlangsung lama. Perselisihan keduanya bahkan sempat menjadi buah bibir di media sosial. Sejak 2017, SGBBI mempersoalkan berbagai kondisi kerja yang dirasa tak ideal dengan ketentuan Undang-undang yang berlaku. Asisten Advokat dari Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Wilayah Barat (PBHI Jakarta) Sarinah mengungkap pada 2017 buruh mogok karena berbagai masalah yang melibatkan pekerja dan perusahaan. • KRONOLOGI PERSELISIHAN PT. ALPEN FOOD INDONESIA (AICE) Misalnya, penurunan upah, kondisi kerja ibu hamil pada malam hari, kontaminasi lingkungan, mutasi pekerja terhadap anggota serikat, hingga pemutusan hubungan kerja (PHK). Perusahaan juga sering tidak proporsional memberikan hukuman. Ada yang meninggalkan pekerjaan karena urusan serikat yang buru-buru, langsung ke SP-3. Sedangkan ada yang 12 kali alpa, tidak dapat sanksi apa-apa. Langkah penyelesaian
Sejak 2 November 2017, 644 orang buruh yang berjasa dalam
memproduksi es krim ini melakukan mogok kerja. Mogok kerja akan dilakukan selama 15 hari hingga tanggal 16 November 2017. Keputusan untuk mogok kerja ini diambil setelah dua kali perundingan dengan pihak perusahaan mengalami jalan buntu.
Perwakilan dari pihak buruh ingin melaporkan kepada kementerian
(tenaga kerja). Agar AICE diaudit termasuk soal limbah. Karena pekerja tidak mau disuruh-suruh buang limbah malam-malam atau memeriksa amoniak yang bocor keluar. Pekerja juga bisa tunjukkan gorong-gorong di bawah tanah tempat limbahnya dibuang. Langkah penyelesaian Pihak Disnaker melakukan pemanggilan terhadap kedua pihak untuk melakukan mediasi. Akan tetapi ketika masa mediasi, Sarinah mengatakan banyak kejanggalan dalam prosesnya. Biasanya mediasi itu dilakukan sebanyak tiga kali, itu sudah tertulis dalam peraturan Menaker. Namun, baru satu dipanggil, pihak Disnaker sudah mengeluarkan surat anjuran.
PT Alpen Food Industry (AFI) menyatakan telah menerima dan tengah
menjalankan seluruh Anjuran dalam proses mediasi perselisihan hubungan industrial tentang pemutusan hubungan kerja (PHK) dengan para mantan pekerjanya. Tiga anjuran yang dikeluarkan oleh Mediator Hubungan Industrial dari Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Bekasi pada Agustus lalu tersebut terkait dengan proses PHK yang terjadi atas tiga kelompok mantan pekerja perusahaan es krim nasional ini. Kesimpulan Setiap perusahaan atau pihak produsen pasti menginginkan keuntungan yang maksimal, namun hal ini tidak bisa menjadikan pihak produsen semena-mena terhadap karyawan. Setiap produsen harus memenuhi hak-hak karyawannya, mematuhi peraturan K3, dan beberapa hal lain terkait pengupahan dan pemberian hak cuti. Hal ini dilakukan agar para karyawan yang bekerja dapat menunjukkan loyalitas terhadap produsen. Terima Kasih