Anda di halaman 1dari 9

STUDI AL-QUR’AN

STRUKTUR
BAHASA DAN
TAFSIR AL-
Pandangan Ulama Tentang
01 Susunan Ayat Al-Qur’an

Al-Qur'an sebagai sebuah kitab bukanlah nama dari satuan-satuan terpisah, melainkan
nama dari semua yang ada di dalamnya, kumpulan ayat-ayatnya,' urutan surat-surat
dan juz-juznya, serta ajaran-ajaran yang terkandung dari setiap lafal, frasa, dan
kalimatnya. Ulama sepakat bahwa susunan ayat dalam al-Qur'an, dari ayat pertama
hingga terakhir, merupakan ketentuan langsung dari Nabi saw. Oleh karena itu,
sebagian ulama memandang bahwa jumlah ayat dalam al-Qur'an ditentukan oleh Nabi
saw dan sebagian yang dapat jumlah ayat ditentukan atas dasar perhitungan para
sahabat. Sekalipun terjadi perbedaan kuantitas ayat tersebut, tidak mengakibatkan
adanya ketegangan teologis mengenai kemurnian dan keautentikan al-Qur'an.
02 Pandangan Ulama Tentang Surat Dalam Al-Qur’an
Pendapat yang mengatakan bahwa Pendapat yang mengatakan bahwa
01 susunan surat bersifat tawqifi
(sepengetahuan Nabi saw). Pandangan
02 susunan surat bersifat ijtihadi
dengan dasar pendapat Ibn Faris
ini didasarkan pada pendapat Abu yang mengatakan seandainya
Bakar al-Anbariy yang mengatakan susunan surat-surat dalam al-
bahwa susunan surat sama dengan ayat Qur'an adalah tawqifiy, maka tidak
dan huruf al-Qur'an, berasal dari Nabi akan ada pertentangan atau
saw, barang siapa mendahulukan atau perbedaan atara satu mushaf dengan
mengakhirkan maka ia telah merubah mushaf sahabat yang lain sebelum
susunan al-Qur'an. Mushaf Usmaniy

Pendapat yang mengatakan bahwa susunan

03 surat al-Qur'an sebagiannya bersifat tawqifiy


dan sebagian yang lainnya ijtihadiy.
03 Urgensi Tafsir Al-Qur'an

Secara tekstual tafsir bisa berarti jelas, nyata, terang, dan memberikan
penjelasan. Tidak ada penjelasan yang pasti apakah Nabi saw menjelaskan
keseluruhan ayat-ayat al-Qur'an, atau sebagiannya saja. Namun
demikian, fakta yang dapat ditemukan menunjukkan bahwa tidak semua
penafsiran Nabi saw tentang ayat-ayat al-Qur'an dapat diketahui secara
keseluruhan, mungkin karena penulisan hadits yang jauh setelah Nabi saw
meninggal dunia atau karena memang Nabi saw tidak menjelaskan seluruh
ayat al-Qur’an.

Akan tetapi, Nabi saw menjelaskan bahwa maksud al-kautsar dalam Surat al-
Kautsar tersebut adalah sebuah sungai yang diberikan Allah swt kepada
beliau. Dalam pengertian ini, arti al-kautsar yang diberikan Nabi saw
berbeda dengan pengertian yang dipahami orang Arab ketika itu dan
menyesuaikan dengan makna yang dikehendaki al-Qur'an.
Dari sini dapat dipahami bahwa tujuan penafsiran dan pengajaran al-Qur'an tersebut
untuk menjaga kebenaran maksud yang terkandung di dalamnya. Namun, karena
bahasa al-Qur'an ada kalimat yang jelas (muhkam) dan yang belum jelas (mutasyabih),
dalam beberapa hal penafsiran ulama terhadap al-Qur'an berbeda- beda. Ada beberapa
faktor yang mengakibatkan terjadinya perbedaan ini:

A C
Perbedaan Bacaan B Kandungan Makna Ganda

Perbedaan Dalam Penjabaran Per Kalimat (Rab)


03 Sejarah Perkembangan Tafsir

Penafsiran terhadap al-Qur'an pada dasarnya merupakan Otoritas Nabi saw karena hanya Nabi-lah
yang memahami apa yang dimaksudkan oleh wahyu. Akan tetapi, karena Nabi saw tidak
menjelaskan seluruh ayat yang ada dalam al-Qur'an, maka sepe- ninggal Nabi saw, para sahabat
memahami al-Qur'an dengan cara bertanya pada para sahabat yang terkenal sebagai ahli tafsir.

Pada abad ke-2 hijriyah ini, para ulama membukukan tafsir al- Qur'an sebagai bagian dari atau
menjadi bab dalam kitab-kitab hadits. Cara pembukuan seperti ini berjalan sekitar satu abad
lamanya hingga pada sekitar dasawarsa terakhir abad ke-3 atau dasawarsa pertama abad ke-4
hijriyah, kitab tafsir dikodifikasi tersendiri, di samping bab tafsir dalam beberapa kitab hadits yang
berkembang pada abad ke-3 hijriyah masih tetap ada.
Di antara tokoh yang paling terkenal pada masa ini, bahkan hingga sekarang,
ialah Abu Ja'far Muhammad bin Jarir al-Thabariy (224-310H) dengan
kitabnya Jami' al-Bayan 'an Ta'wil Ayi al-Qur'an. Sekalipun kitab ini
merupakan kitab tafsir yang paling terkenal dan ditulis oleh seorang tokoh
yang terpopuler keintelektualannya, corak penafsirannya masih tampak
berpegang teguh pada cara penafsiran bi al-riwayah seperti yang
dikembangkan sebelumnya. Hanya saja, dalam kitab ini sudah tampak adanya
upaya penafsiran al-Qur'an dengan menggunakan analisis kebahasaan yang
bersifat leksiografis, yakni pembahasan berdasarkan analisis tata bahasa Arab.
Asumsi ini didasarkan
pada kenyataan bahwa
sekalipun secara umum
terdapat kesepakatan
bahwa ayat dalam al- Menurut al-
Qur'an sebanyak 6200, Rumiy, perbedaan itu
masih tampak adanya KESIMPULAN seperti sepotong kain
perbedaan dalam yang diukur oleh tangan
kelebihan perhitungan orang yang berbeda, di
ayatnya ada yang mana antara orang yang
menetapkan 6204 mempunyai tangan yang
ayat, 6214 ayat, 6217 panjang dan yang
ayat, 6219 ayat, 6220 mempunyai tangan
ayat, dan juga 6326 ayat. pendek akan menghitung
potongan kain secara
berbeda, padahal
Dalam perspektif Ushul al-Fiqh, bagaimana cara potongan kain tersebut
menjelaskan ayat al-Qur'an disebut dengan bayan, yakni tidak berkurang dan juga
suatu ungkapan untuk mempertegas dan atau tidak bertambah.
memperjelas maksud dari lafadh atau ayat al-Qur'an,25
Dalam konsep ini, tafsir merupakan bagian bayan untuk
menjelaskan ayat-ayat al-Qur'an yang global.
THANKS!
Semoga Bermanfaat

Claudia Fitriana
12120521135

Anda mungkin juga menyukai