Oleh:
Fajrian Alwi 2210070200095
Fuji Lestari Kursiussamawati 2210070200070
Adella Aprilia 2210070200100
Winda Sulastri 2210070200149
Preseptor:
dr. Hj. Yunita, Sp. PD, FINASIM
fk.unbrah.ac.id @infofkunbra
h
DEFINISI
2
EPIDEMIOLOGI
3
Fisiologi Metabolisme Hepar
4
Etiopatogenesis
5
Etiopatogenesis
6
ETIOLOGI
7
Hubungan obesitas dengan
NAFLD (Non-alcoholic fatty liver disease)
Mobilisasi
lemak dari Peningkatan Penumpukan Peningkatan
jaringan Trigliserida Lemak di asam lemak
adiposa sel hati Hepatosit bebas
visceral
8
Hubungan Dislipidemia dengan
NAFLD (Non-alcoholic fatty liver disease)
9
Hubungan Diabetes Melitus Tipe II dengan
NAFLD (Non-alcoholic fatty liver disease)
10
Hubungan Diabetes Melitus Tipe II dengan
NAFLD (Non-alcoholic fatty liver disease)
Pengingkatan
Resistensi enzim hati,
Insulin gagal Peningkatan
Insulin dan hipoalbumin
menekan pelepasan
disfungsi dan
lipolisis asam lemak
mitokondria hiperbilirubi
n
11
Hubungan Diabetes Melitus Tipe II dengan
NAFLD (Non-alcoholic fatty liver disease)
Mavrogiannaki
tahun 2013 pada
Diabetes dan sindroma metabolik sebagai faktor
2.589 populasi risiko untuk NAFLD/NASH
12
DIAGNOSIS
Kelelahan/Asthenia
Malaise
Riwayat Diabetes
Riwayat Hipertensi
13
Pemeriksaan Fisik
Ascites
Perdarahan varises
Hepatoma
14
Pemeriksaan Penunjang
Transaminase Serum
Feritin
Laboratorium
Klinis
Alkalinephosphatase
Gamma-GT
Fungsi Hati
15
Pemeriksaan Penunjang
16
Fibroscan
Dikontrol Getaran
17
Fibroscan
18
Pemeriksaan Penunjang
19
Pemeriksaan Penunjang
• Mendeteksi dan menghitung
MRI (Magnetic Resonance Imaging) perubahan perlemakan hati
Paling akurat • Ketidakmampuan untuk membedakan
antara perlemakan hati,
steatohepatitis, dan steatohepatitis
dengan fibrosis sampai stadium akhir
dari kerusakan fibrotik atau bahkan
sirosis
20
Penatalaksanaan
Obat Antidiabetik Oral ↦ Metformin 3x500 mg
21
Penatalaksanaan non Farmakologis
22
Komplikasi
23
Kesimpulan
Non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD) secara histologis dengan steatosis
(perlemakan) hati makrovesikular yaitu lemak hati saja (non alcoholic fatty liver =
NAFL) dan perlemakan hati pada tingkat yang lebih berat (non alcoholic steatohepatitis
= NASH). Pada peminum alkohol (>20 gr per hari) disebut Alcoholic Fatty Liver (AFL),
bukan peminum alkohol disebut Non Alcoholic Fatty Liver (NAFLD).
Prevalensi perlemakan hati non alkoholik berkisar antara 15-20 % pada populasi dewasa
di Amerika Serikat, Jepang dan Italia. Populasi dengan obesitas di negara maju
mendapatkan 60% NAFLD , 20-25 % NASH dan 2-3 % sirosis. Pasien dengan diabetes
mellitus tipe 2 sekitar 70 % pasien mengalamiNAFLD, sedangkan pada pasien
dislipidemia sekitar 60 %. Pada populasi umum, Indonesia merupakan angka tertinggi
kejadian NAFLD yaitu 30%.
Pasien NAFLD dengan diabetes tertinggi yaitu India 30-90% diikuti Indonesia sekitar
52%. Pasien NAFLD dengan obesitas tertinggi pada negara China yaitu 70-80%
memiliki pravelensi hampir sama dengan Jepang yaitu 50-80%. Pasien NAFLD dengan
dislipidemia tertinggi pada negara Jepang yaitu 42-48%.
24
Kesimpulan
Faktor genetik dan epigenetik bersama faktor makanan,
dan obesitas dapat menyebabkan peningkatan kadar
serum asam lemak (FFAs) dan kolesterol,
perkembangan resistensi insulin, proliferasi sel adiposa
dan disfungsi adiposit serta perubahan mikrobioma
usus.
25
Kesimpulan
Komplikasi NAFLD dimulai dari hati berlemak
sederhana (steatosis) hingga bentuk steatosis yang
parah, steatohepatitis nonalkohol (NASH), yang dapat
berkembang menjadi cedera hati ireversibel (fibrosis)
dan kegagalan organ, yang pada akhirnya menyebabkan
sirosis hepar dan Karsinoma hepatoseluler (HCC).
26
SARAN
Diharapkan kepada tenaga medis
seperti dokter umum dan dokter
spesialis untuk lebih mengenal faktor
risiko klinis dan diagnosis Non
Alcoholic Fatty Liver (NAFLD) agar
memberikan edukasi seputar NAFLD,
yaitu tentang gejala, faktor risiko dan
cara mengatasinya agar dapat
mengurangi risiko terjadinya NAFLD.
27
TERIMA KASIH