Anda di halaman 1dari 11

Teori Akuntansi (Accounting Theory)

Mohammad Syafriel, SE,. MM,. Ak, CA

Session 7
Assets
Assets
Definitions of Assets

Definisi aset adalah konsep yang sangat penting dalam akuntansi dan keuangan yang merujuk pada berbagai elemen yang
dimiliki oleh suatu entitas dan memiliki karakteristik tertentu.
• Manfaat Ekonomi di Masa Depan: Aset adalah sesuatu yang dimiliki oleh suatu entitas (biasanya perusahaan atau
organisasi) yang memiliki potensi untuk memberikan manfaat ekonomi di masa depan. Manfaat ekonomi ini bisa berupa
pendapatan yang dihasilkan, penghematan biaya, atau kemampuan untuk menukarkan aset tersebut dengan kas atau sumber
daya lain yang memiliki nilai ekonomi. Dengan kata lain, aset adalah sesuatu yang akan memberikan nilai tambah kepada
entitas tersebut di masa mendatang.
• Kendali oleh Entitas: Entitas harus memiliki kendali atas aset untuk dapat mengklasifikasikannya sebagai aset. Kendali ini
mencakup kemampuan entitas untuk mengendalikan atau mengatur penggunaan aset tersebut, serta kemampuan untuk
memanfaatkannya sesuai dengan kepentingan entitas. Kendali ini sering terkait dengan hak hukum atau kontrak yang
memberikan entitas otoritas atas aset tersebut. Dalam konteks akuntansi, kendali adalah elemen penting karena aset yang
tidak dikendalikan oleh entitas tidak akan dimasukkan dalam laporan keuangan.
• Peristiwa di Masa Lalu: Aset muncul sebagai hasil dari peristiwa di masa lalu. Ini berarti aset biasanya tidak terbentuk dari
udara tipis, tetapi berkaitan dengan aktivitas atau peristiwa yang telah terjadi sebelumnya. Peristiwa ini bisa berupa
pembelian, produksi, konstruksi, atau peristiwa lain yang menyebabkan entitas memperoleh kontrol atas aset tersebut. Oleh
karena itu, aset menghubungkan antara peristiwa di masa lalu dengan manfaat ekonomi di masa depan.
Pengakuan Aset (Asset Recognition)

Pengakuan Aset adalah salah satu prinsip penting dalam akuntansi yang mengacu pada proses mengidentifikasi dan mencatat suatu item
sebagai aset dalam laporan keuangan suatu entitas.
• Identifikasi Aset: Tahap pertama dalam pengakuan aset adalah mengidentifikasi item atau elemen yang memenuhi definisi aset.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, aset adalah sesuatu yang memiliki manfaat ekonomi di masa depan, dikendalikan oleh entitas, dan
terkait dengan peristiwa di masa lalu.
• Nilai Awal (Recognition at Cost): Ketika aset diidentifikasi, selanjutnya adalah menentukan nilai awal (nilai pengakuan) aset tersebut.
Biasanya, aset diakui pada biaya perolehan (cost) awal. Biaya perolehan mencakup harga pembelian, biaya-biaya pengiriman, biaya
instalasi, dan biaya lain yang diperlukan untuk mendapatkan aset tersebut dalam kondisi siap pakai. Ini mencerminkan berapa banyak
entitas yang telah mengorbankan untuk memperoleh aset tersebut.
• Peristiwa yang Memicu Pengakuan: Pengakuan aset seringkali terkait dengan terjadinya peristiwa tertentu. Misalnya, pembelian barang
dagangan oleh sebuah toko akan memicu pengakuan aset dalam bentuk persediaan. Penyelesaian proyek konstruksi akan memicu
pengakuan aset dalam bentuk properti atau peralatan. Entitas harus memahami peristiwa yang memicu pengakuan aset untuk dapat
mencatatnya dengan benar.
• Kepatuhan dengan Prinsip Akuntansi: Pengakuan aset harus selalu sesuai dengan prinsip dan standar akuntansi yang berlaku. Misalnya,
dalam standar akuntansi yang berlaku di Indonesia (SAK), terdapat pedoman yang mengatur pengakuan aset, seperti SAK 13 tentang Aset,
SAK 16 tentang Aset Tetap, dan lainnya. Entitas harus memastikan bahwa pengakuan aset mereka sesuai dengan prinsip-prinsip ini.
• Penyusunan Laporan Keuangan: Setelah aset diakui, mereka harus mencerminkan dalam laporan keuangan entitas. Ini termasuk laporan
neraca, di mana aset akan dicantumkan sebagai salah satu pos utama, dan laporan laba rugi jika terdapat pengaruh pengakuan aset terhadap
pendapatan atau beban.
Pengukuran Aset (Asset Measurement)
Pengukuran Aset Berwujud

Pengukuran Aset Berwujud (Tangible Asset): Aset berwujud


adalah aset yang memiliki bentuk fisik dan dapat dilihat, disentuh,
atau diukur secara fisik. Contoh aset berwujud termasuk properti,
tanah, kendaraan, mesin, dan peralatan. Pengukuran aset berwujud
umumnya dilakukan dengan salah satu dari tiga metode berikut:
• Biaya Historis (Historical Cost): Aset diukur pada biaya
perolehan atau biaya historis awal, termasuk biaya-biaya yang
diperlukan untuk memperoleh, mengangkut, dan memasang aset
tersebut. Namun, biaya historis bisa disesuaikan dengan
penyusutan atau depresiasi selama masa pakai aset.
• Nilai Wajar (Fair Value): Dalam beberapa situasi, aset berwujud
bisa diukur berdasarkan nilai wajar, yaitu harga yang akan
diperoleh jika aset tersebut dijual pada pasar bebas. Nilai wajar
digunakan terutama untuk aset yang diperdagangkan di pasar
sekunder.
• Biaya yang Dapat Dikapitalisasi (Cost that can be capitalized):
Beberapa biaya tertentu yang terkait dengan pemeliharaan,
pembaruan, atau perbaikan aset berwujud dapat dikapitalisasi dan
diukur sebagai peningkatan nilai aset.
Pengukuran Aset (Asset Measurement)
Pengukuran Aset Tidak Berwujud & Pengukuran Instrument Keuangan

Pengukuran Aset Tak Berwujud (Intangible Asset): Aset tak berwujud adalah aset yang tidak memiliki bentuk fisik, tetapi
memiliki nilai ekonomi yang signifikan. Contoh aset tak berwujud termasuk merek dagang, paten, hak cipta, lisensi, dan
goodwill (nilai reputasi). Pengukuran aset tak berwujud umumnya dapat dilakukan dengan salah satu metode berikut:
• Biaya Perolehan (Cost): Aset tak berwujud diukur pada biaya perolehan awal. Biaya perolehan mencakup biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk mendapatkan, mengembangkan, atau mengamankan aset tak berwujud tersebut.
• Penilaian Terpisah (Separate Valuation): Dalam beberapa kasus, seperti penilaian merek dagang, aset tak berwujud
mungkin diukur dengan cara menilai nilai aset tersebut secara terpisah. Nilai ini dapat berubah seiring berjalannya waktu
jika ada perubahan dalam nilai pasar atau nilai ekonomi aset tersebut.
Pengukuran Instrumen Keuangan (Financial Instruments): Instrumen keuangan melibatkan perjanjian keuangan antara
dua pihak yang dapat menghasilkan aliran kas. Contoh instrumen keuangan termasuk saham, obligasi, surat berharga, dan
derivatif. Pengukuran instrumen keuangan dapat berbeda tergantung pada jenis instrumen tersebut. Beberapa metode
pengukuran umum termasuk:
• Nilai Wajar (Fair Value): Banyak instrumen keuangan diukur berdasarkan nilai wajar, yaitu harga yang akan diperoleh
jika instrumen tersebut diperdagangkan pada pasar bebas. Nilai wajar digunakan terutama untuk instrumen yang
diperdagangkan di pasar sekunder.
• Biaya Amortisasi (Amortized Cost): Beberapa instrumen, seperti obligasi, diukur berdasarkan biaya amortisasi. Biaya
amortisasi mencerminkan nilai awal instrumen ditambah atau dikurangi dengan bunga yang diterima atau dibayarkan dan
perubahan dalam nilai saat jatuh tempo.
Challenge for Standard Setter:
Which Measurement model?

• Terdapat berbagai model pengukuran yang dapat digunakan dalam akuntansi, dan setiap model memiliki karakteristiknya sendiri. Model-
model ini termasuk:
• Biaya Historis (Historical Cost): Mengukur aset dan kewajiban berdasarkan biaya perolehan awal.
• Nilai Wajar (Fair Value): Mengukur aset dan kewajiban berdasarkan harga pasar saat ini atau harga yang dapat diperoleh jika dijual
di pasar bebas.
• Biaya Amortisasi (Amortized Cost): Mengukur aset dan kewajiban dengan mengamortisasi biaya perolehan awal seiring waktu.
• Kesesuaian Konteks Bisnis: Tantangan utama bagi para pembuat standar adalah memutuskan model pengukuran yang paling sesuai
dengan konteks bisnis dan jenis aset atau kewajiban yang diukur.
• Relevansi dan Kepastian Nilai: Model pengukuran yang dipilih harus memastikan bahwa nilai yang dihasilkan relevan dan dapat
diandalkan. Relevansi berarti informasi tersebut memberikan wawasan yang berguna kepada pemakai laporan keuangan, sementara
kepastian nilai berarti nilai tersebut dapat diukur dengan cara yang konsisten dan dapat diandalkan.
• Keselarasan dengan Prinsip-Prinsip Akuntansi yang Berlaku: Model pengukuran yang dipilih harus selaras dengan prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku, seperti konservatisme, objektivitas, dan keterbandingan. Hal ini memastikan bahwa laporan keuangan
mencerminkan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum.
• Implikasi Pada Pengambilan Keputusan: Model pengukuran yang dipilih akan memiliki implikasi besar pada pengambilan keputusan.
Sebagai contoh, menggunakan nilai wajar mungkin menghasilkan fluktuasi nilai yang lebih besar dalam laporan keuangan, sementara
menggunakan biaya historis mungkin mengurangi fluktuasi tersebut.
• Konsistensi dengan Perubahan di Pasar Keuangan: Para pembuat standar harus mempertimbangkan perubahan dalam pasar keuangan
dan ekonomi. Misalnya, instrumen keuangan yang diperdagangkan mungkin lebih cocok untuk diukur dengan nilai wajar, sementara aset
yang digunakan dalam operasi jangka panjang mungkin lebih cocok untuk diukur dengan biaya historis.
How to How to Calculate Fair Value Measurement:
The market approach income approach; cost approach

• Nilai wajar (fair value) adalah nilai yang dapat diterima atau diperoleh jika suatu aset atau kewajiban diperdagangkan dalam
suatu transaksi pasar yang bebas dan tidak memaksa antara pihak yang berkepentingan. Cara menghitung nilai wajar dapat
berbeda tergantung pada jenis aset atau kewajiban, serta pendekatan yang digunakan. Berikut adalah penjelasan detail
tentang tiga pendekatan yang umum digunakan untuk menghitung nilai wajar:
• Pendekatan Pasar (Market Approach): Pendekatan pasar mengacu pada pengukuran nilai wajar dengan membandingkan
aset atau kewajiban yang sedang dievaluasi dengan transaksi serupa yang terjadi di pasar bebas. Ini berarti nilai wajar
dihitung berdasarkan harga yang telah terbentuk dalam transaksi pasar aktual atau transaksi yang serupa. Terdapat dua
metode yang sering digunakan dalam pendekatan pasar:
• Metode Perbandingan Pasar (Market Comparable Method): Metode ini melibatkan perbandingan aset yang
dievaluasi dengan aset sejenis yang diperdagangkan di pasar bebas. Contoh penggunaan metode ini adalah ketika
menilai properti dengan membandingkannya dengan harga jual properti serupa dalam wilayah yang sama.
• Metode Transaksi Terakhir (Last Transaction Price Method): Metode ini melibatkan penggunaan harga transaksi
terakhir sebagai indikator nilai wajar. Ini sering digunakan untuk instrumen keuangan yang diperdagangkan di bursa
saham.
How to How to Calculate Fair Value Measurement:
Income approach and Cost approach

• Pendekatan Pendapatan (Income Approach): Pendekatan pendapatan mengukur nilai wajar dengan mengestimasi jumlah
arus kas masa depan yang dapat dihasilkan oleh aset atau kewajiban yang dievaluasi. Ini berarti nilai wajar dihitung
berdasarkan perkiraan arus kas yang diharapkan dari penggunaan atau pemilikannya. Dalam pendekatan ini, metode yang
sering digunakan adalah:
• Metode Nilai Saat Ini Arus Kas Masa Depan (Present Value of Future Cash Flows Method): Metode ini
melibatkan penilaian nilai wajar berdasarkan diskonto arus kas masa depan yang diharapkan dari aset atau kewajiban
tersebut. Ini berlaku terutama untuk instrumen keuangan, seperti obligasi atau investasi dengan aliran kas yang jelas.

• Pendekatan Biaya (Cost Approach): Pendekatan biaya mengukur nilai wajar dengan mempertimbangkan biaya yang akan
dikeluarkan untuk menggantikan aset tersebut atau menggantikan kewajiban tersebut. Ini berarti nilai wajar dihitung dengan
memperkirakan biaya penggantian aset yang sama atau sebanding dengan aset yang sedang dievaluasi. Metode yang sering
digunakan dalam pendekatan biaya adalah:
• Metode Biaya Penggantian (Replacement Cost Method): Metode ini melibatkan perkiraan biaya yang akan
diperlukan untuk menggantikan aset dengan aset sejenis yang baru. Ini sering digunakan untuk menilai properti atau
peralatan yang mungkin memiliki biaya penggantian yang jelas.
Issues for Auditors
Difficulties in Auditing Fair Value

Mengaudit nilai wajar (fair value) adalah salah satu isu penting yang dihadapi oleh auditor saat mereka melakukan audit atas
laporan keuangan suatu entitas. Nilai wajar adalah nilai yang dapat diterima atau diperoleh jika suatu aset atau kewajiban
diperdagangkan dalam suatu transaksi pasar yang bebas dan tidak memaksa antara pihak yang berkepentingan.
• Ketidakpastian Penilaian Nilai Wajar: Salah satu tantangan utama adalah ketidakpastian dalam menilai nilai wajar,
terutama karena beberapa aset dan kewajiban mungkin tidak diperdagangkan secara aktif di pasar. Auditor harus
memastikan bahwa metode penilaian yang digunakan oleh manajemen untuk menentukan nilai wajar sesuai dengan standar
dan metode yang berlaku.
• Kompleksitas Penilaian Nilai Wajar: Penilaian nilai wajar sering kali melibatkan aset yang memiliki karakteristik
kompleks, seperti instrumen derivatif atau aset tak berwujud. Auditor harus memahami metode penilaian yang digunakan
oleh manajemen dan, jika perlu, berkolaborasi dengan penilai independen untuk memahami alasan di balik penilaian
tersebut.
• Informasi Pasar yang Terbatas: Tidak semua aset dan kewajiban memiliki data pasar yang tersedia untuk digunakan
dalam menilai nilai wajar. Ini dapat menciptakan kesulitan bagi auditor dalam mengkonfirmasi atau memverifikasi nilai
yang dilaporkan.
• Tingginya Rasio Keterikatan dan Keandalan: Dalam beberapa situasi, auditor mungkin memiliki hubungan dengan pihak
ketiga yang telah menilai atau memberikan pendapat tentang nilai wajar aset atau kewajiban yang diaudit. Auditor harus
memastikan bahwa mereka tetap independen dan tidak terpengaruh oleh pendapat atau penilaian pihak ketiga.
Issues for Auditors
Difficulties in Auditing Fair Value

• Kesalahan dalam Penilaian Nilai Wajar: Kesalahan dalam penilaian nilai wajar dapat memiliki dampak yang signifikan
pada laporan keuangan. Auditor harus melakukan audit yang cermat dan hati-hati untuk mendeteksi kesalahan dalam
penilaian nilai wajar dan mengidentifikasi apakah ada indikasi ketidakwajaran dalam penilaian tersebut.
• Perubahan dalam Nilai Wajar dari Periode ke Periode: Nilai wajar aset atau kewajiban dapat berfluktuasi dari periode
ke periode, terutama untuk aset yang diperdagangkan di pasar sekunder. Auditor harus memahami perubahan ini dan
memberikan pencerahan tentang dampaknya pada laporan keuangan.
• Pemahaman atas Metodologi Penilaian Nilai Wajar: Auditor harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang
metode penilaian yang digunakan oleh manajemen untuk menentukan nilai wajar. Mereka harus memeriksa apakah metode
tersebut konsisten dengan standar dan apakah data yang digunakan dalam penilaian dapat dipercaya.
• Pendapat Independen yang Diperlukan: Dalam beberapa kasus, auditor mungkin perlu mengandalkan pendapat penilai
independen untuk memverifikasi nilai wajar. Ini dapat menciptakan isu-isu tambahan dalam proses audit.
Tugas

• Membentuk 5 kelompok dalam 1 kelas. Tugas setiap kelompok:


1. Explore dan buat bahan presentasi 2 lembar terkait Global Perspective and International Finncial Standard(20 menit):
Kelompok 1: Issues involved in defining asset and applying those definition
Kelompok 2: Why recognition and measurement criteria are both important and controversial
Kelompok 3: the relationship of asset recognition and measurement of income and equity
Kelompok 4: the implication of use of a mixed attribute measurement model and fair value measurement method
Kelompok 5: Issues rising for standard setters and auditors from current asset recognition and measurement methods

Anda mungkin juga menyukai