Anda di halaman 1dari 16

SIFAT SIFAT

DASAR KAYU
MOHAMAD DAVA ADITYA
H1020045
Penentuan Efek
Perubahan Warna Bahan
Kimia Pemutih pada
Beberapa Kayu Perlakuan
Panas
PENDAHULUAN
• Latar Belakang
Kayu memiliki ketahanan alami terhadap beberapa pengaruh
eksternal akan tetapi kayu tidak dapat mempertahan toleransi jangka
panjang terhadap lingkungan luar ruangan. Dari alasan itu, material
kayu diresapi dengan pengawet atau dilapisi dengan lapisan
pelindung berbasis pelarut yang mengancam lingkungan dan
kesehatan manusia. Sebagai hasil dari perkembangan teknologi,
melindungi bahan kayu dengan produk impregnasi dan bahan kimia
telah dilarang sepenuhnya.
Baru-baru ini Amerika Utara memiliki metode perlindungan kayu yang ramah lingkungan dengan
cara perlakuan panas. Akan tetapi, perlakuan panas dapat mengurangi daya tahan bahan kayu,
memperdalam warna kayu dan efek negatif pada kilap dan kekerasan kayu. Solusi untuk itu
adalah dengan memutihkan kayu. Pemutihan merupakan penghilangan pigmen warna pada
struktur kayu dengan berbagai bahan mimia pemutihan dan sistem pemutihan.

• Tujuan
Menggunakan bahan kimia pemutih untuk menghilangkan
perubahan warna yang terjadi pada permukaan kayu setelah
perlakuan panas untuk mengembalikan warna alami kayu.
METODE PENELITIAN

• Perlakuan Panas
Sampel kayu Pinus Skotlandia (Pinus Sylvestris) pohon ek
sessile (Quercus petraea L.), Beech Oriental (Fagus orientalis L.),
dan Uludağ fr (Abies bornmuelleriana Mattf.), dipilih secara acak dari
bagian gubal dan semua serat biasa yang dipamerkan, tanpa variasi
warna atau kerapatan, tanpa simpul dan bebas retak, memiliki cincin
tahunan tegak lurus ke permukaan, dan dipotong sesuai dimensi 18 ×
110 × 350 mm, dengan memperhatikan prinsip-prinsip dalam TS
2470.
Selanjutnya, Sampel yang dikeringkan disimpan disimpan pada suhu
103 ± 2 ° C sampai mencapai berat konstan. Kemudian dipanaskan
dengan suhu 140 ° C dan 160 ° C selama 3, 5, dan 7 jam. Terakhir
disimpan dalam lemari ber-AC pada suhu 20 ± 2 ° C dan kelembaban
relatif 65 ± 5% sampai berat konstan tercapai.
• Penerapan Proses Pemutihan
Zat putih yang duginakan ada Pemutih Natrium hidroksida
(NaOH), natrium silikat (NaSiO3), hidrogen peroksida (H2O2), dan
asam oksalat (H2C2O4) ditunjukkan pada tabel 1
Bahan kimia yang disiapkan diaplikasikan dengan spons ke
permukaan sampel yang diberi perlakuan panas, pertama sejajar,
kemudian tegak lurus, dan kemudian sejajar lagi dengan serat pada
100 ± 10 mL / m2. Larutan kimia konstitutif dari kombinasi yang
berbeda diaplikasikan secara individual pada permukaan kayu
dengan interval 3 menit untuk memungkinkan interaksi bahan kimia
yang sebelumnya diterapkan dengan kayu.
Untuk meningkatkan penetrasi tegak lurus, setelah dilakukan
bleaching, sampel kayu yang diolah dibiarkan mengering pada suhu
kamar selama 2 hari, kemudian dilakukan proses netralisasi dengan
aquades. Akhirnya, kadar air sampel disesuaikan menjadi 12% dan
permukaan sampel diampelas sedikit sebelum melakukan
pengukuran eksperimental.
• Pengukuran Warna
Total perubahan warna (ΔE* ) dihitung Sebelum melakukan
pengukuran warna, perangkat dikalibrasi ke a= -1.00± 0.3; b= 0.58±
0.3; L= 94.95± 0.3

Dimana ΔL* adalah Lh*- Lc*,Δa* adalah ah*—ac*,Δb* adalah bh*—


bc*; c adalah tempat sampel kontrol yang tidak diberi perlakuan, dan
sampel yang h diberi perlakuan panas; di mana ΔL* is Ls *- Lc*, Δa*
is as*—ac*, Δb* is bs*—bc*; c sampel kontrol yang tidak diberi
perlakuan, dan s adalah diputihkan perlakuan sampel yang setelah
proses perlakuan panas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
• Perubahan warna pinus Skotlandia
Tabel 2 menunjukkan hasil perubahan warna Δa *, Δb *, ΔL *,
dan ΔE * untuk sampel pinus Skotlandia. , perbedaan maksimum
dalam nilai warna merah (Δa *) ditentukan sebagai 7,01 untuk sampel
pinus Skotlandia yang diberi perlakuan panas pada 160 ° C selama 7
jam dan minimum 3,68 pada yang diperlakukan pada 140 ° C selama
5 jam(Gbr. 2).
Dalam literatur, perlakuan panas menurunkan nilai pH kayu,
yang mengarah ke struktur yang lebih asam dan akibatnya,
meningkatkan nilai warna merah material. Dalam konteks ini, dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan terbalik antara pH bahan kayu
dengan penggelapan warna.
larutan S2 dan S3 lebih efektif dalam menurunkan nilai warna
kuning dibandingkan larutan S1. Oleh karena itu, diamati bahwa
penerapan larutan S2 dan S3 memberikan hasil yang mendekati nilai
warna kuning alami material.
Dalam literatur disebutkan bahwa, sebagai akibat dari
perlakuan panas, kemerahan, kekuningan, dan nilai perubahan
warna total pada pinus Skotlandia meningkat, sedangkan nilai
kecerahan berkurang.Telah dilaporkan bahwa suhu pengeringan
yang lebih tinggi tidak hanya menyebabkan perubahan warna dan
penggelapan kayu tetapi juga meningkatkan resin fow, terutama di
sekitar mata kayu pinus. Getah pinus juga berperan penting dalam
perubahan warna permukaan kayu pinus setelah perlakuan panas.
Dalam studi yang disebutkan, nilai perubahan warna total tertinggi
(21,70) diperoleh pada sampel pinus Skotlandia yang diberi perlakuan
panas yang diputihkan dengan larutan S3, sedangkan nilai terendah (8,03)
diperoleh pada yang diputihkan dengan larutan S2 setelah perlakuan
panas pada 140 ° C selama 5 jam. Namun, tidak ada perbedaan signifikan
yang diamati antara sampel yang diputihkan dengan larutan S2 setelah 5
jam perlakuan panas pada 140 ° C dan sampel yang diputihkan dengan
larutan S2 setelah perlakuan panas pada 160 ° C selama 3 jam atau 160 °
C. selama 7 jam (p <0,05). Secara umum, larutan S1 dan S3 yang
diterapkan pada permukaan pinus Skotlandia yang diberi perlakuan panas
menyebabkan peningkatan nilai perubahan warna total sedangkan larutan
S2 menyebabkan penurunan. Ini dikaitkan dengan fakta bahwa larutan S2
memiliki sifat basa yang rendah.
KESIMPULAN
• Setelah perlakuan panas, larutan pemutih alkali yang diterapkan
pada kayu memiliki efek positif pada pemulihan warna alami
material. Namun, diamati bahwa perbedaan nada warna dapat
terbentuk karena struktur kayu yang heterogen dan senyawa yang
ditemukan di dalamnya. • Nilai rata-rata perubahan warna total
pinus Skotlandia setelah perlakuan panas ditentukan sebesar
15,93. Sebagai hasil dari penerapan larutan S1 setelah perlakuan
panas, nilai rata-rata perubahan warna total pinus scots adalah
16,33, dengan larutan S2 9,29, dan dengan larutan S3 17,93.
Penerapan larutan S2 dapat direkomendasikan untuk
mengembalikan warna alami pada kayu pinus Skotlandia yang
diolah dengan panas
KEKURANGAN DAN KELEBIHAN
• Kelebihan
- Gambar-gambar yang ditampilkan dapat dilihat dengan jelas dan
mudah dipahami.
- Menjelaskan secara detail perhitungan perunbahan warna
• Kekurangan
- Rumus- rumus dalam jurnal sulit dipahami

Anda mungkin juga menyukai