Anda di halaman 1dari 35

HUKUM

INTERNASIONAL
SUATU PENGANTAR

Dr. Sefriani, S.H.,M.Hum


KELOMPOK 6
ZUFAR SUWANDI NASIR D10122792

MUHAMMAD FARISKY RADITYA D10122863

RISKA D10122860

AAN ALAMSYAH D10122861

RINDANG MAHARANI D10122839

FITRIA ABDULLAH D10122821

KHALIFATUR RAHMAN D10122151

MOH. TAUFIK IRSAL D10119653


BAB 1
HAKIKAT HUKUM INTERNASIONAL
A. ISTILAH DAN PENGERTIAN HUKUM
INTERNASIONAL
Hukum internasional (international law) atau hukum inter- nasional publik (public
international law) merupakan istilah yang lebih populer digunakan saat ini
dibandingkan istilah Hukum Bangsa-Bangsa (law of nations), hukum antarnegara
(Inter state law).

Istilah hukum internasional publik (public international law) diberikan oleh banyak
pakar hukum internasional untuk membedakannya dengan hukum perdata
internasional (privat international law).

Menurut Mochtar Kusumaatmadja, hukum internasional (publik) adalah keseluruhan


kaidah-kaidah dan asas-asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang
melintasi batas negara-negara (hubungan internasional) yang bukan bersifat perdata.
B. Sifat dan Perwujudan Hukum
Internasional

Hukum internasional perwujudannya ada yang bilateral, trilateral, regional,


multilateral maupun universal. Hukum internasional bilateral berarti bahwa aturan
tersebut dibuat oleh dua negara dan hanya mengikat pada kedua negara itu saja.
Contoh adalah perjanjian ekstradisi Indonesia-Australia.
C. Hukum Internasional Sebagai Hukum yang
Sesungguhnya

Para pakar hukum internasional modern menyatakan bahwa hukum internasional


adalah hukum yang sesungguhnya bukan hanya sekadar moral. Meskipun
menyatakan bahwa hukum internasional adalah hukum yang sesungguhnya bukan
hanya sekadar moral, Oppenheim mengakui bahwa hukum internasional adalah
hukum yang lemah (weak law). Hukum internasional lemah dalam hal penegakan
hukumnya bukan validitasnya.
E. Indonesia dan Hukum Internasional

Satu manfaat yang paling besar dirasakan oleh Indonesia adalah diakuinya konsep
Negara Kepulauan dalam Konvensi Hukum Laut PBB1982.
Indonesia juga sering kali gagal menggunakan hukum internasional untuk melindungi
kepentingannya. Misalnya dalam kasus Sengketa Sipadan Ligitan antara Indonesia
dengan Malaysia yang berakhir dengan keluarnya putusan Mahkamah Internasional
17 Desember 2002 yang menyatakan bahwa Malaysialah yang berhak memiliki
kedaulatan atas kedua pulau yang disengketakan.
BAB 2
SUMBER SUMBER HUKUM INTERNASIONAL
A. Macam-macam Sumber Hukum dalam Hukum
Internasional

1. Perjanjian internasional (international conventions)


2. kebiasaan internasional (international custom), sebagai bukti praktik umum yang
diterima sebagai hukum;
3. Prinsip-prinsip umum hukum yang diakui oleh bangsa- bangsa yang beradab
(general principles of law recognized by civilized nations);
4. Putusan pengadilan dan doktrin atau karya hukum sebagai sumber hukum
tambahan (subsidiary).
BAB 3
HUBUNGAN HUKUM INTERNASIONAL DAN
HUKUM NASIONAL
A. Teori Monisme dan Dualisme

Aliran pertama dikenal sebagai aliran monisme dengan teori monismenya.


Aliran kedua yang mencoba menjawab permasalahan-permasalahan yang diajukan
dalam bagian awal pembahasan bab ini adalah aliran Dualisme. Aliran ini
mengemukakan bahwa antara HI-HN adalah dua sistem hukum yang sangat berbeda
satu dengan yang lain.
D. HI dan HN Saling Memengaruhi dan Membutuhkan Satu Sama Lain

Dalam praktik sesungguhnya antara HI dan HN saling membutuhkan dan


memengaruhi satu sama lain. Pertama, HI akan lebih efektif bila telah
ditransformasikan ke dalam HN. Kedua, HI akan menjembatani ketika HN tidak
dapat diterapkan di wilayah negara lain. Ketiga. Hl akan mengharmonisasikan
perbedaan- perbedaan dalam HN. Keempat HI banyak tumbuh dari praktik
HN negara- negara.
BAB 4
SUBJEK-SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL
A. Pengertian Subjek Hukum dalam Hukum Internasional

Subjek hukum internasional menurut Martin Dixon adalah a body or entity which is
capable of possessing and exercising rights and duties under international law.
B. Macam-macam Subjek Hukum
Internasional

1. Negara
2. Organisasi (Publik) Internasional
3. International Non Government Organization (INGO)
4. Individu (Natural Person)
5. Perusahaan Transnasional
6. ICRC (International Committee on The Red Cross)
7. Organisasi Pembebasan/Bangsa yang Memperjuangkan Haknya (National
Liberation Organization/Representative Organization)
8. Belligerent
BAB 5
PENGAKUAN DALAM HUKUM
INTERNASIONAL
A. Istilah, Definisi Serta Manfaat Pengakuan

Pengakuan dapat dibedakan dua yaitu pengakuan secara tegas (express recognition)
dan pengakuan secara diam-diam (implied recognition). Pengakuan secara tegas dapat
dilakukan dengan pernyataan pengakuan lewat public statement, nota diplomatik,
atau juga perjanjian bilateral yang isinya secara tegas menyatakan pengakuan oleh
satu pihak terhadap pihak yang lain. Di dalam praktik internasional pengakuan diam-
diam (implied recognotion) justru yang lebih sering dilakukan.
B. Pengakuan Terhadap Negara Baru

Pengakuan terhadap negara baru adalah suatu pernyataan atau sikap dari suatu
pihak untuk mengakui eksistensi suatu entitas politik baru sebagai negara baru.
Pengakuan terhadap negara baru muncul antara lain karena kurang jelasnya syarat
atau karakteristik yang harus dipenuhi oleh suatu entitas baru untuk
dikatakan sebagai negara.

Ada beberapa teori yang dikenal dalam pengakuan ter hadap negara baru antara lain
teori Deklaratif, Teori Konstitutif juga Teori Pengakuan Kolektif.
BAB 6
KEDAULATAN TERITORIAL
A. Wilayah Daratan

Daratan suatu negara terdiri dari darat (bagian wilayah yang kering) serta perairan
daratan yang terdiri dari sungai dan danau. Daratan suatu negara dapat merupakan
daratan awal suatu negara atau wilayah tambahan negara tersebut.
B. Wilayah Laut

Wilayah laut adalah laut beserta tanah yang ada dibawahnya. Tanah di bawah laut
terdiri dari dasar laut dan tanah di bawah dasar laut. Wilayah laut terbagi atas
wilayah yang dikuasai oleh suatu negara (negara pantai) dengan laut yang tidak
dikuasai oleh negara.
Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982 (UNCLOS 1982) melahirkan delapan zonasi
pegaturan (regime) hukum laut yaitu:

1. Perairan Pedalaman (Internal waters).


2. Perairan kepulauan (Archiplegic waters) termasuki ke dalamnya selat yang
digunakan untuk pelayaran internasional,
3. Laut Teritorial (Teritorial waters).
4. Zona tambahan (Contingous waters).
5. Zona ekonomi eksklusif (Exclusif economic zone),
6. Landas Kontinen (Continental shelf).
7. Laut lepas (High seas).
8. Kawasan dasar laut internasional (International sea-bed area).
BAB 7
YURISDIKSI NEGARA DALAM HUKUM
INTERNASIONAL
A. Istilah dan Pengertian Yurisdiksi dalam HI

Kata Yurisdiksi (jurisdiction) berasal dari kata jurisdictio. Kata Yurisdictio berasal
dari dua kata yaitu kata yuris dan Dictio Yaris berarti kepunyaan hukum atau
kepunyaan menurut hukum. Adapun dictio berarti ucapan, sabda atau sebutan.
Dalam praktik kata yurisdiksi sering memiliki beberapa arti seperti di pengadilam
Inggris dalam kasus custody of children sering dinyatakan bahwa para pihak dilarang
melakukan "out of the jurisdiction of the court" terhadap anak-anak yang berarti
melarang membawa anak-anak keluar dari Inggris.
B. Prinsip-prinsip Yurisdiksi dalam HI

1. Prinsip Yurisdiksi Teritorial


2. Prinsip Teritorial Subjektif
3. Prinsip Teritorial Objektif
4. Prinsip Nasionalitas Aktif
5. Prinsip Nasionalitas Pasif
6. Prinsip Universal
7. Prinsip Perlindungan
D. Kerja Sama Antarnegara dalam Penerapan Yurisdiksi

Kerja sama penerapan yurisdiksi atau penegakan hukum yang tertua adalah
ekstradisi kemudian diikuti kerja sama penegakan hukum lainnya seperti, dengan
"mutual assistance in criminal matters", atau "mutual legal assistance treaty" (ML
AT's): "transfer of sentenced person (TSP); "transfer of criminal proceedings" (TCP),
dan "joint investigation"serta " handing over"
BAB 8

TANGGUNG JAWAB NEGARA DALAM HUKUM


INTERNASIONAL
A. Munculnya Pertanggungjawaban Negara

Dalam interaksinya satu sama lain amat besar kemung kinannya negara membuat
kesalahan ataupun pelanggaran yang merugikan negara lain, di sinilah muncul
pertanggungjawaban negara tersebut. Pertanggungjawaban negara dalam hukum
internasional pada dasarnya dilatarbelakangi pemikiran bahwa tidak ada satu pun
negara yang dapat menikmati hak-haknya tanpa menghormati hak-hak negara lain.
Setiap pelanggaran terhadap hak negara lain menyebabkan negara tersebut wajib
untuk memperbaikinya atau dengan kata lain mempertanggungjawabkannya.
D. Exhaustion of Local Remedies

Hukum kebiasaan internasional menetapkan bahwa sebelum


diajukannya klaim atau tuntutan ke pengadilan internasional,
langkah-langkah penyelesaian sengketa yang disediakan negara
yang dituntut (local remedies) haruslah ditempuh lebih dahulu.
BAB 9
SUKSESI NEGARA DALAM
HUKUM INTERNASIONAL
A. Bentuk-bentuk Suksesi Negara
Kata Suksesi Negara berasal dari kata State Succession atau Succession of
State, yang artinya adalah pergantian kedaulatan pada suatu wilayah.

1. Suksesi Universal

Pada bentuk ini tidak ada lagi international identity dari suatu negara
(predecessor state) karena seluruh wilayahnya hilang.

2. Suksesi Parsial

Pada bentuk ini negara predecessornya masih eksis, tetapi sebagian


wilayahnya memisahkan diri menjadi negara merdeka ataupun bergabung
dengan negara lain
D. Suksesi Negara di Indonesia

Sejarah menunjukkan bahwa beberapa kali Indonesia menghadapi


peristiwa suksesi negara. Suksesi negara yang pertama adalah
kemerdekaan Indonesia dari pemerintah Kolonial Belanda, sehingga
Indonesia dapat tergabung dalam kelompok newly independent state
menurut bahasa Konvensi Wina 1978 dan 1983
tentang suksesi negara.
BAB 10

PENYELESAIAN SENGKETA DALAM HUKUM


INTERNASIONAL
A. Pengertian Sengketa Internasional

Sengketa (dispute) menurut Merrils adalah ketidak- sepahaman mengenai sesuatu.


Adapun John Collier & Vaughan Lowe membedakan antara sengketa (dispute)
dengan konflik (conflict)Sengketa (dispute) adalah:'

a specific disagreement concerning a matter of fact, law or policy in which a claim or


assertion of one party is met with refusal, counter claim or denial by another

Sedangkan konflik adalah istilah umum atau genus dari pertikaian (hostility) antara
pihak-pihak yang sering kali tidak
fokus
C. Konflik Bersenjata Internasional dan Konflik
Bersenjata Non Internasional

Sebagaimana dikemukakan sebelumnya istilah konflik bersenjata (armed


conflict) lebih disukai daripada istilah perang (war)Di samping mengalami
perkembangan istilah dalam praktik yang saat ini lebih banyak dijumpai
adalah konflik bersenjata non internasional daripada konflik
bersenjata internasional

Anda mungkin juga menyukai