Dengue Hemmorrhagic fever (DHF) adalah penyakit yang menyerang anak dan orang dewasa
yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi beruba demam akut, perdarahan, nyeri otot dan
sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod Born Virus) yang akut ditularkan oleh
nyamuk Aedes Aegypti atau oleh Aedes Aebopictus (Wijayaningsih 2017).
ANATOMI FISIOLOGI
Anatomi fisiologi menurut (vyas, et al, 2014) yang berhubungan dengan penyakit DHF yang pertama
adalah system sirkulasi. System sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari
traktus distivirus dan dari paru-paru ke sela-sela tubuh.
Manifestasi klinis pada penderita DHF antara lain adalah (Nurafif &
Kusuma, 2015):
Demam dengue, merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari
Demam berdarah dengue, Demam atau riwayat demam akut antara 2-7
hari, biasanya bersifat bifastik, pendaraham ,ukosa, hematesis/
melena,Trombositopenia < 10.000/ul,Kebocoran plasma, Kebocoran
plasma.
Sindrom syok dengue, Seluruh kriteria DHF di atas disertai dengan
tanda kegagalan sirkulasi yaitu: Penurunan kesadaran, gelisah, Nadi
cepat, lemah, Hipotensi, Tekanan darah turun < 20 mmHg, Perfusi
perifer menurun, Kulit dingin lembab.
Patofisiologi
Virus masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Dari gigitan tersebut akan menyebabkan viremia
yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, pegal seluruh tubuh, ruam bintik-bintik
merahpada kulit, hiperemia dan mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening, hepatomegali (Murwani, 2018).
Pasien dengan trombositopenia adanya perdarahan di kulit seperti petekia, mukosa di mulut. Sehingga mengakibatkan
tubuh kehilangan kemampuan untuk melakukakan mekanisme hemostatis secara normal. Hal ini dapat mengakibatkan
perdarahan dan jika tidak ditangani akan menjadi syok. Masa virus sengue yaitu 3-15 hari rata-rata 5-8 hari.
Kemudian virus beraksi dengan antibodi dan terbentuk kompleks virus antibodi. Lalu akan mengakivasi sistem
komplememn akibatnya C3 dan C5 dilepas menjadi C3a dan C5a peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan
sebagai mediator meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan pembesaran plasma ke ruang
ekstraseluler. Pembesaran ini mengakibatkan kekurangan volume plasma terjadi hipotensi, hemokonsentrasi serta efusi
dan syok.
Adanya kebocoran plasma kedaerah ekstraseluler dibuktikan dengan ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga
serosa yaitu rongga peritonium, pleura dan perikardium yang ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus
setelagh pemberian cairan intravena, jumlah trombosit meningkat dan kebocoran plasma teratasi sehinggan pemberian
cairan dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edemaparu dan gagal jantung. Namun jika tidak
mendapat cairan yang cukup makan penderika akan mengalami ranjatan. Jika ranjatan/ hipovolemik berlangsung lama
akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian jika tidak ditangani dengan baik (Murwani, 2018).
Gigitan Nyamuk Aedes aegpty
PATHWAY
Masuknya virus dengue dalam tubuh
Kurang DEFISIT
Virus bereaksi dengan antibodi informasi PENGETAHUAN
↑ Permeabilitas Menghilangnhya
Aktivasi Kebocoran plasma RESIKO
dinding pembuluh plasma melalui
C3 dan C5 (ke ekstravaskuler) SYOK
darah endotel dinding
pembuluh darah
Hipotensi, nadi
HIPOVOLEMIA cepat dan lemah
↓ O2 dalam
Virus masuk ke Menstimulasi sel jaringan
dalam pembuluh host inflamasi
darah (seperti mikrofag Memproduksi Endothelium hipotalamus ↑
neutrophil) endogenus pirogen produksi prostaglandin &
(IL-1, IL-6) neurotransmitter
↑ SGOT DEFISIT
SGPT NUTRISI
Pemeriksaan
Uji serulogi Uji Netralisir
darah lengkap
B. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk dating ke rumah sakit adalah
panas tinggi dan anak lemah.
E. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
koplikasi dapat dihindarkan.
F. Riwayat gizi
Status gizi anak DHF dapat bervariasi.Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk
dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya.Anak yang menderita DHF sering
mengalami keluhan mual, muntah dan tidak nafsu makan.
G. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih
(seperti air yang menggenang atau gantungan baju di kamar).
H. Pola kebiasaan
- Nutrisi dan metabolisme
- Tidur dan istirahat
- Eliminasi
- Kebersihan
- Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga
kesehatan.
I. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultrasi dari ujung rambut
sampai ujung kaki.
• Grade I yaitu kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital
dan nadi lemah.
• Grade II yaitu kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan
spontan petechie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak
teratur.
• Grade III yaitu kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah,
kecil dan tidak teratur, serta tekanan darah menurun.
• Grade IV yaitu kesadaran coma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tekanan
darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat dan
kulit tampak biru.
J. System integument
• Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin dan
lembab
• Kuku sianosis atau tidak
• Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam, mata
anemis, hidung kadang mengalami perdarahan atau epitaksis pada grade II, III, IV.
Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri
telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan di
telingan (Grade II, III, IV)
• Dada : bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorak terdapat
cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales +, ronchi+, yang
biasanya terdapat pada grade III dan IV.
• Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati atau hepatomegaly dan asites.
• Ekstremitas : dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang
K. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
• HB dan PVC meningkat (≥20%)
• Trombositopenia (≤ 100.000/ ml)
• Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis)
• Ig. D dengue positif
• Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan hipoproteinemia, hipokloremia, dan
hiponatremia
• Ureum dan pH darah mungkin meningkat
• Asidosis metabolic : pCO2 < 35-40 mmHg dan HCO3 rendah
• SGOT / SGPT mungkin meningkat
Diagnosa Keperawatan
A. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
B. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh diatas
nilai normal
C. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri
D. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk makan)
E. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler ditandai dengan
kebocoran plasma darah
F. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
G. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi \
H. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
I. Risiko perdarahan ditandai dengan koagulasi (trombositopenia)
J. Risiko syok ditandai dengan kekurangan volume cairan
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Jalan Napas
efektif 1 x 24 jam diharapkan pola nafas tidak Observasi :
berhubungan efektif kembali membaik. − Monitor pola napas (frekuensi,
dengan Kriteria Hasil : Pola Napas kedalaman, usaha napas)
hambatan upaya − Ventilasi semenit meningkat − Monitor bunyi napas tambahan (mis.
napas. − Kapasitas vital meningkat gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
− Diameter thoraks anterior-postarior kering)
meningkat − Monitor sputum (jumlah, warna,
− Tekanan ekspirasi meningkat aroma)
− Tekanan inspirasi meningkat Terapeutik :
− Dispnea menurun − Pertahankan kepatenan jalan napas
− Penggunaan otot bantu napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
menurun thruts jika curiga trauma servikal)
− Pemanjangan fase ekspirasi menurun − Posisikan semi-fowler atau fowler
− Ortopnea − Berikan minum hangat
− Pernapasan pursed-lip − Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
menurun − Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 menit
− Pernapasan cuping hidung − Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
menurun endotrakeal
− Frekuensi napas membaik − Keluarkan sumbatan benda padat forsep McGill
− Kedalaman napas membaik − Berikan oksigen, jika perlu
− Ekrkursi dada membaik Edukasi :
− Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
− Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
− Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
No Diagnosa Tujuan Intervensi