Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DHF


(Dengue Hemoragic Fever)
DEFINISI
 Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF) adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot
atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis
hemoragik.

 Dengue Hemmorrhagic fever (DHF) adalah penyakit yang menyerang anak dan orang dewasa
yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi beruba demam akut, perdarahan, nyeri otot dan
sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod Born Virus) yang akut ditularkan oleh
nyamuk Aedes Aegypti atau oleh Aedes Aebopictus (Wijayaningsih 2017).
ANATOMI FISIOLOGI
 Anatomi fisiologi menurut (vyas, et al, 2014) yang berhubungan dengan penyakit DHF yang pertama
adalah system sirkulasi. System sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari
traktus distivirus dan dari paru-paru ke sela-sela tubuh.

 Organ-organ system sirkulasi mencakup :


1. Jantung : Jantung berfungsi memompa dan menyebarkan darah dengan mengangkut oksigen ke
seluruh tubuh.
2. pembuluh darah : Arteri kiri (pembuluh nadi), kapiler dan vena (pembuluh darah balik)
3. Darah : Darah adalah jaringan cair yang terdapat dalam pembuluh darah yang berwarna merah yang
cair disebut plasma yang padat disebut sel darah yang berfungsi sebagai transfer makanan bagi sel.
ETIOLOGI
Demam berdarah menurut (WHO, 2015) adalah, penyakit seperti flu
berat yang mempengaruhi bayi, anak-anak dan orang dewasa, tapi
jarang menyebabkan kematian.

Dengue harus dicurigai bila demam tinggi (40 ° C / 104° F) disertai


dengan 2 dari gejala berikut: Sakit kepala parah, nyeri di belakang mata,
nyeri otot dan sendi, mual, muntah, pembengkakan kelenjar atau ruam.
Gejala biasanya berlangsung selama 2-7 hari, setelah masa inkubasi 4-
10 hari setelah gigitan dari nyamuk yang terinfeksi.
Syok dapat menyebabkan kematian. Jika orang tersebut bertahan,
pemulihan dimulai setelah masa krisis 1-hari.

Gejala fase akut Fase akut


termasuk kegelisahan termasuk seperti
Gejala awal
diikuti oleh shock ditandai
dengan

Nafsu makan Bercak darah di


bawah kulit, Bintik- Dingin, lengan dan
menurun, Demam,
bintik kecil darah di kaki berkeringa,
Sakit kepala, Nyeri
kulit, berkeringat
sendi atau otot,
Perasaan sakit Memburuknya
umum, muntah gejala awal
MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis pada penderita DHF antara lain adalah (Nurafif &
Kusuma, 2015):
 Demam dengue, merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari
 Demam berdarah dengue, Demam atau riwayat demam akut antara 2-7
hari, biasanya bersifat bifastik, pendaraham ,ukosa, hematesis/
melena,Trombositopenia < 10.000/ul,Kebocoran plasma, Kebocoran
plasma.
 Sindrom syok dengue, Seluruh kriteria DHF di atas disertai dengan
tanda kegagalan sirkulasi yaitu: Penurunan kesadaran, gelisah, Nadi
cepat, lemah, Hipotensi, Tekanan darah turun < 20 mmHg, Perfusi
perifer menurun, Kulit dingin lembab.
Patofisiologi
 Virus masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Dari gigitan tersebut akan menyebabkan viremia
yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, pegal seluruh tubuh, ruam bintik-bintik
merahpada kulit, hiperemia dan mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening, hepatomegali (Murwani, 2018).
 Pasien dengan trombositopenia adanya perdarahan di kulit seperti petekia, mukosa di mulut. Sehingga mengakibatkan
tubuh kehilangan kemampuan untuk melakukakan mekanisme hemostatis secara normal. Hal ini dapat mengakibatkan
perdarahan dan jika tidak ditangani akan menjadi syok. Masa virus sengue yaitu 3-15 hari rata-rata 5-8 hari.
 Kemudian virus beraksi dengan antibodi dan terbentuk kompleks virus antibodi. Lalu akan mengakivasi sistem
komplememn akibatnya C3 dan C5 dilepas menjadi C3a dan C5a peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan
sebagai mediator meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan pembesaran plasma ke ruang
ekstraseluler. Pembesaran ini mengakibatkan kekurangan volume plasma terjadi hipotensi, hemokonsentrasi serta efusi
dan syok.
 Adanya kebocoran plasma kedaerah ekstraseluler dibuktikan dengan ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga
serosa yaitu rongga peritonium, pleura dan perikardium yang ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus
setelagh pemberian cairan intravena, jumlah trombosit meningkat dan kebocoran plasma teratasi sehinggan pemberian
cairan dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edemaparu dan gagal jantung. Namun jika tidak
mendapat cairan yang cukup makan penderika akan mengalami ranjatan. Jika ranjatan/ hipovolemik berlangsung lama
akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian jika tidak ditangani dengan baik (Murwani, 2018).
Gigitan Nyamuk Aedes aegpty
PATHWAY
Masuknya virus dengue dalam tubuh

Kontak dengan antibodi

Kurang DEFISIT
Virus bereaksi dengan antibodi informasi PENGETAHUAN

Terbentuk kompleks virus antibodi MRS Stress


ANSIETAS
hospitalisasi

Breath Mengaktifkan Aktivasi C3 Pelepasan ↑ Permeabilitas


sistem dan C5 anfilaktosim dinding pembuluh
komplemen (C3a, C5a) darah

POLA NAFAS Penumpukan Menghilangkan


Kebocoran plasma
TIDAK cairan pada plasma melalui
(ke ekstravaskuler) endotel dinding
EFEKTIF pleura
pembuluh darah
Blood Agregasi Melepaskan Trombosis mengalami
trombosit Trombositopenia
adenosine di kerusakan metamorfosis
phospat (ADP)
RESIKO
PERDARAHAN

↑ Permeabilitas Menghilangnhya
Aktivasi Kebocoran plasma RESIKO
dinding pembuluh plasma melalui
C3 dan C5 (ke ekstravaskuler) SYOK
darah endotel dinding
pembuluh darah
Hipotensi, nadi
HIPOVOLEMIA cepat dan lemah

↓ O2 dalam
Virus masuk ke Menstimulasi sel jaringan
dalam pembuluh host inflamasi
darah (seperti mikrofag Memproduksi Endothelium hipotalamus ↑
neutrophil) endogenus pirogen produksi prostaglandin &
(IL-1, IL-6) neurotransmitter

Meningkatkan thermostat Prostaglandin berikatan


HIPERTERMI Demam “set point” pada pusat dengan neuron prepiotik di
termoregulator hipotalamus
Brain Pelepasan neurotransmitter (histamine, Berikatan Impuls nyeri NYERI
bradikinin, prostaglandin) dengan reseptor masuk ke AKUT
nyeri (IP-3) thalamus

Bladder ↑ Permeabilitas Menghilangnya


Aktivasi Kebocoran plasma
dinding plasma darah melalui Syok
C3 dan C5 (ke ekstravaskuler)
pembuluh darah endotel dinding
Bowel pembuluh darah
↓ sirkulasi ke ginjal

Hepatosplenomegali Mendesak ↑ HCL Mual Nafsu makan ↓ Masukan


lambung muntah nutrisi kurang

↑ SGOT DEFISIT
SGPT NUTRISI

Perpindahan cairan ↓ Kebutuhan Lemah, pusing, INTOLERANSI


Bone Metabolisme ↓
ke ekstravaskuler o2, nutrisi frekuensi nadi AKTIVITAS
dan pernafasan ↑
KLASIFIKASI

Derajat I Derajat Derajat Derajat


II III IV

Demam disertai Seperti derajat I, Ditemukannya kegagalan Syok berat, nadi


gejala klinik khas disertai dengan sirkulasi, ditandai oleh tidak teraba dan
dan satu-satunya perdarahan spontan nadi cepat dan lemah, tekanan darah tidak
manifestasi pada kulit atau tekanan darah menurun teratur
perdarahan dalam uji perdarahan atau hipotensi disertai
tourniquet positif, ditempat lain sianosis disekitar mulut,
trombositopenia, kulit dingin lembab dan
himokonsentrasi gelisah
KOMPLIKAS
I

Komplikasi yang terjadi pada anak yang


mengalami DHF yaitu perdarahan masif dan
Dengue Shock Syndrome (DSS) atau Syndrome
Shock Dengue (SSD). Syok terjadi pada anak
usia <10 tahun. Syok ditandai dengan nadi yang
lemah dan cepat sampai tidak teraba, tekanan
nadi menurun, tekanan darah menurun, terjadi
penurunan kesadaran, sianosis disekitaran mulut
dan kulit ujung jari, hidung, telinga dan kaki
teraba dingin dan lembab, pucat, oliguria, atau
anuria (Pangaribuan, 2017).
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan
Uji serulogi Uji Netralisir
darah lengkap

Uji hambatan Uji ELISA Rontgen


hemaflutinast anti dengue Thorax
PENATALAKSANAAN MEDIS
1. DHF Tanpa Syok

Berikan anak banyak minum larutan oralit atau


jus, air sirup, susu untuk mengganti cairan
akibat kebocoran plasma, demam, muntah
Berikan parasetamol bila demam, jangan
berikan asetosal atau ibu profen karena dapat
merangsang terjadinya perdarahan
Berikan infus sesuai dengan dehidrasi

Apabila terjadi perburukan klinis maka berikan


tatalaksana syok terkompensasi
PENATALAKSANAAN MEDIS

 Perlakukan sebagai gawat darurat. Berikan 2. DHF Dengan


oksigen 2-4 L/menit secara nasal Syok
 Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti
ringer laktat/ asetan secepatnya  Jika terdapat perbaikan klinis jumlah cairan dikurangi
hingga 10 ml/kgBB dalam 2-4 jam dan secara bertahap
 Jika tidak menunjukan perbaikan, ulangi
diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis
peberian kristaloidb20 ml/kgBB secepatnya
laboratorium
atau pertimbangkan pemberian kaloid 10-20
ml/kg BB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam  Dalam banyak kasus, Cairan intravena dapat
dihentikan setelah 36-48 jam. Perlu diingat banyak
 Jika tidak ada perbaikan klinis tapi hematokrit
kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu
dan hemoglobin menurun pertimbangkan
banyak dari pada pemberian yang sedikit.
terjadinya perdarahan tersembunyi, berikan
transfusi darah atau komponen
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN PADA ANAK
DHF
(Dengue Hemoragic Fever)
PENGKAJIAN
A. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF palimg sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15
tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan
pekerjaan orang tua.

B. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk dating ke rumah sakit adalah
panas tinggi dan anak lemah.

C. Riwayat penyakit sekarang


Didapatkan adannya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat demam
kesadaran composmetis.Turunnya panas terjadi Antara hari ke-3 dan hari ke-7 dan anak
semakin lemah.
D. Riwayat penyakit yang pernah di derita
Penyakit apa saja yang pernah di derita. Pada DHF anak biasanya mengalami serangan
ulangan DHF dengan tipe virus lain.

E. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
koplikasi dapat dihindarkan.

F. Riwayat gizi
Status gizi anak DHF dapat bervariasi.Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk
dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya.Anak yang menderita DHF sering
mengalami keluhan mual, muntah dan tidak nafsu makan.
G. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih
(seperti air yang menggenang atau gantungan baju di kamar).

H. Pola kebiasaan
- Nutrisi dan metabolisme
- Tidur dan istirahat
- Eliminasi
- Kebersihan
- Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga
kesehatan.
I. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultrasi dari ujung rambut
sampai ujung kaki.
• Grade I yaitu kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital
dan nadi lemah.
• Grade II yaitu kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan
spontan petechie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak
teratur.
• Grade III yaitu kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah,
kecil dan tidak teratur, serta tekanan darah menurun.
• Grade IV yaitu kesadaran coma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tekanan
darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat dan
kulit tampak biru.
J. System integument
• Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin dan
lembab
• Kuku sianosis atau tidak
• Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam, mata
anemis, hidung kadang mengalami perdarahan atau epitaksis pada grade II, III, IV.
Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri
telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan di
telingan (Grade II, III, IV)
• Dada : bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorak terdapat
cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales +, ronchi+, yang
biasanya terdapat pada grade III dan IV.
• Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati atau hepatomegaly dan asites.
• Ekstremitas : dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang
K. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
• HB dan PVC meningkat (≥20%)
• Trombositopenia (≤ 100.000/ ml)
• Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis)
• Ig. D dengue positif
• Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan hipoproteinemia, hipokloremia, dan
hiponatremia
• Ureum dan pH darah mungkin meningkat
• Asidosis metabolic : pCO2 < 35-40 mmHg dan HCO3 rendah
• SGOT / SGPT mungkin meningkat
Diagnosa Keperawatan
A. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
B. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh diatas
nilai normal
C. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri
D. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk makan)
E. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler ditandai dengan
kebocoran plasma darah
F. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
G. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi \
H. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
I. Risiko perdarahan ditandai dengan koagulasi (trombositopenia)
J. Risiko syok ditandai dengan kekurangan volume cairan
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi

1. Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Jalan Napas
efektif 1 x 24 jam diharapkan pola nafas tidak Observasi :
berhubungan efektif kembali membaik. − Monitor pola napas (frekuensi,
dengan Kriteria Hasil : Pola Napas kedalaman, usaha napas)
hambatan upaya − Ventilasi semenit meningkat − Monitor bunyi napas tambahan (mis.
napas. − Kapasitas vital meningkat gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
− Diameter thoraks anterior-postarior kering)
meningkat − Monitor sputum (jumlah, warna,
− Tekanan ekspirasi meningkat aroma)
− Tekanan inspirasi meningkat Terapeutik :
− Dispnea menurun − Pertahankan kepatenan jalan napas
− Penggunaan otot bantu napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-
menurun thruts jika curiga trauma servikal)
− Pemanjangan fase ekspirasi menurun − Posisikan semi-fowler atau fowler
− Ortopnea − Berikan minum hangat
− Pernapasan pursed-lip − Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
menurun − Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 menit
− Pernapasan cuping hidung − Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
menurun endotrakeal
− Frekuensi napas membaik − Keluarkan sumbatan benda padat forsep McGill
− Kedalaman napas membaik − Berikan oksigen, jika perlu
− Ekrkursi dada membaik Edukasi :
− Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
− Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi :
− Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.
No Diagnosa Tujuan Intervensi

2. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertemia


berhubungan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan Observasi :
dengan proses hipertemia kembali membaik. − Identifikasi penyebab hipertemia (mis.
penyakit Kriteria Hasil : Termoregulasi dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
ditandai − Menggigil menurun penggunaan inkubator)
dengan suhu − Kulit merah menurun − Monitor suhu tubuh
tubuh diatas − Kejang menurun − Monitor kadar elektrolit
nilai normal − Akrosianosis menurun − Monitor haluaran urine
− Konsumsi oksigen menurun − Monitor komplikasi akibat hipertemia
− Piloereksi menurun Terapeutik :
− Vasokontriksi perifer menurun − Sediakan lingkungan yang dingin
− Kutis memorata menurun − Longgarkan atau lepaskan pakaian
− Pucat menurun − Basahi dan kipasi permukaan tubuh
− Berikan cairan oral
No Diagnosa Tujuan Intervensi

3. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri


berhubungan 1 x 24 jamdiharapkan Nyeri Akut kembali Observasi :
dengan agen menurun. − Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
pencedera Kriteria Hasil : Tingkat Nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
fisiologis − Kemampuan menuntaskan aktivitas − Identifikasi skala nyeri
ditandai meningkat − Identifikasi respons nyeri non verbal
dengan pasien − Keluhan nyeri menurun − Identifikasi faktor yang memperberat
mengeluh nyeri − Meringis menurun dan memperingan nyeri
− Sikap proteksif menurun − Identifikasi pengetahuan dan
− Gelisah menurun keyaninan tentang nyeri
− Kesulitan tidur menurun − Identifikasi pengaruh budaya terhadap
− Menarik diri menurun respon nyeri
− Berfokus pada diri sendiri menurun − Identifikasi pengaruh nyeri pada
− Diaforesis menurun kualitas hidup
− Perasaan depresi (tertekan)
− Anoreksia menurun Terapeutik :
− Perineum terasa tertekan menurun − Berikan teknik nonfarmakologis untuk
− Uterus teraba membulat menurun mengurangi rasa nyeri
− Ketegangan otot menurun − Kontrol linkungan yang memperberat rasa
− Pupil dilatasi menurun nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan,
− Muntah menurun kebisingan)
− Mual menurun Edukasi :
− Frekuensi nadi membaik − Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
− Pola napas membaik nyeri
− Tekanan darah membaik − Jelaskan strategi meredakan nyeri
− Proses berpikir membaik − Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
− Fokus membaik − Anjurkan menggunakan analgetik secara
− Fungsi berkemih membaik tepat
− Perilaku membaik − Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
− Nafsu makan membaik mengurangi rasa nyeri
− Pola tidur membaik Kolaborasi :
− Pemberian analgetik, jika perlu
No Diagnosa Tujuan Intervensi

Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi


4. berhubungan keperawatan 1 x 24 jam Observasi :
dengan faktor diharapkan defisit nutrisi kembali − Identifikasi status nutrisi
psikologis membaik − Identifikasi alergi dan intoleransi
(keengganan Kriteria Hasil : Status Nutrisi makanan
untuk makan) − Porsi makanan yang dihabiskan − Identifikasi makanan yang disukai
meningkat − Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
− Kekuatan otot mengunyah nutrien
meningkat − Identifikasi perlunya penggunaan selang
− Kekuatan otot menelan serum nasogastrik
albumin meningkat − Monitor asupan makanan
− Verbalisasi keinginan untuk − Monitor berat badan
meningkatkan nutrisi meningkat − Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
− Pengetahuan tentang pilihan
minuman yang sehat meningkat
− Pengetahuan tentang standar Terapeutik :
asupan nutrisi yang tepat − Lakukan oral hygiene sebelum makan,
meningkat jika perlu
− Penyiapan dan penyimpanan − Fasilitasi menentukan pedoman diet
makanan yang aman meningkat (mis. piramida makanan)
− Penyiapan dan penyimpanan − Sajikan makanan secara menarik dan
minuman yang aman meningkat suhu yang sesuai
− Sikap terhadap makanan atau − Berikan makanan tinggi serat untuk
minuman sesuai dengan tujuan mencegah konstipasi
kesehatan meningkat Edukasi :
− Perasaan cepat kenyang − Anjurkan posisi duduk, jika mampu
menurun − Ajarkan diet yang diprogramkan
− Nyeri abdomen menurun Kolaborasi :
− Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukkan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipovolemia
5. berhubungan keperawatan 1 x 24 jam Observasi :
dengan diharapkan Hipovolemia Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis.
peningkatan kembali membaik frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
permeabilitas Kriteria Hasil : Status Cairan tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
kapiler − Kekuatan nadi meningkat tugor kulir menurun, mem bran mukosa kering,
ditandai − Tugor kulit meningkat volume urin menurun, hematokrit meningkat, haus,
dengan − Output urine meningkat lemah)
kebocoran − Pengisian vena meningkat Terapeurik :
plasma darah − Orthopnea menurun − Hitung kebutuhan cairan
− Dispnea menurun − Berikan posisi modified trendelenburg
− Paroxysmal nocturnal − Berikan asupan cairan oral
dyspnea (PND) menurun Edukasi :
− Edema anasarka menurun − Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis.
− Edema perifer menurun NaCI, RL)
− Berat badan menurun − Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis.
glukosa 2,5%, NaCI 0,4%)
No Diagnosa Tujuan Intervensi

Defisit Setelah dilakukan tindakan Observasi :


6. pengetahuan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan - Identifikasi kesiapan dan kemampuan
berhubungan Defisit pengetahuan kembali menerima informasi
dengan kurang meningkat. Terapeutik ;
terpapar informasi Kriteria Hasil : Verbalisasi minat - Sediakan materi dan pendidikan
dalam belajar menurun kesehatan
− Kemampuan menjelaskan - Jadwalkan pendidikan keshatan sesuai
pengetahuan tentang sesuatu kesepakatan
topic meningkat - Berikan kesempatan untuk bertanya
− Kemampuan menggambarkan Edukasi :
pengalaman sebelumnya yang - Jelaskan factor resiko yang dapat
sesuai dengan topic meningkat mempengaruhi kesehatan
− Perilaku sesuai dengan - Ajarkan perilaku hidup bersih dan
pengetahuan meningkat sehat
− Perilaku membaik - Ajarkan strategi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan perilaku hidup dan
sehat
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Observasi :
7. aktivitas keperawatan 1 x 24 jam − Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
berhubungan diharapkan Toleransi aktivitas mengakibatkan kelelahan
dengan kembali meningkat. Terapeutik :
kelemahan Kriteria Hasil : Toleransi − Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
Aktivitas stimulus (misalnya.
−Saturasi oksigen meningkat cahaya,suara,kunjungan)
−Kemudahan dalam melakukan − Lakukan latihan rentang gerak pasif dan
aktivitas sehari-hari meningkat atau aktif
−Dispnea saat aktivitas menurun − Berikan aktivitas distraksi yang
−Dispnea setelah aktivitas menenangkan
menurun Edukasi :
−Tekanan darah membaik − Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
−Frekuensi napas membaik kelelahan
Kolaborasi :
− Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Ansietas Setelah dilakukan tindakan Observasi :
8. berhubungan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan - Identifikasi saat tingkat ansietas
dengan krisis Ansietas kembali menurun. berubah ( misalnya. Kondisi, waktu,
situasional Kriteria Hasil : Tingkat Ansietas stressor)
- Verbalisasi kebingungan menurun - Identifikasi kemampuan mengambil
- Verbalisasi khawatir akibat kondisi keputusan
yang dihadapi menurun - Monitor tanda-tanda ansietas ( verbal
- perilaku tegang menurun dan nonverbal)
- Konsentrasi membaik Terapeutik :
- Pola tidur membaik - Ciptakan suasana terapeutik untuk
- Perasaan keberdayaan membaik menumbuhakan kepercayaan
- Kontak mata membaik - Dengarkan dengan penuh perhatian
- Orientasi membaik - Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Edukasi :
- Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
- Anjurkan melakukan tindakan yang
tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
- Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi

9. Risiko Setelah dilakukan tindakan Observasi :


perdarahan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan - Monitor tanda dan gejala perdarahan
ditandai dengan Resiko Perdarahan kembali menurun. - Monitor nilai hematocrit/hemoglobin
koagulasi Kriteria Hasil : Tingkat Perdarahan sebelum dan setelah kehilangan
(trombositopenia) - kelembapan membran mukosa darah
meningkat - Monitor tanda-tanda vital ortostatik
- kelembapan kulit meningkat - Monitor koagulasi ( misalnya.
- kognitif meningkat Prothrombin time (PT), partial
- hemoptysis menurun thromboplastin time (PTT),
- hematemesis menurun fibrinogen, degradasi fibrin dan/
- hematuria menurun platelet).
- pemarahan anus menurun Terapeutik :
- distensi abdomen menurun - Pertahankan bed rest selama perdarahan
- hemoglobin membaik - Batasi tindakan invasif, jika perlu
- hematocrit membaik - Gunakan kasur pencegahan decubitus
- tekanan darah membaik - Hindari pengukuran suhu raktal
- denyut nado apical membaik Edukasi :
- suhu tubuh membaik - Anjurkan menggunakan kaus kaki saat
ambulasi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
untuk menghindari konstipasi
- Anjurkan menghindari aspirin atau
antikoagulan
- Anjurkan meningkatkan asupan makanan
dan vitamin K
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika
perlu
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Risiko syok Setelah dilakukan tindakan Observasi :
10. ditandai dengan keperawatan 1 x 24 jam diharapkan - Monitor status kardiopulmonal (frekuensi
kekurangan Risiko syok kembali meningkat. dan kekuatan nadi, frekuensi napas, TD,
volume cairan Kriteria Hasil : Tingkat Syok MAP)
- Kekuatan nadi meningkat - Monitor status oksigenasi ( oksimetri
- Output urine meningkat nadi, AGD)
- Tingkat kesadaran maningkat - Monitor status cairan (masukan dan
- Saturasi oksigen meningkat haluaran, turgor kulit, CRT)
- Akral dingin menurun - Monitor tingkat kesadaran dan respon
- Pucat menurun pupil
- Haus menurun - Periksa riwayat alergi
- Konfusi menurun Terapeutik :
- Letangi menurun - Berikan oksigen untuk mempertahankan
- Asidosis metabolic menurun saturasi oksigem >94%
- Mean arterial pressure membaik - Persiapkan intubasi dan ventilasi
- Tekanan darah sistolik membaik mekanis, jika perlu
- Pasang jalur IV, jika perlu
- Tekanan darah diastolic - Pasang kateter urine untuk menilai produksi
membaik urine , jika perlu
- Tekanan nadi membaik - Lakukan skin test untuk mencegah reaksi
- Pengisian kapiler alergi
membaik Edukasi :
- Frekuensi nadi membaik - Jelaskan penyebab/factor risiko syok
- Frekuensi nafas membaik - Jelaskan tanda dan gejala awal syok
- Anjurkan melapor jika menemukan /merasakan
tanda dan gejala awal syok
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
- Anjurkan menghindari allergen
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
- Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika
perlu
- Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu
Implementasi
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi
keperawatan. Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan yang
telag direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka membantu klien untuk
mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respons yang ditimbulkan
oleh masalah keperawatan dan kesehatan (Ali, 2016).
Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil
menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran
dari Tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan
dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnose,
perencanaan, Tindakan dan evaluasi (Ali, 2016). Evaluasi merupakan
tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah keperawatan yang
telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah
DAFTAR PUSTAKA
Assuyuthi, I. (2017). Related Papers.Over The Rim, 191–199.
Primadina, N. (2019). Perpustakaan Universitas Airlangga. Toleransi Masyarakat Beda Agama, 30(28),
5053156.
Putri, T. G. (2018). Asuhan Keperawatan Pada An. D Dengan Demam Hemorhagic Fever (DHF) Di
Ruang Rawat Inap Anak RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.1–104.
Murtiani, R., & Purnamawati, I. D. (2017).Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Epilepsi.Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Wallace, B. Y. T. C., Velasco, A., Lay, T., Zhang, J., Tromp, J., Tape, C., Liu, Q., Thompson, E. M., Wald,
D. J., Thio, H. K., Kanamori, H., ΤΖΕΦΕΡΗΣ, Π., Razafindrakoto, H. N. T., Martin Mai, P., Mai, P.
M., Thingbaijam, K. K. S., Jordan, T. H., Juarez, A., Ji, C., … Lavallée, D. (2016). ΒΙΟΕΚΧΥΛΙΣΗ
ΟΞΕΙΔΩΜΕΝΩΝ ΜΕΤΑΛΛΕΥΜΑΤΩΝ ΝΙΚΕΛΙΟΥ ΜΕ ΤΗ ΧΡΗΣΗ ΕΤΕΡΟΤΡΟΦΩΝ
ΜΙΚΡΟΟΡΓΑΝΙΣΜΩΝNo Title.Bulletin of the Seismological Society of America, 106(1), 6465–6489.
DAFTAR PUSTAKA
Setyadevi, S. N., & Rokhaidah, R. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Dengue
Hemmorhagic Fever (Dhf) : Sebuah Study Kasus. Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia, 4(2),
67.
Darmawan, D. (2019). Patofisiologi DHF. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–
1699.
Anugrah Fira prima, Anugrahanti Wisoedhanie widi, W. (2018). Asuhan keperawatan pada klien dengue
haemoragic fever (DHF) dengan masalah resiko defisit nutrisi di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan
Malang. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Vinet, L., & Zhedanov, A. (2020).Kti Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak Dengan Dengue Hemorrhagic
Fever (Dhf) Yang Di Rawat Di Rumah Sakit.Journal of Physics A: Mathematical and Theoretical, 44(8),
1–9.
Belakang, L., & Masalah, R. (n.d.).a) Apa definisi dari DHF? b) Apa etiologi dari DHF? 1. 1–12.
Di, T., & Mawar, R. (2019).Haemoragic Fever Dengan Ketidakefektifan.
KELOMPOK 2 :
 Anisah Gemah  Indy Mutia Teguh P.
 Apip Ahmad Hidayat  Inka Puspa Mawati
 Athalia Rania Insyira  Karina Mithasela
 Cintya Rindiyantika  Mira Miratulhuda
 Dinda Syiffani Fauzia  Nuraini
 Elma Hemnidar N.P  Ridwan Nurul Hakim
 Encep Maulana  Rika Ruslianawati
 Fina Astuti Herfiana  Sintaria
 Gilang  Tia Sopiah
 Gita Sri Wahyuni  Vasha Apipah Iryani
TERIMAKASI
H

Anda mungkin juga menyukai